"Jadi gimana soal klinik gue yang kata lo udah 60%?" Geri menempelkan pundaknya pada telinga sedang tangannya memasang jam tangan. Lelaki itu sedang berbicara dengan calon abang iparnya ditelpon, Rion
"Udah 90% sih kalo gak ada hambatan"
"Apa itu?"
"Semennya abis"
"Beli lah lagi, jangan kaya orang susah gitu ah" guraunya dan terkekeh.
"Yang biasanya abis, dan katanya butuh waktu sekitar dua mingguan buat tunggu. Yang ada cuma yang kualitasnya jelek, gue gak mau bikin adek gue jadi janda disaat dia belom nikah"
Geri meraih botol parfum diatas meja dan menyemprotkannya pada seluruh tubuh "Yaudah gapapa nunggu asalkan begitu jadi, hasilnya bagus dan memuaskan. Daripada buru-buru terus kualitasnya jelek"
"Hm. Terus, lo mau kapan gue mulai kerjain yang satunya?" Tanya Rion
"Sesempatnya aja. Tapi lebih baik kalo tunggu klinik gue selesai dulu, jangan semuanya dikerjain, nanti yang ada malah berantakan semua"
Rion mengiyakan dan percakapan mereka selesai. Geri meraih kunci mobilnya diatas meja, tepat disebelah frame foto Gea saat kecil. Geri meraihnya, menatapnya lekat dan mematut dirinya didepan cermin besar dihadapannya
Malam ini adalah malamnya.
Malam dimana Geri pergi makan malam romantis bersama Sella, seperti keinginan gadis itu.
Laki-laki dengan kemeja putih yang digulung sampai siku dan celana levis tersebut mengusap lembut frame foto gadisnya dengan senyum sedih
"Maaf yangg, gue harus khianatin lo lagi. Gue udah berusaha jujur dengan coba terbuka tentang yang terjadi antara gue dan Sella lakuin, tapi lo kekeh suruh gue buat terus simpen 'rahasia' gue sendirian." Gumamnya dan menyimpannya kembali ketempat semula.
Geri sudah menyiapkan restoran jepang yang memang tidak cukup senter dijakarta, sebagai tempat makan malam mereka nantinya.
Lelaki itu sengaja melakukannya, karena menurut Geri, buat apa juga bawa Sella kerestoran mahal, toh yang dia mau cuma makan pake lilin sama bunga doang -poor Geri
Namun tiba-tiba saja tuhan seakan tidak berpihak kepadanya.
Baru beberapa anak tangga Geri lewati, cowok itu harus menghentikan langkahnya karena tiba-tiba saja kepalanya sangat pening dengan penglihatan sedikit kabur. Beberapa perabotan yang terjangkau penglihatannya terlihat dalam posisi terbalik dan banyak, juga Cila yang berdiri dianak tangga terakhir, terlihat sedang lomba baris-berbaris dengan dihadiri oleh 'perkumpulan Cila'
"Bang, you oke?"
Geri berpegangan pada pegangan tangga, berusaha menggelengkan kepalanya untuk mengurangi rasa pening, begitu suara Cila terdengar menggema, seperti sedang didalam goa
Cowok dengan jam tangan dijam dipergelangan tangannya tersebut berusaha mempertahankan kesadarannya dengan terus memaksakan kedua matanya terbuka, namun ternyata itu sulit.
Perlahan namun pasti, kesadaran Geri yang semula penuh kini berubah menjadi putih-hitam, lalu menghilang, bersamaan dengan kedua matanya yang terpejam, dan kedua kakinya yang tak dapat menopang tubuhnya sendiri karna lemas.
Geri jatuh terguling dengan kepala landing lebih dulu.
***
Whrite block.
Whrite block adalah masa dimana biasanya seorang penulis merasa bahwa tidak ada lagi ide yang muncul dikepalanya, dan merasa buntu pada naskah cerita yang dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BUKAN] Couple Goals 2
Novela JuvenilSequel [Bukan] Couple Goals "Lo kenapa sih marah-marah mulu?" "Hormon" "Hello, lo tiap hari marah-marah, itu haid apa pendarahan?" Seru Geri pelan Gea nyengir "Lo kan tau, gue sambil berak aja bisa kerja" "Bukan berak, tapi pup" koreksi Geri "Apa be...