Chapter 48

10.9K 473 9
                                    

Prilly berlari kecil menuju toilet sekolah setelah turun dari tangga darurat sekolah tersebut dengan membekap mulutnya juga air mata yang membasahi pipinya.

Sedangkan dari samping tangga darurat tersebut terlihat sepasang mata tengah memandang sinis prilly.

harusnya lo lepasin al sedari awal prilly sayang..’ sinis orang tersebut dalam hati.

-----

Prilly menatap dirinya lewat cermin yang ada didalam toilet sekolah tersebut. Ia kembali mengusap pipi chubby nya yang penuh dengan airmatanya,

Aku sayang kamu al, tapi aku gamau terlibat dalam situasi seperti ini...’ gumam prilly dalam hati

Semoga keputusan yang aku ambil ini tepat.. ’ lanjut hati prilly

Ia kembali menatap cermin, terlihat kantung mata kecil dibawah matanya. Ia berinisiatif mengeluarkan bedak yang ada didalam saku roknya. Yaps! Bedak ini tidak pernah lepas jauh dari prilly.

“oke, stop prill. Lo gaboleh nangis! Udah cukup, nanti si gritte bisa-bisa bawelin gue lagi” gumam prilly sambil tersenyum kecil dan mulai memoleskan bedaknya ke pipi chubby prilly.

Setelah dirasa cukup, prilly merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dengan tangannya. Setelah itu ia keluar dari toilet.

*******

Al memasuki ruang kelas dengan penampilan yang bisa dibilang ‘sedikit berantakan’ karena rambut yang kusut, wajah yang ditekuk juga tangan kiri yang memar. Pandangannya pertama kali tertuju pada prilly yang sedang duduk dibangkunya dengan memasang wajah yang biasa saja, bahkan tertawa bersama teman sekelas lainnya. Yang seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit lalu membuat al kesal.

kamu tertawa bie? Kemana wajah kamu yang tadi penuh dengan air mata? Apa kamu bahagia bisa lepas dari aku? Aaaargghhtt shitt!! Oke kalo itu mau kamu bie.. Akan aku ikuti.. Yang penting kamu bahagia’ gumam al dalam hati

Ia berjalan dengan pandangan dingin menuju bangkunya, duduk dibelakang bangku prilly.

Prilly yang menyadari akan kehadiran al, ia hanya menghela nafas beratnya. Ia melirik sedikit kearah al, dilihatnya tangan memar al yang masih mengeluarkan sedikit darahnya membuat prilly kaget. Namun ia berusaha keras untuk tidak menampakkan raut kagetnya.

Tangan al.. Kenapa tangannya?  Kenapa memar gitu?’ batin prilly

Gritte yang bisa menangkap gelagat kegelisahan dari muka prilly langsung angkat bicara.

“kenapa prill? Ko kayak yang gelisah gitu?” tanya gritte penasaran

Prilly tersentak kaget, “eh, enggak ko.. Hehe. Ini.. Apa.. Emm si merry gak bisa jemput gue. Soalnya dia langsung ke lokasi” umpat prilly santai, namun dalam hatinya ia sangat gelisah. Takut gritte tak mempercayai ucapannya, mengingat gritte sangat sulit untuk dibohongi.

Gritte hanya ber‘oh’ ria.

“yaudah, bareng gue aja” lanjut gritte dan diangguki oleh prilly yang memasang senyum kecutnya.

----

Beberapa hari berlalu, hari minggu ini prilly sedang berada di panti asuhan melati untuk acara amal juga syukuran atas kerjasamanya bersama ali berjalan mulus.  Bukan hanya keluarganya juga dokter hesty yang sengaja ia undang, tetapi kaia, ali, brandon, billy beserta tim managemennya juga budhila datang diacara tersebut.

Setelah selesai acara, prilly yang kini sedang menemani anak-anak kecil sedang melukis dihalaman belakang panti tersebut yang memang sangat pas untuk sekedar melukis.

I Will Be Here..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang