Sarah turun dari mobil dan menemukan Geri yang hendak masuk kedalam mobilnya dengan langkah lunglai tak bertenaga. Gadis itu menghentikannya untuk menegur, dengan bertanya "Kenapa lo? Kayak bukan lo Ger."
Geri mendongak "Lo mau ketemu Gea?"
Sarah mengangguk "Hm. Bagas sama Bams nyusul nanti. Lo jangan pulang, mereka bakal kesini"
"Gue juga gak mau pulang, tapi gue harus pulang."
"Ada sesuatu?"
"Gue putus sama Gea"
Sarah menghela napas "Ini yang keberapa dalam sebulan? Gue sampe bosen denger kata itu keluar dari mulut kalian. Nikah aja udah nikah."
Geri merasa frustasi saat merasa tangannya gemetar. Yang awalnya bingung pada dirinya sendiri yang selalu emosional mendengar kata 'menikah', kini saat tau alasannya, Geri merasa frustasi dan merasa tidak ada hal yang bisa lelaki itu lakukan.
"Ger" Sarah menjadi tak enak "Gue salah ngomong yah?"
Geri mendongak dan mengacuhkan itu "Gue duluan. Jangan tinggalin Gea, dia butuh seseorang kayak lo."
"Kalo pun Gea beneran butuh seseorang, itu pasti lo, bukan gue." Koreksi Sarah
"Menurut lo kayak gitu?"
"Tentu"
"Gue harap dia satu frekuensi sama lo. Gue duluan." Geri melangkah buru-buru takut Sarah bertanya lebih lanjut.
Sarah menggeleng "Mau heran tapi itu Geri, mau aneh juga itu Geri." Gumamnya. Dengan kedua tangan mendekap keranjang buah yang sengaja dibelinya, Sarah melangkahkan kakinya menuju kamar dimana Gea dirawat.
Begitu sampai Sarah membuka pintu tersebut dan Gea tidak ada dikasurnya.
"Gea?" Panggil Sarah. Gadis itu melangkah masuk dan meletakkan keranjang buah yang dibawahnya keatas brankas.
"Ge, lo dikamar mandi?" Tak mendapat sahutan, Sarah berinisiatif membuka pintu toilet untuk mencari gadis itu, yang lagi-lagi tak ada disana "Ge, lo—"
Semua kalimat yang hendak Sarah utarakan terbenam dikerongkongan dan tak ia suarakan, begitu melihat Gea yang duduk memeluk lututnya sendiri dibelakang pintu, dengan membekap mulutnya sendiri menggunakan telapak tangan
Sarah menghela napas untuk kedua kalinya hari ini, sebelum mendekati Gea dan memeluk gadis itu, menenangkannya dengan mengusap punggung Gea perlahan.
"Gue gak bakal banyak tanya. Lanjutin aja" ujar Sarah membuat tangisan Gea membludak
"Kalian itu kenapa sih, ha? Heran gue. Yang satu lemes kek orang kesetrum, yang satu nangis dipojokan. Kalian beneran putus? Kali ini kenapa lagi? Kalo masih ditangisin kenapa putus?" Meskipun mengatakan tak akan banyak tanya, nyatanya bibir Sarah gatal ingin mengatakan hal tersebut.
"Banyak yang harus lo ceritain ke gue setelah ini, Ge."
***
Pintu kamar Geri diketuk tiga kali, namun tidak ada respon apapun dari pemilik kamar didalam sana.
Geri yang tidak mengatakan apapun dan melewatkan jam makan malam membuat Dewi akhirnya melangkahkan kakinya menaiki tangga, menuju kamar sang putra untuk melihat kondisinya.
"Bang, ini bunda." Teriak Dewi, takut-takut alasan Geri tak membukakan pintu karena berfikir dirinya Cila "Bunda masuk gapapa?"
Karena masih tak ada respon dari Geri, Dewi nekat membuka pintu didepannya dan menutupnya kembali ketika sudah didalam
"Abang?" Dewi heran melihat Geri yang menggulung seluruh tubuhnya didalam selimut. Wanita itu berjalan mendekat dan menyingkap selimut tersebut "Abang ngapain? Nyalain ac tapi tutup semua badan pake selimut. Keringet semua badan kamu, bang. Percuma kamu mandi juga kalo keringetan lagi"
![](https://img.wattpad.com/cover/222020813-288-k495505.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BUKAN] Couple Goals 2
Teen FictionSequel [Bukan] Couple Goals "Lo kenapa sih marah-marah mulu?" "Hormon" "Hello, lo tiap hari marah-marah, itu haid apa pendarahan?" Seru Geri pelan Gea nyengir "Lo kan tau, gue sambil berak aja bisa kerja" "Bukan berak, tapi pup" koreksi Geri "Apa be...