(Tak) Sepenuhnya

396 60 7
                                    

Lea

Dulu waktu gue masih duduk di bangku SMP gue punya temen sebangku namanya Purin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu waktu gue masih duduk di bangku SMP gue punya temen sebangku namanya Purin. Purin itu pendiam dan lebih suka menghabiskan waktunya sendirian diperpustakaan. Tapi satu waktu saat berkenalan dengan sesorang, kepribadian Purin berubah 180 derajat.

Namanya Dino, anak kelas sebelah yang saat istirahat hobi banget ke kelas cuma buat gangguin Purin yang lagi makan.

Selama beberapa waktu mereka dekat hingga Purin menyebut Dino sebagai sahabat dan akhirnya ada status diantara mereka.

Gue kira hubungan mereka dimulai seperti yang lainnya namun nyatanya tidak. Gue inget saat itu Purin bercerita bahwa dialah yang mengungkapkan. Dialah yang mengaku terlebih dahulu hingga menghancurkan dinding diantaranya dan Dino.

Saat itu gue yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepala sambil tertawa menanggapi cerita Purin. Tapi nyata untuk memiliki keberanian seperti Purin bukan hal mudah.

Bertahun lamanya. Bohong kalau gue gak pernah mencoba untuk memutus jarak, menghancurkan pembatas.

Berulang kali gue mencoba untuk menyatakan pada Gasa gimana perasaan gue sebenarnya namun setiap dipertengahan gue selalu menyerah sebab gue terlalu takut untuk memikirkan ketidakpastian, menerima penolakan.

Bahkan saat untuk pertama kali Gasa memiliki kekasih, gue masih mencoba untuk mengungkapkannya. Tapi tetap saja tidak bisa. Apalagi saat senyum selalu Gasa sunggingkan, gue merasa tidak pantas untuk mencoba.

Jadi saat gue tau memang tidak ada harapan, gue menghentikan segalanya. Melepaskan keinginan gue juga asa yang gue idamkan.

Sebab gue tau untuk tahunan yang telah berlalu hanya Rei cinta pertama juga terakhir yang Gasa harapkan. Hanya Rei seorang.

Ketika Gasa akhirnya pamit dari rumah gue, gue cuma memandang kepergiannya. Tanpa candaan seperti biasa, tanpa pelukan seperti biasa, tanpa ajak untuk menginap, gue benar-benar membiarkan Gasa pergi kemudian berlalu dari rumah gue.

'Gue gak akan pernah ninggali lo'

Ketika gue kembali mengingat ucapan gue kepada Gasa, rasanya gue begitu takut.

Sejujurnya gue gak mau seperti itu.

Gue gak mau terus dalam kondisi ini.

Gue cuma mau lepas dari rasa sakit gue karena mencintai Gasa.

Gue terdiam, merenung dirung tamu sampai malam tiba. Gue gak sadar, kalo bukan karena pintu rumah diketok gue masih akan larut dalam lamunan gue.

Gue bangkit kemudian menuju pintu rumah, gue sedikit tekejut saat melihat soerang driver ojek online berdiri disana dengan membawa plastik ditangannya.

"Mba Lea ya, ini mba pesanannya. Maaf lama, soalnya tadi ngantri".

Gue terdiam sambil mengambil plastik yang diberikan. Setelah plastik itu benar-benar ditangan gue, driver tersebut segera pamit dan pergi dari rumah gue.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang