Sampai bertemu, nanti. (Meda pov)

217 18 8
                                    

Pada waktu, kita tertegun.

Memperlihatkan segala rupa yang terwujud.

Dari semua hal, tangis itu lebih banyak terbentuk.

Jadi pada titik akhir, semoga luka itu bisa pergi.

Dan saat bertemu nanti, duka itu tidak lagi menyelimuti.

- PS

* * *

Dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewasa.

Satu kata itu terlalu samar. Kata-kata itu terlalu berat untuk gue terjemahkan. Gue sudah berusaha memahami, tapi tidak juga gue mengerti.

Butuh waktu lama, sampai akhirnya gue sadar gimana anjing-nya gue saat itu. Gimana goblok-nya gue bisa sejahat itu sama Retta. Sejahat itu sama Lea.

Di umur dua puluh lima tahun ini, gue sedikit paham, tentang arti sebuah kepercayaan. Tentang arti sebuah hubungan.

Walau pada masa lalu, gue dan Retta tidak memiliki nama pada hubungan kami tapi kala itu, gue sudah berkomitmen untuk bersama Retta, bagaimanapun keadaannya.

Harusnya gue membuat jarak pada mereka yang tak dikenal. Harusnya gue memiliki batasan. Tapi karena ego yang gue punya, gue malah membiarkan semuanya luruh kemudian mengikuti arus pada hal yang tidak semestinya.

Harusnya saat itu, gue menjadikan Retta yang utama. Berjalan beriringan bersama cewek itu di setiap langkah. Bukan malah membiarkan cewek itu tertinggal di belakang, berjalan seorang diri bahkan sampai begitu sulit untuk gue lihat.

"Kak Meda, buruan. satu jam lagi acara Kak Lea mulai nih".

Suara milik Nara membuat gue tersadar. Saat ini Nara berdiri di hadapan gue dan sibuk mengurus kebaya yang dikenakannya. Ia juga sedikit kelimpungan dengan ponsel yang ada ditangannya.

Gue tersenyum sebentar, mengingat bagaimana Nara yang tidak bisa lepas dari ponsel ditangannya sejak tiga bulan lalu. Sejak anak itu mendapat kabar dari Kakaknya bahwa sebentar lagi sang kakak akan mengadakan sebuah pertunangan.

"Buruan Kak, jangan ngelamum terus".

Karena gue tidak juga bangkit dari atas sofa, Nara berjalan menghampiri gue dan menarik gue pelan agar berdiri dan berjalan mengikutinya.

"Bukannya minggu lalu, lo bilang bakal ke acara sama pacar lo, si Mark?".

Nara segera melepaskan tangannya pada lengan gue setelah tanya gue terdengar. Ada beberapa saat waktu yang anak itu ambil sebelum membalikan badannya dan menatap gue lekat.

"Gue sama Mark putus Kak beberapa hari yang lalu".

Gue terdiam setelah Nara menyelesaikan kalimatnya. Entah mengapa pada tatapan Nara ada rasa khawatir yang gue rasakan. Gue gak mengerti pasti, tapi saat ini mata Nara terlihat dipenuhi dengan kesedihan.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang