Chapter 58

10.5K 509 31
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit yang diberitahukan milla, prilly tanpak gundah gelisah. Membuat ali sedikit kurang berkonsentrasi ketika menyetir.

“sayang udah dong hey, jangan nangis terus.. aku yakin kok mama kamu gak kenapa-napa, ya?” ujar ali lembut sambil mengusap puncak kepala prilly.

Prilly mengangguk, “tapi aku khawatir. Yang aku tau mama sama papa pulangnya besok lusaa” rengek prilly, seperti anak kecil membuat ali tersenyum kecil. Sungguh menggemaskan jika prilly sedang seperti itu.

Ali tak menjawab ucapan prilly tadi, ia lebih memilih berkonsentrasi menyetir.

****

Sedangkan disalahsatu ruangan di rumah sakit, terlihat sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk memberikan surprise ulangtahun prilly yang tepat malam ini. Mama ully yang sedang di makeover oleh merry sudah seperti orang yang sedang sakit, dengan perban membalut kepala mama ully yang diberi sedikit betadine, selang infus yang ditempel dipergelangan tangannya sudah seperti asli sedang di infus. Dan tak lupa juga bedak yang dipoles membuat wajah mama ully sangat pucat.

“hebat juga lo makeover mama gue” puji milla pada merry, membuat merry terbang ke langit ke tujuh. WkwkLol

“ya pasti dong boss, merry kan assisten artis papan atas yang beberapa tahap lagi go internasional.. ya gak mami boss?” ucap merry dengan bangganya. Membuat papa rizal dan mama ully terkekeh.

“oh iya tte, cake udah siap kan?” tanya mama ully memastikan.

“aman tante,” jawab gritte sambil mengacungkan kedua jempolnya

“mba, mas! Kasian juga prilly kalo dikerjainnya gini banget..” ucap dokter hesty. Dokter pribadi keluarga prilly

“sekali-kali, gak papalah” jawab mama ully dan papa rizal sambil terkekeh.

“mah, Prilly udah didepan nih” ucap milla mengingatkan saat prilly barusaja me-whatsapp sudah tiba di rumahsakit.

“yaudah, mba sekarang berbaring. Mas, pokoknya pasang muka sesedih mungkin” perintah dokter bername tag hesty tadi. Mama ully dan papa rizal mengangguk mengerti.

“merr, obat tetes matanya mana?” tanya milla, merry mengeluarkan obat tetes matanya dan mulai meneteskannya pada mata milla, gritte, dan michelle bergantian.

----

Prilly’s POV

Aku berjalan dengan sedikit berlari menelusuri lorong dirumahsakit ini, ali sudah beberapa kali mengomeliku untuk melepas dulu high heels yang aku pakai ini, katanya gak baik lari-lari pake heels tinggi seperti ini. Huhh ali masih saja sweet disaat seperti ini.

“sayang, plis lepas dulu heelsnya ya? Kamu pake sepatu aku dulu” bujuknya lagi, saat kami berada di depan dua lorong yang berbeda arah. Namun aku masih saja menggelengkan kepalaku.

Ah mana sih ruangannya? Perasaan dari tadi gak ketemu-temu. Jadi gak enak gini perasaan aku.. duhh mana udah larut banget lagi nih, aku jadi ngebayangin malam seperti ini dan dirumah sakit kan pastinya banyak jenazah tuh yang belum dipulangin? Hih, bulu kudukku jadi merinding.

“yang? Hey? Ko malah ngelamun sih?” tegur ali sukses membuyarkan lamunan hororku itu. Huffft

“eh, engga! Ruang rawat mama dimana sih? Ko daritadi kita gak nyampe-nyampe sih yang?” keluhku,

Ku lihat ali menggidikkan bahunya, “heelsnya lepas kalo mau lari”

Aku menghela nafas, tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang ku lihat dari sudut ekor mataku melintas. Ntah ini hanya halusinasi atau nyata? Aku langsung merangkul tangan ali kencang dan menyembunyikan mukaku didada bidangnya.

I Will Be Here..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang