Renjana

450 59 22
                                    

Meda

'Diantara semua kenapa harus senja?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Diantara semua kenapa harus senja?'

'Senja itu penengah. Senja itu penguat. Senja itu peralihan. Senja bisa buat kita belajar, bahwa waktu itu ada tapi tidak selamanya sama'.

Dari banyak hari yang gue habiskan dengannya, kalimat itu menjadi salah satu favorit gue. Kalimat itu membuat gue terpanah hingga menyesal pernah melihatnya dengan cara yang salah.

Qurretta Zeaniktha.

Cewek urakan dengan tatap mata tajam.

Cewek yang menganggap dunia akan selalu sama, tapi mengelu-elukan senja begitu hebat.

Cewek yang terlihat kokoh saat berdiri tegak namun nyatanya selalu mengambang dalam pahitnya semesta.

"Gue butuh penjelasan".

Gue terkesikap, kemudian tersenyum kecil melihat Gavin yang menatap gue tajam.

"Lo selingkuh beneran, bang?".

Bukan hanya Gavin, Sio pun kini menatap gue tajam. Gue terkekeh kecil mengingat gimana dua orang itu langsung narik gue kedalem mobil pas gue selesai hunting di Balai Kota. Habis itu nyeret dan nyidang gue ditempat kerja Gavin yang belum buka.

"Jangan senyum-senyum gitu lu, ah. Gue sengaja cabut ngampus gara-gara lu".

Gavin menghentakkan salah satu kakinya, sedangkan Sio sibuk bergantian menatap gue dan ponsel ditangannya.

"Balik kampus sekarang aja, Gav. Pamflet anak FE di kita nih. Abis gue sama Bika kalo telat ngasih ini pamflet".

"Bentar ini sepupu lu perlu gue ospek dulu kalo bener selingkuh".

"Besok-besok aja ngurus ini orang. Si Bika udah spam chat. Abis ini gue".

"Udah si Bika ini, gue tanggung jawab. Sepupu lu harus ditatar hari ini kalo selingkuh beneran".

"Balik sekarang, Gav. INI BIKA UDAH NELPON".

Gue gak mendengar kalimat pertengkaran Gavin dan Sio setelahnya, karena gue tengah memikirkan seseorang.

Gue gak tau kenapa, tapi gue merasa gak enak, ada sesuatu yang mengganjal.

Ada yang salah.

Tapi gue gak tau kenapa.

Dan saat wajah Retta kembali terlintas dibenak gue, dada gue berdenyut tak karuan.

"Kalo elu ngelepas Retta sekarang, gak ada jalan yang bakal bawa lu kembali ke dia".

Itu ucapan Gavin yang pertama kali gue dengar setelah sadar dari lamunan. Setelah mengatakan itu, Gavin bangkit dari duduknya dan menatap gue dalam, sebelum akhirnya meninggalkan gue yang menegang.

"Terserah lo sih bang mau gimana. Tapi yang gue tau dari semua cerita lo, lo sayang banget sama Retta-retta itu".

Sedangkan Sio menepuk bahu gue pelan dan tersenyum simpul ketika berpamitan. Dan itu semakin membuat gue gak karuan.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang