Teman

422 57 13
                                    

Retta

Untuk waktu yang lama, gue menganggap bahwa hidup adalah penderitaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk waktu yang lama, gue menganggap bahwa hidup adalah penderitaan. Rasa sedih, rasa benci yang akan terus berputar tanpa pernah berniat untuk enyah dari sana.

Hidup gue selalu sendiri, karena yang gue tau bergantung pada orang lain hanya akan menyulitkan diri sendiri. Menyesakkan hati.

Waktu gue SMP, gue selalu merasa bahwa akan ada hari indah setelah kemelut hati gue rasakan. Tapi pada saat itu juga, gue mengenal namanya perpisahan. Gue mengerti sakitnya perpisahaan. Gue mengetahui bahwa  harapan adalah omong kosong semata.

Dan dari situ gue memilih sendiri, memilih untuk berdiri dengan kedua kaki gue sendiri tanpa perlu uluran tangan siapapun itu.

Namun sayangnya semesta berkata lain. Setelah memeluk cowok dijembatan penyebrangan serta menangis sesenggukan dihadapannya, entah mengapa gue selalu menyambut tangannya dihari berikutnya. Gue selalu mengikuti langkahnya juga mendengarkan ucapannya.

Sampai saat ada orang lain datang pun gue membiarkan hati gue terbuka. Menerima uluran tangannya juga dekap hangatnya.

Dari dua sosok itu gue belajar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Manusia memerlukan orang lain bahkan sampai bersandar juga menumpukkan hidupnya.

Gasa dan Lea.

Untuk makian yang gue lontarkan.

Untuk rentetan kalimat menyalahkan yang gue utarakan.

Kedua sosok itu menjadi alasan gue untuk bisa berterimakasih pada semesta.

Banyak hal gue pelajari, banyak hal gue terima dan karena mereka gue bisa tinggal dirumah yang setengah mati ingin gue tinggalkan begitu saja.

"Ta, lo paka baju gue aja. Gue gak nerima lo balik dan gak jadi nginep disini".

Ucapan Lea bergema dan itu membuat gue tersenyum sebentar.

Gasa bilang ini sudah hampir lima hari dari kepergian mama Lea dan papa Lea pun ikut pergi sehari setelah mama Lea pergi. Alasannya keduanya sama yaitu mengurus kantor cabang yang entah berada dimana.

Lea kesepian. Lea gak suka sendirian. Maka dari itu gue mendatangi rumahnya dan memilih untuk menginap disana.

Karena gue tau, sendiri itu gak enak. Sepi itu mencekam. Dan gue gak mau Lea merasakannya.

"Kata Gasa, mama lo udah pergi dari beberapa hari yang lalu, kenapa gak ngabarin gue?".

"Lo kan kemaren sibuk ngurus berkas sama tugas, Ta".

"Lo gak ngabarin gue bukan karena Meda, kan?".

Gue bisa melihat Lea menghembuskan nafas panjang, Lea merasa bersalah. Gue tau itu tapi kenapa? Seperti apa yang pernah gue katakan ke Meda waktu itu, bahwa enggak ada yang salah jadi gak ada yang harus merasa bersalah.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang