Meda
Dulu, waktu gue kecil ibu selalu bilang jika gue berusaha akan sesuatu dengan baik, hasil yang memuaskan akan gue terima.
Seperti saat itu, selama sekolah gue selalu masuk sepuluh besar dan ibu akan bilang hal tersebut merupakan buah dari usaha gue belajar selama ini.
'Berusaha dengan keras akan menghasilkan hasil yang baik'.
Gue berpegang dengan kalimat itu, namun gue lupa, hidup itu gak selamanya ngasih hal baik.
Jadi saat gue sudah berusaha dengan baik dan hasil yang gue dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi, harusnya gue sudah mengerti. Gue sudah paham karena hidup itu gak selalu memberikan kebahagian setiap saat.
Sama kaya sekarang, ketika melihat Retta berjalan mendatangi gue yang sedang duduk di ayunan taman Super Hero, gue berprasangka, harapan gue jauh dari kenyataan.
Retta akan selalu seperti itu, jika disini walaupun hanya terdiam dan duduk di ayunan, mata cewek itu memperlihatkan binar yang hangat.
Apalagi saat pandangannya fokus melihat anak laki-laki sedang bermain jungkat-jungkit bersama teman sebayanya.
Ada jeda. Gue mengambil jeda dan membiarkan keheningan membaur diantara gue dan Retta.
Siang ini matahari gak terlalu terik, ditambah pohon tinggi yang tumbuh di dekat ayunan, seharusnya cewek disamping gue ini bisa nyaman untuk duduk di sini, sama seperti biasanya.
"Ta".
Mendengar gue memanggil namanya, Retta berdeham tapi matanya tidak teralih pada anak-anak yang sedang bermain di taman.
"Apa kabar?".
Gue bisa melihat Retta yang tersenyum tipis mendengar pertanyaan gue.
"Baik".
Hanya satu kata yang gue dengar dari mulut Retta saat membalas pertanyaan gue.
Hanya satu kata saja, namun gue bersyukur untuk jawaban yang cewek itu berikan. Setidaknya pada pertemuan kali ini, Retta dalam keadaan baik.
"Ta".
Gue kembali memanggil nama Retta dan seperti tadi, cewek itu tetap berdeham serta masih mengedarkan matanya pada anak-anak yang bermain di taman.
Melihat Retta, tidak sadar gue mengepalkan tangan kuat. Rasanya sesuatu menekan dada gue keras.
Pertemuan gue kali ini dengan Retta bukan hanya pertemuan yang tidak di sengaja.
Pertemuan gue kali ini dikarenakan gue terlalu mengecewakan cewek di samping gue ini. Begitu mengecewakannya.
"Aku minta maaf".
Sudah berkali-kali. Gue sadar betul kata maaf selalu gue berikan kepada Retta. Dan mungkin, cewek itu sudah bosan untuk mendengarkannya.
Ketika mendengar kata maaf yang gue berikan, gue bisa melihat tatapan Retta yang berubah kosong. Binar matanya tadi, seketika hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?