Kenno
Sabtu pagi.
Gue selalu suka suasana di sabtu pagi, walau masuk kedalam hari weekend, sabtu tidak seramai minggu. Sabtu tidak sepadat minggu. Tapi semakin tahun berlalu tidak ada perbedaan diantara sabtu dan minggu, Bandung selalu ramai saat kedua hari itu datang. Dan saat ini gue gak bisa menikmati sabtu seperti dahulu kala.
Yap, semua berubah ketika Talla memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jakarta.
Sabtu gue berantakan.
Sabtu gue tidak berjalan seperti biasa.
'KAKEN BANGUN, KATANYA MAU SEPEDAHAN DI DAGO!'.
Gue tersenyum saat mendengar suara itu. Enggak, itu cewek ceroboh gak ada disini tapi suaranya selalu menyambut gue disetiap pagi.
Suaranya yang menggelegar, teriakkannya yang memekakkan telinga, gue kangen itu semua. Dan sehari setelah Talla pindah ke Jakarta, gue menjadikan teriakkannya sebagai alarm gue.
Gue membuka galeri pada ponsel dan melihat foto terakhir yang gue ambil saat cewek itu menikmati harinya. Gue terkekeh mengingat gimana Talla selalu merekahkan senyumannya setiap mengayuhkan sepeda.
Talla suka harum embun pagi.
Talla suka dingin udara pagi yang berlomba-lomba menyentuh permukaan kulitnya.
Talla suka sabtu pagi dan karena cewek itu gue merindukan hari sabtu bersama dengannya.
Gue kangen Talla.
Gue kangen sepedahan sama cewek itu.
Cewek ceroboh, gue kangen lo.
*Gue membereskan kamera kemudian menaruhnya dan beberapa kertas hasil diskusi kedalam tas lalu bersiap untuk meninggalkan kelas. Setelah kepergian Talla, gue yang awalnya menghindari kelas dihari sabtu malah memilih atau mengganti kelas agar sabtu gue yang kosong dapat terisi lagi.
Saat gue akan berjalan menuju parkiran, satu teriakkan membuat gue menghentikan langkah. Disana gue melihat Lea terkejut dengan memandangi ponsel ditanganya.
"ARSEN LO APAIN ANAK ORANG SAMPE NANGIS BEGITU?".
Teriakkan Lea kembali terdengar dan tanpa sadar gue berjalan mendekatinya.
"Lo kenapa, Le?".
Lea memundurkan langkahnya karena kedatangan gue yang tiba-tiba, tak lama cewek itu memasukkan ponselnya ke saku celana.
"Eh Kenno, enggak gue kenapa-kenapa".
Lea tersenyum simpul pada gue, melihat cewek didepan gue ini kayanya gak apa-apa, gue berniat untuk pamit tapi setelah mendengar pertanyaan yang diucapkannya, itu malah membuat tangan gue terkepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?