Gasa
Janji.
Janji merupakan ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat.
Janji juga merupakan sebuah asa yang didambakan bagi mereka yang telah dijanjikan.
Jadi ketika gue akhirnya menerima sikap acuh dari Lea, gue mengerti dimana letak kesalahan gue.
Gue bersalah, gue sadar akan hal itu. Bukannya menepati janji gue untuk datang menemuinya setelah bertemu Rei tapi pada kenyataannya sampai tengah malam gue masih tetap bersama Rei dan tidak mengabari Lea sama sekali.
Sebenarnya bukan karena hal itu, gue tau banget Lea bukan cewe baperan yang bakal marah gara-gara gue ingkar janji. Tapi sehari setelahnya, saat gue menemui Lea dan malah bertemu Retta disana, cewek itu bilang Lea cuma kecewa sama gue, Lea khawatir sama gue karena gue sama sekali tidak memberinya kabar padahal kemaren gue ninggalin dia begitu aja.
Jadi waktu itu gue cuma bisa ngasih jajanan kesukaan Lea ke Retta karena sampai gue nunggu berjam-jam Lea gak turun untuk nemuin gue.
Seharusnya hubungan gue sama Lea bisa membaik seperti biasa karena Lea juga Retta tidak akan tahan untuk tidak menghubungi gue lebih dari sehari. Tapi karena waktu pratikum Lea yang padat beberapa minggu ini dan kami bertiga disibukkan dengan diskusi mengenai pembahasan alur PKL dengan jurusan masing-masing membuat gue, Lea dan Retta sudah tidak berkumpul hampir sebulan ini.
'Sa, tumben sendirian. Si Retta sama Lea kemana dah?',
'Sa, tumben cuma sama Retta, si Lea kemana?',
'Sa, tadi gue liat si Retta sama Lea, tumben lo gak bareng mereka?'.
Selama hampir sebulan, pertanyaan itu selalu menyapa gue. Entah itu dari temen deket gue kaya Dino sama Ralvin sampai temen kelas gue yang setiap keluar kelas pasti nanyain hal itu. Dan karena pertanyaan itu, gue jadi semakin sadar kalo memang Retta dan Lea sudah menjadi bagian penting hidup gue. Jadi ketika kami bertiga gak bareng, gue ngerasa ada yang kosong dalam hati gue.
"Sa, bener kamu gak mau ikut Bunda sama Ayah ketempat Arsen? Dari pada libur tanggal merah kamu diem aja dirumah, mending ikut Bunda".
Gue langsung mem-pause video youtube yang gue tonton saat Bunda tiba-tiba masuk kekamar gue dan berjalan mendekati kasur.
"Males Bun, macet pasti. Gasa dirumah aja".
"Kenapa kamu gak kerumah Lea aja kaya biasa ngumpul-ngumpul sama Lea, Retta dari pada dirumah gak ada kerjaan begini".
Gue menghembuskan nafas pelan, karena ucapan Bunda seketika gue teringat lagi sama diemnya Lea ke gue. Mulai dari bangun tadi sampai lima belas menit yang lalu gue cuma diem sambil ngelamun sebelum akhirnya mutusin buat nonton youtube.
"Liat nanti deh, Bun".
"Yaudah, Bunda sama Ayah pergi. Bunda gak masak, jadi nanti kamu pesen online aja".
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?