"Bunda, nyuci kaos abang gak?" Geri berteriak dari lantai atas, lalu tak lama cowok itu turun mendekati Dewi yang sedang menonton sinetron
"Kaos apa?"
"Kaos dari Gea, Abang lupa naro" cowok dengan baju kletekan tersebut duduk disamping sang Bunda
"Kaos kayak gimana emangnya?"
Geri mengatupkan bibirnya, agak malas menyebutkannya. Bukan malas, mungkin lebih ke malu aja sebenernya
Merasa tak mendapat jawaban, Dewi menoleh "Kayak gimana Bang?"
"Kayak kaos biasa aja bunda, cuma ada tulisan doang didadanya"
"Ya kasih tau secara detail Geri, bunda mana tau kalo kamu gak bilang. Kaos kamu banyak, belom lagi yang ada di Cila, belom dibalikin"
Geri mendengus "Bukan belom bunda, tapi gak akan pernah dibalikin" Dewi terkekeh
"Kayak gimana kaosnya?" Tanya Dewi halus
"Jangan diledekin yah tapi"
"Iyaaa. Apa?"
"Tulisannya- pantaskan diri saja, semua akan nikah pada waktunya"
Dewi menahan senyumnya, Geri mencebik
"Tuhkan ngeledein abang!"
"Nggak bang. Itu beneran dari Gege tapi?"
"Bundaaaa" desah Geri panjang, malu
Kemarin, Gea memberikan kaos itu padanya, tanpa meminta persetujuan Geri, cewek itu seenak udel buat kaos
"Bukannya gak boleh kasih hadiah kain ke pacar yah?" Tanya Dewi
Geri menggeleng dan memangku kastangel buatan Dewi yang berada diatas meja "Abang gatau. Emangnya kenapa katanya?"
"Ada mitosnya tau Bang. Katanya, ngasih hadiah berupa kain ke pacar, itu bisa buat putus hubungan"
"Bunda ini kayak gak tau arti mitos aja" Geri terkekeh "Mitos itu kan belom diketahui kebenarannya"
"Ih, kamu tuh yaa, selalu susah dikasih tau. Banyak yang udah kejadian tau"
Geri mulai waswas "Apa iya bunda?"
"Tapi ada yang gak beneran kejadian juga" Dewi melengos
"Semoga nggak deh" Geri mengangkat bahu acuh dan kembali memakan kastangel keju dipangkuannya
"Lagian kalian kapan sih nikah? Kamu kapan lamar Gege? Gak takut Gea-nya Geri digondol orang lain?" Tanya Dewi gemas
Wanita itu sudah ingin menggendong bayi, tentunya bayi dari Geri, karena usianya sudah tak lagi muda untuk hamil kembali. Sedangkan Cila, gadis itu tak ingin melangkahi Geri, lagipula usianya belum cukup matang untuk menikah. Berbeda dengan putra sulungnya yang sudah siap segalanya
"Nanti Bun, nunggu tanah abang kejual" Geri memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba berdenyut sakit
Dewi mengernyit "Abang punya tanah?"
"Punya Bunda, Abang kan gak sombong anaknya." Sombong Geri
"Apa iya yah?"
"Dih gak percayaan, nih abang kasih tau" Geri meletakkan kembali toples kaca ke atas meja dan duduk menyamping menatap Dewi
"Dari Slipi sampe Bundaran HI, itu tanah abang" Geri tertawa
"Emang gendeng kamu bang. Bunda sendiri masih tetep kamu jailin" kesal Dewi. Putranya itu tak berubah, padahal sebentar lagi kepala tiga
KAMU SEDANG MEMBACA
[BUKAN] Couple Goals 2
Teen FictionSequel [Bukan] Couple Goals "Lo kenapa sih marah-marah mulu?" "Hormon" "Hello, lo tiap hari marah-marah, itu haid apa pendarahan?" Seru Geri pelan Gea nyengir "Lo kan tau, gue sambil berak aja bisa kerja" "Bukan berak, tapi pup" koreksi Geri "Apa be...