Hampir Sempurna

178 29 6
                                    

Lea

'Karena tiap orang ada masanya dan tiap masa ada orangnya'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Karena tiap orang ada masanya dan tiap masa ada orangnya'.

Sekuat tenaga gue kepalkan tangan ketika satu kalimat itu terdengar. Sebisa mungkin gue tidak mengeluarkan sumpah serapah untuk membalas perkataan itu.

Gue selalu membenci kalimat itu. Amat sangat membenci.

Apa yang salah pada masa? Apa yang salah dari posisi seseorang?

Masa tidak membuat posisi seseorang berubah. Masa tidak membuat sebuah kehadiran menjadi kehilangan, kecuali sebuah takdir.

Pada dasarnya masa tidak merubah apapun tapi sikap dan sifat yang mengubah segalanya.

Contohnya bunda, pada setiap masa apakah rasa sayang beliau untuk Gasa dan Arsen berubah? Enggak kan!

Bagi Gasa dan Arsen pun, Bunda tetap prioritas pertamanya di sepanjang masa.

Harusnya setidaknya walaupun bukan makian, gue bisa bilang tidak setuju dengan ucapannya itu. Tapi tetap saja sampai percakapan terputus, gue diam dan memendam semua rasa kesal yang gue rasakan.

Retta pergi.

Sahabat gue itu udah pergi dari Bandung.

Setelah kemarin Retta dinyatakan lulus pada sidang akhirnya, siang ini saat gue, Gasa dan Kenno akan merayakan kelulusan Retta, dia pergi begitu aja.

Semua bermula dari Kenno yang menghubungi gue berkali-kali karena saat akan menjemput Retta di rumahnya.    Retta tidak keluar dari rumahnya padahal Kenno bilang ia sudah mengetuk pintu dengan keras.

Gasa juga bilang untuk reservasi di restoran tempat kami akan merayakan kelulusan Retta, Retta batalkan kemarin malam.

Sampai akhirnya setengah jam yang lalu, ponsel gue bergetar dan memperlihatkan nama Retta disana.

Retta bilang ia pergi. Di bilang kali ini dia akan benar-benar pergi dari Bandung.

Saat gue tanya tentang Jakarta, ia bilang Jakarta bukan menjadi tujuannya. Dan Retta tidak memberitahu dimana tujuannya untuk menetap.

'Le, kalo gue bukan lagi masa lo, lo gak akan sedih karena ketidakhadiran gue'.

Gue kembali mengepalkan tangan kuat saat kalimat dari Retta kembali teringat.

Gue sedih!

Nyatanya setelah telepon dari Retta ini gue menangis sejadi-jadinya. Dada gue terasa begitu sesak.

Gue ingin marah, tapi gue gak bisa marah. Karena pada dasarnya gue dan Retta sama.

Sebab nanti, bukan hanya Retta yang meninggalkan Bandung, gue juga begitu.

Tiba-tiba gue teringat Gasa. Apakah ia tahu bahwa Retta sudah pergi?

Apakah Gasa akan baik-baik saja dengan keputusan Retta untuk pergi?

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang