Aku gatau kalian suka atau nggak sama part ini, tapi aku udah kerja keras buat bikin satu capter doang
***
"Gue udah denger sebagian dari cerita Gea. Tapi rasanya percuma kalo gak denger apapun dari lo." Rian membuka obrolan "Jadi, ceritain diri lo. Biar gue bisa ambil kesimpulan dari dua sudut pandanga"
Geri berdehem sebelum memulai ceritanya "Gue susah banget ekspresiin perasaan gue sendiri. Kadang bahkan gue ngerasa takut buat ngungkapin emosi yang gue rasain."
"Gue sebenarnya bisa ngerasain emosi cinta. Tapi emosi itu rasanya intens, juga nakutin. Itu alasan kenapa gue selalu ngerasa cemas, setiap kali Amanda nyinggung soal nikah dan tunangan. Gue gak jarang ngerasa sendiri juga kesepian. Gue juga suka ngerasa bermasalah secara hubungan sosial, entah itu dengan keluarga, atau sama cewek gue sendiri."
Rian menyimak dengan teliti
"Gue mungkin punya banyak temen, tapi gue gak punya banyak teman dekat yang bisa gue ajak curhat atau sesederhana berdiskusi. Gue punya kemauan buat jalin hubungan intim. Tapi itu tidak bisa gue dapetin dengan jadi dekat sama Amanda."
"Sebenernya ada satu kemungkinan yang sejak Gea cerita, gue udah feeling. Tapi gue harus mastiin sesuatu" ucap Rian
"Apa?"
"Ikut gue" Rian berdiri dari duduknya
"Kemana?"
"Mau sembuh gak? Kalo mau ikut gue"
Tanpa fikir panjang Geri langsung berdiri dan ikut berjalan dibelakang Rian. Mengikuti langkah kaki cowok itu dan memasuki sebuah ruangan yang tak jauh dari letak ruangan lelaki itu
"Disya, sibuk gak?" Rian menyembulkan kepalanya di daun pintu
Yang dipanggil menoleh lalu tersenyum "Nggak, masuk aja Ri"
Rian mengangguk dan memasuki ruangan tersebut, duduk berhadapan dengan Geri disampingnya
"Kenapa?" Tanya Disya
"Temen gue punya phobia" jawab Rian
"Gue?" Tanya Gea, Rian menoleh "Gue cuma phobia kucing. Eh bukan phobia, lebih ke trauma"
Disya menatap Rian bingung. Jika hanya phobia kucing, kenapa lelaki itu harus menemuinya yang notabenenya seorang psikiater? Bukannya Rian sendiri dapat menanganinya?
"Dugaan sementara gue, dia penderita gamophobia" Rian menatap Disya
"Istilah phobia kucing kah?" Bingung Geri
Disya terkejut dan menatap Geri yang duduk disamping Rian "Serius lo?"
"Baru dugaan awal gue. Dia punya ketakutan yang kuat dan terus-menerus tentang pernikahan atau komitmen yang selalu berujung kesulitan buat kasih kepastian sama ceweknya."
"Tapikan takut nikah doang bukan satu-satunya indikasi kalo dia punya gamophobia."
"Dia Penuh ketidakpastian. Susah mengekspresikan dirinya sendiri. Status hubungan yang gak jelas. Susah bikin janji buat kencan, hangout, sama piknik. Dan yang paling mencolok, susah buat diajak datang ke pesta kawinan. Gak punya banyak temen. Sama aktif secara seksual" jawab Rian terperinci. Mengungkapkan apa yang cowok itu tangkap dari cerita Gea juga Geri yang baru didengarnya
"Oke, apa yang lo sebutin tadi emang mengarah kesana. Tapi, apa mungkin dia penderita Gamophobia?" Heran Disya
"Halo" Geri melambaikan tangannya pada kedua dokter tersebut, keduanya menoleh kearah Geri "Bisa jelasin ke orang awam. Eh nggak awam sih, gue juga dokter" ucap Geri
KAMU SEDANG MEMBACA
[BUKAN] Couple Goals 2
Teen FictionSequel [Bukan] Couple Goals "Lo kenapa sih marah-marah mulu?" "Hormon" "Hello, lo tiap hari marah-marah, itu haid apa pendarahan?" Seru Geri pelan Gea nyengir "Lo kan tau, gue sambil berak aja bisa kerja" "Bukan berak, tapi pup" koreksi Geri "Apa be...