Titik

511 56 30
                                    

Retta

Akan ada akhir pada sebuah cerita dimana pilihannya antara bahagia maupun tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan ada akhir pada sebuah cerita dimana pilihannya antara bahagia maupun tidak.

Gue selalu inget dari dulu setiap nonton bareng Lea maupun Gasa ending cerita akan menggambarkan kebahagiaan.

Bahkan saat kelas Produksi Media Elektronik, dosen mengajarkan bahwa ending harus menggambarkan kebaikan karena akan ada nilai yang dipetik dari sana.

Setiap mendengar kata akhir selalu ada helaan nafas yang gue keluarkan sebab seperti sebelumnya gue pernah bilang rasa suka enggan untuk sekedar berkenalan dan hanya duka yang menyambut di tepi jalan.

Bohong kalau gue gak pernah merasa bahagia, karena  kehadiran Lea dan Gasa menjadi alasan gue untuk bertahan.

Namun satu yang pasti dalam sebuah hubungan yang dibina akan ada kecewa ya dirasakan akan ada pembanding yang diharapkan.

Salah satunya tentang posisi.

Gue terbiasa mendengar tentang posisi gue diantara Lea dan Gasa. Orang-orang bilang gue bukan temen yang baik. Orang-orang bilang gue cuma jadi temen gang buruk. Selama menjalani hari dengan mereka berdua gak ada satupun ucapan masuk dalam telinga.

Tapi waktu itu, entah bermula dari mana, seseorang bilang bahwa gue egois bahkan terlalu memonopoli.

Awalnya gue mengacuhkan namun makin lama gue gak bisa dan ketika melewatinya dengan sudut pandang berbeda, gue tau bahwa memang egois hadir disana.

Maka dari itu gue memilih memelankan langkah. Maka dari itu gue memilih berhenti sesaat bahkan tidak sadar gue sudah berhenti seutuhnya.

Kaya sekarang, saat gue membuka mata dan menyadari dimana gue berada, gue yakin akan ada amarah yang Gasa keluarkan karena dari dulu cowok itu paling gak suka kalo gue memilih menikmati rasa sakit sendiri.

"Masih sakit?".

Suara Gasa begitu dingin, cowok itu duduk dipinggir kasur sambil melipat kedua tangannya di dada.

Perlahan gue bangun dan menyenderkan punggung lalu menatap Gasa yang terdiam sambil mengamati gue tajam.

"Udah baikkan kok".

"Ini bukan pertama kalinya".

Setelah mendengar Gasa selesai berbicara ada satu senyum tulus yang gue berikan. Gue nengerti maksud cowok itu dan gue tau ada khawatir disana.

"Itu udah lama, Sa. Gak ada yang perlu lo khawatirin lagi".

Gasa menatap gue lekat, entah mengapa tatapannya ini membuat dada gue terasa berat.

"Selama masih ada luka disana, gue gak bisa tenang".

Gasa menghembus nafasnya pelan kemudian bangkit dan duduk persis di depan gue.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang