52. Nggak Boleh Nyerah

147 40 80
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

____________

"Arrgh!"

Kaisar meremas rambutnya frustasi sambil terus menatap keluar jendela. Ia gemas dengan dirinya sendiri yang sedari kemarin mencoba mengabaikan Shana. Ini benar-benar berbeda dengan prediksi Kaisar yang akan mengira Shana akan membujuknya dan mengajak Kaisar berdamai. Yang Kaisar dapati dari kemarin hanya Shana yang tidak peduli dan Shana yang malah membawa adik kelas yang baru dikenalnya ke rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Padahal, seharusnya Kaisar yang ada di posisi itu.

Kaisar memanjangkan lehernya, mencoba mengintip mobil yang baru saja memasuki halaman rumah Shana. Ini yang ia tunggu sedari tadi. Mobil yang membawa Shana dan papanya yang entah pergi kemana.

"Loh, Shananya mana?" Dahi Kaisar berkerut saat hanya menemukan hanya Papa Shana yang keluar dari mobil kemudian melenggang masuk ke dalam rumah sendirian.

Raka membuka pintu kamar Kaisar, niat hati ingin menyampaikan informasi yang pasti berguna untuk Kaisar, malah menemukan Kaisar yang masih belum selesai mengintip rumah tetangga sebelah. Padahal adiknya itu sudah melakukan kegiatan yang sama sejak kemarin malam. Raka udah nggak heran sih, sama kebucinan adiknya yang sudah ada sedari dini itu.

"Makanya, kalau suka itu bilang, bukan malah nyari pelampiasan sana-sini," cibir Raka sambil ikut mengambil posisi di samping Kaisar yang masih setia mengintip ke rumah tetangga. Tak mau kalah, Raka juga menyibak sedikit gorden dan ikut mengintip ke rumah Shana.

Kaisar melirik abangnya yang sok tau itu dengan malas. "Lo kalau nggak tau nggak usah sok ceramahin deh, Bang." Jelas sekali Kaisar tidak bisa terima dengan tuduhan Raka yang jelas-jelas tidak tahu apa-apa.

Raka mendorong kepala Kaisar yang kalau ngomong nggak difilter dulu. Mana Raka dibilang sok tau, padahal Raka memang tahu segalanya. Kaisar saja yang terlalu menganggap remeh Raka yang kelihatannya tidak tahu apa-apa.

"Eit, jangan salah, lo pikir Shana cerita sama siapa?" tanya Raka sambil menaikkan sebelah alisnya sombong. "Sama gue! Kayaknya gue lebih tau isi hati Shana dari pada lo, deh."

Kaisar membulatkan mata, sedikit tidak percaya dengan pernyataan Raka barusan. Kaisar juga sedikit tidak menyangka bahwa ada persekongkolan antara Shana dan Raka tanpa sepengetahuannya.

"Kalau gue mau, gue bisa aja nikung lo sekarang, karena gue lebih tau apa yang Shana mau dari pada lo," ucap Raka sombong.

Mulut Kaisar menganga lebar, tidak menyangka dengan ucapan Raka barusan. Maksudnya Raka sekarang ingin bersaing dengan Kaisar atau bagaimana, ya?

"Lo kan udah punya calon! Ngapain mau sama Shana!?" balas Kaisar tidak terima. Dasar laki-laki maruk, udah mau tunangan juga, bisa-bisanya menargetkan Shana yang notabennya harus jadi miliki Kaisar.

Raka lagi-lagi mendorong kepala Kaisar pelan. Heran, giliran bahas Shana saja otak Kaisar langsung tidak bisa berfungsi dengan baik sebagaiman mestinya. Kayaknya otak Kaisar yang lumayan pintar itu sudah digadaikan Shana untuk memborong buah salak. Raka tidak habis pikir, Shana pergi ke dukun mana, ya? Sampai bikin Kaisar jadi segoblok ini.

"Itu kan cuma perumpaan, tolol kan lo lama-lama."

Kaisar menutup tirai jendela kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia mentap langit-langit kamarnya tanpa memedulikan keberadaan Raka lagi. Kaisar benar-benar tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Belum lagi ia teringat dengan pernyataan Shana waktu di kolam renang, sejak hari itu, Kaisar tidak pernh merasakan hatinya tenang sedikitpun.

"Makanya, lo kalau nyatain perasaan itu harus serius, jangan dibawa becanda mulu, Shana kan mikirnya lo cuma becanda," ucap Raka yang sudah duduk di kasur Kaisar.

"Lo nggak tau sih, gue udah ditolak berapa kali sama Shana," balas Kaisar lemah.

"Itu salah lo sih, bilangnya suka sama Shana, tapi ngajak sembarangan cewek pacaran." Sudah Raka bilang kan sebelumnya kalau ia mengetahui segalanya. Masih saja adiknya itu tidak mempercayainya. "Lo tau nggak? Shana udah berapa kali diserang sama pacar-pacar gadungan lo itu?"

Kaisar terdiam, tidak berani menjawab pertanyaan Raka. Kenyataan bahwa Shana sering terluka karena ulahnya membuat Kaisar tidak berani membuka suara. Setelah dipikir-pikir lagi, ternyata selama ini Kaisar tidak melindungi Shana sama sekali. Ini lebih seperti Kaisar membutuhkn Shan tpi tidak memperhatikn Shana.

"Untung Shana bukan tipe cewek yang lemah-lemah banget, makanya dia bia ngatasin sendiri. Coba lo bayangin, kalau papanya Shana tau kalau anaknya sering digangguin gara-gara ulah lo. Jangankan dapat restu, gue nggak yakin lo boleh ketemu Shana lagi."

"Terus sekarang gue harus gimana? Shananya aja udah jadian sama orang lain."

"Terus lo nyerah gitu aja? Rebut kek, masalah ini doang juga harus diajarin, dasar beban negara," cibir Raka.

Tanpa membalas ucapan Raka, Kaisar bangun dari posisinya dan seolah bersiap-siap untuk pergi. Raka yang tidak tahu tujuan Kaisar hanya memperhatikan gerak-gerik Kaisar dengan seksama. Sampai saat Kaisar benar-benar ingin keluar, barulah Raka membuka suaranya.

"Lo mau kemana?"

"Ketemu Shana, kan lo sendiri yang bilang gue harus rebut Shana," jawab Kaisar dengan enteng.

"Emangnya lo tau Shana lagi dimana?"

Pertanyaan Raka langsung membuat Kaisar berhenti melangkah. Benar juga, Kaisar tidak tahu dimana Shana saat ini. Jadi,Kaisar ahrus mencari kemana? Mau bertanya ke papa atau bundanya, pasti mereka langsung peka kalau saat ini sedang terjadi sesuatu antara Shana dan Kaisar.

"Lo mau ngasih gue apa kalau gue tau Shana lagi dimana?"

Kaisar menoleh dengan semangat ke arah Raka yang saat ini sangat berguna untuk dirinyaa. Tubuh Kaisar berbalik dan ia berjalan berbalik arah untuk menghampiri Raka.

"Lo tau Shana lagi dimana?" tanya Kaisar.

"Lo mau ngasih gue apa dulu?" Raka tersenyum sombong. Ya, walaupun ini informasi yang ingin ia sampaikan pada Kaisar sedari tai, tentu saja saat ini Rka tidak bisa memberi informasi ini dengan mudah.

"Lo mau gue aduin ke mami, ya?" ancam Kaisar yang tak kunjung mendapat petunjuk dari Raka.

Raka langsung terdiam, tidak bisa melawan Kaisar jika sudah bersangkutan dengan maminya. Tentu saja maminya akan langsung percaya semua hal yang disampaikan Kaisar. Tidak bisa dibantah lagi, the power of anak bungsu.

"Dikit-dikit mami, dikit-dikit mami," cibir Raka.

"Bang...." Kaisar sudah setengah merengek saat ini sambil menggoncang bahu Raka. "Lo beneran gue duin ke mami, ya!"

"Di rumah nenek, Shana lagi di rumah nenek."

"Oke, thankyou!"

"Dasar anak mami!" teriak Raka yang kesal saat Kaisar melenggang begitu saja dengan raut wajah bahagia setelah mendapat apa yang ia inginkan.

"Dasar anak papi!" Tak mau kalah, Kaisar yang mendengar teriakan Raka tak mau diam begitu saja.

________________________________

Jangan lupa vote dan komennya. Aku maksa😂 Tolong hargai tulisan ini.


SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang