Pamit yang tak kembali

380 43 25
                                    

Kenno

Dari semua yang gue tau, dari semua yang gue mengerti, kenyataan adalah sebuah hal yang paling sulit untuk dipahami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari semua yang gue tau, dari semua yang gue mengerti, kenyataan adalah sebuah hal yang paling sulit untuk dipahami.

Ini sudah puntung ketiga, selama 4 jam gue hanya menghisap rokok sambil terdiam. Mencoba memahami semesta yang membuat gue selalu bertanya.

Dua minggu sudah berlalu. Harusnya selama itu gue bisa yakin dengan apa yang gue pilih, bertanggung jawab dengan hal yang gue ambil. Tapi... Nyatanya gue tetap duduk disini dengan dada yang sesak.

Dua minggu yang lalu, saat itu gue memintanya untuk menemuni gue. Gue meminta Talla untuk bertemu. Gue meminta cewek itu yang jauh berada di Jakarta untuk menemui gue disini, di Bandung.

Gue pikir kesakitan itu cuma sementara, gue pikir rasa bersalah itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Tapi... hingga saat ini pun gue masih merasakannya.

Gue masih inget, bahkan seakan terlihat jelas, gimana senyum yang Talla kasih setelah gue berbicara. Senyum yang ia kasih setelah gue menjelaskan. Semua balasan Talla waktu itu membuat gue semakin bersalah, membuat gue semakin menyesal, membuat gue.. Entah harus berkata apa.

"Gue pikir efek perpisahan lo sama Talla gak akan sebegininya".

Gue mengacuhkan suara yang terdengar, gue tetap menatap lurus jalanan di depan mata.

"Gavin nyuruh gue kesini, katanya takut tiba-tiba lo ditemuin tinggal nama".

Gue hanya mengehembuskan nafas kasar mendengarnya yang berbicara. Tapi tak lama, tanpa pamit Siwi duduk di samping gue dan mengambil rokok di tangan gue.

 Tapi tak lama, tanpa pamit Siwi duduk di samping gue dan mengambil rokok di tangan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari awal, hubungan lo dan Talla emang bukan hal yang benar".

Siwi terdiam setelah berbicara, seakan memberikan jeda untuk gue menjawab tapi gue tetap memilih menutup mulut rapat.

"Gak ada hubungan yang didasari rasa kasihan"

"Gue sayang sama Talla, gue gak pernah merasa kasihan sama dia".

Gue bisa melihat Siwi yang sedang menatap gue remeh, tak lama ia menggelengkan kepala seakan tidak setuju dengan ucapan gue barusan.

"Kalo lo sayang sama Talla, gak mungkin lo duduk disini. Taman yang deket sama rumah Retta".

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang