Rei
Tumbuh dari keluarga berada,
Mendapat kasih sayang sempurna dari kedua orang tua,
Mempunyai sahabat yang selalu ada,
Gue berpikir bahwa hidup gue sempurna.
Hidup gue begitu indah hingga banyak orang terkadang memandang gue dengan penuh kebencian karena mereka iri dengan hidup gue.
Gue gak marah,
Bahkan gue gak kesal sama sekali kalau ada orang yang membenci bahkan menganggu gue.
Sebab gue selalu teringat ucapan mama, bahwa sejahat apapun orang lain kepada kita. Selalu ada kebaikan dihati mereka dan mungkin gue sedang tidak beruntung karena kebaikkan itu tidak diperlihatkan kepada gue.
Bagi mama, semua manusia itu baik. Maka dari itu gue juga harus baik sama orang-orang.
Tapi suatu hari gue merubah perspektif gue. Gue merubah cara pandang gue mengenai kebaikan seorang manusia.
Suatu hari gue belajar bahwa gak semua manusia itu baik. Manusia memiliki celah untuk menghilangkan kebaikannya demi keinginannya, demi egonya.
'Lo goblok? Mata lo buta? Ini cewek gak kaya jalang yang biasa lo pake. Nyentuh minuman aja enggak. Gak usah lo ngerjain dia".
Bermula dari sana, gue inget banget untuk pertama kali gue masuk ke dalam club malem. Dengan hingar-bingar yang baru gue jumpai, dengan sesak juga bau alkohol yang baru gue temui. Gue masuk kesana tanpa prasangka apapun saat menghadiri acara teman sekelas gue yang merayakan hari jadinya disana.
Awalnya gue nolak untuk pergi kesana, bahkan Purin-sahabat gue-menyita waktu gue seharian agar gue lupa dan akhirnya gak dateng keacara itu. Tapi saat itu dengan alasan tidak enak, mau gak mau gue mendatangi club malam yang berada di sekitar Sukajadi itu.
Disana gue kaya orang bego, hanya mengedarkan pandangan tanpa mengerti apa-apa. Sampai akhirnya gue merasa punggung gue dihimpit seorang cowok dan gak lama dari itu ada cowok lagi yang menghimpit gue dari depan. Gue panik, rasanya gue mau nangis. Apalagi saat salah satu tangan cowok dibelakang gue mulai megang rambut gue. Gue yang saat itu baru duduk dikelas dua SMA, bener-bener gak ngerti sama situasi yang terjadi. Gue ngerasa takut. Dan temen sekelas gue yang datang diacara itu pun seakan tidak perduli dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Tapi gak lama ada satu tangan narik gue untuk mendekat kearah dia. Dan menyembunyikan badan gue dibalik punggungnya.
Bukan orang yang gue kenal dan bukan seorang cowok yang nolongin gue seperti di cerita novel atau ftv kebanyakan. Dia seorang cewek, orang yang bantuin gue seorang cewek.
Dari adu mulut panjang, gue bisa ngeliat gimana cewek dihadapan gue begitu berani, matanya sama sekali tidak memancarkan ketakutan. Dan gue kagum dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?