Retta
Kesel gak sih lo, ketika hari sabtu kebanyakan jurusan lain libur sedangkan elo harus masuk. Bukan cuma itu, okelah ya kalo kelas hari sabtu dimulai jam 10 atau jam 1 siang. Tapi sialnya kelas gue ini masuk jam 7 pagi dan makin sialan lagi, jadwal gue hari sabtu cuma ini kelas doang.Bukan cuma itu, sabtu gue kali ini seperti tertimpa kesialan bertubi-tubi. Pertama, setelah kelas selesai dan gue baru mau keluar dari pintu, tiba-tiba kak Qilla menghadang gue dan minta bantuan gue untuk diskusi bareng sama dia menyangkut UP (Usulan Penelitian) yang lagi dikerjain. Masalah yang diangkat kak Qilla untuk judul UP-nya kurang lebih sama dengan makalah yang gue kerjain semester lalu.
Sebenarnya gue sama kak Qilla gak saling kenal. Gue tau dia karena kak Qilla salah satu the most wanted-nya anak Fikom sedangkan dia tau gue karena makalah gue dia temenuin diperpus.
Yang kedua, gue pikir diskusi gue dengan kak Qilla gak memakan waktu lama. Tapi nyatanya udah hampir 3 jam, gue masih saja berkutat dengan pertanyaan yang kak Qilla ajukan. Dan karena itu gue gak bisa ikut Gasa sama Lea main di Ciwalk.
Yang ketiga, entah ada angin dari mana, tiba-tiba gue melihat sosok seseorang tersenyum kepada gue. Dan kedatangan dia tepat banget saat kak Qilla pamit kepada gue karena katanya dia ada urusan mendadak.
Luasnya kampus dan banyaknya ruangan yang ada, gue masih gak habis pikir, gimana bisa gue ketemu dia di perpustakaan begini.
Bukannya pergi atau melakukan kepentingannya di perpustakaan ini, sosok itu malah duduk disamping gue sambil ngeliatin gue yang sibuk masukin barang-barang kedalam tas.
"Udah semua? Gak ada yang ketinggalan?".
Gue cuma menatap orang itu sebentar kemudian melangkah meninggalkan posisi gue tadi. Tapi saat kaki gue melangkah, kaki orang itu pun ikut bergerak. Sosok itu berjalan mengikuti gue dari belakang.
"Ngapain sih lo, No?".
Setelah beberapa meter gue berjalan dan sosok itu masih saja mengekori gue dari belakang, akhirnya gue menghentikan langkah dan menatapnya tidak suka. Bukannya menjawab, Kenno malah senyum-senyum gak jelas kearah gue.
Menunggu dua menit dan tidak juga mendapatkan jawaban, akhirnya gue kembali meneruskan langkah. Dan sialnya, si Kenno tetap mengikuti gue dari belakang.
Seakan tidak terjadi apa-apa dan tidak merasa bersalah dengan sikap risih gue, cowok itu malah bersiul bahkan bersenandung kecil saat berjalan dibelakang gue.
Gue mencoba tidak perduli. Mati-matian menahan diri untuk tidak memaki orang dibelakang gue itu. Tapi saat gue akan berbelok kearah koridor utama, satu makian keluar dari mulut gue ketika cowok itu dengan seenak jidat narik tangan gue dan membawa gue berjalan mengikutinya menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?