Terbiasa

625 85 5
                                    

Lea

Lea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terbiasa.

Untuk satu kata itu ada ketakutan yang gue rasakan. Bukan takut, gue malah terlalu takut pada kata itu.

Sudah berlangsung lama dan seakan sudah menjadi rutinitas ketika gue selalu mengepalkan tangan kuat saat sepasang mata itu menatap gue lekat.

Gue masih inget gimana lima tahun yang lalu pemilik mata itu menatap gue sambil tersenyum ramah.

'Sorry nih, gak usah takut sama cewek tadi. Emang galak sih, tapi gak gigit'

Gue inget dia ketawa setelah menyelesaikan kalimatnya kemudian mengulurkan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue inget dia ketawa setelah menyelesaikan kalimatnya kemudian mengulurkan tangannya.

'Gue Gasa yang tadi Retta. Yang sabar ya sebangku sama itu anak. Kalo mulut sama matanya bikin elo takut, bilang gue aja'.

Saat itu gue hanya tersenyum kecil untuk merespon ucapan Gasa. Gue bukan cewek pemalu tapi saat itu hari pertama gue masuk kelas bimbel. Dari awal gue udah menolak perintah orang tua gue untuk ikut bimbel disana, alasannya simpel karena temen-temen kelas gue gak pada les untuk mempersiapkan UN disana dan anak SMP itu identik dengan kubu-kubuan jadi gue gak mau tersisihkan karena bukan bagian dari the genk mereka.

Tapi setelah beberapa hari dan ternyata dugaan gue bener, sosok Gasa selalu hadir untuk menanyakan apakah Retta menakuti gue atau enggak. Karena kelas cowok itu berbeda dengan kelas gue dan Retta, Gasa selalu menggunakan waktu istirahatnya untuk mampir dan mengajak kami berdua buat jajan.

Kehadiran Gasa selama hampir tujuh bulan saat itu membuat gue tidak merasa terasingkan dan karena Gasa juga gue bisa mengenal gimana hangatnya seorang Retta.

"Le, lo beneran mau balik aja? Gak mau nginep dirumah? Arsen juga lagi balik tuh".

Selalu begitu. Tatapan mata lekat Gasa selalu buat gue terdiam dan semua perhatiannya membuat gue kembali mengepalkan tangan kuat.

"Gue balik aja Sa. Ta, lo nginep tempat gue, gue gak nerima penolakan".

Gue liat Retta mengangguk kecil sambil melihat pemandangan dari jendela.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang