Judul babnya malam minggu, tapi publisnya malam kamis🤣
Selamat membaca:)
🌱🌱🌱
"Nek! Aku keluar bentar, ya!" Shana berteriak dari teras rumah neneknya.
Setelah Arion datang ke rumahnya dengan membawa makanan, Shana tidak bisa melepaskan Arion pulang begitu saja. Bukan Shana namanya kalau nggak bikin orang lain repot. Saat Arion datang membawa martabak, Shana langsung memakan martabak itu dan meminta Arion untuk menemaninya hingga selesai makan dengan dalih, takut sendirian di rumah. Tak tahu dirinya, setelah selesai makan, Shana malah minta diantarkan ke rumah nenek karena Airin yang tak kunjung pulang.
Sekarang Shana menyusuri komplek yang disinari lampu jalan sambil memperhatikan pasangan yang sepertinya akan pergi menghabiskan waktu malam minggunya. Iri sih, tapi gimana lagi, mau Shana nangis guling-guling di aspal, tetap aja nggak punya pacar. Miris.
"Hahaha." Shana memecah keheningan dalam dirinya dengan tertawa sendiri.
Kalau dipikir-pikir, andai Shana nerima ajakan Kaisar untuk pacaran, sudah dipastikan malam minggunya tidak akan semengenaskan ini. Tapi yang namanya gengsi nggak bisa dilawan, tetap nomor satu. Shana nggak mau jadi cewek kesekian untuk Kaisar. Lagian, seru juga ngegantung anak orang.
Shana berbelok ke lapangan basket komplek yang terlihat agak ramai. Ada yang bermain basket, ada yang nontonin cowok-cowok main basket, yang mojok berduaan di pinggir lapangan juga ada. Shana bergabung dengan mereka, duduk sendirian di pinggir lapangan sambil menekuk lutut sambil mempertajam indra penglihatannya untuk mendeteksi keberadaan cogan. Dilihat-lihat, banyak sih cogan, tapi yang mau sama Shana nggak ada. Itu masalahnya.
"Sha?"
Suara laki-laki yang mengalihkan perhatian Shana dari kebisingan membuat Shana mendongak. Tersenyum, Shana mendapati sasaran empuk untuk jadi objek kecentilannya. Kakak kelas yang belakangan ini menarik perhatiannya muncul, siapa lagi kalau bukan Kun.
"Iya!" jawab Shana kegirangan. "Duduk, Ge!" Shana menepuk lantai kosong di sebelahnya.
Patuh, Kun duduk dengan menekuk lututnya, persis seperti apa yang dilakukan Shana. "Tumben di sini, ngapain?"
Shana memutar posisi duduknya menghadap Kun. "Merenungi nasib jadi jomblo, Ge. Keberadaan pacar belum keliatan hilalnya, siapa tau ada di sini."
"Niat banget nyari pacar sampai ke sini."
"Iya dong, bosan Ge, liat orang pacaran tiap hari, tapi aku nggak punya pacar."
"Pacaran yuk?" ajak Kun sambil mengubah posisi duduknya. Sekarang Shana dan Kun saling duduk berhadapan.
Kebisingan di sekitar jadi blur, debaran jantung Shana mendominasi dirinya. Ternyata begini rasanya diajak pacaran sama orang yang bukan Kaisar. Walaupun belum terlalu suka dengan Kun, Shana akui ucapan random Kun barusan berhasil memporak-porandakan hatinya.
Siapa juga sih yang tidak akan baper kalau ada cowok ganteng nembak dia? Apalagi orangnya itu Kun, udah ganteng, pintar, mana anak baik juga.
"Aku kira Gege taunya belajar doang, ternyata bisa nembak cewek juga," kekeh Shana.
Kun menatap dalam mata Shana. "Aku serius."
Shana kicep, tidak bisa berkata-kata lagi. Oh, ternyata gini rasanya diseriusin. Shana baru tau, karena biasanya dia dimainin Kaisar mulu. Katanya suka Shana, tapi masih aja gonta-ganti pacar.
"Bentar-bentar, otak aku yang kecil ini nge-lag. Gege mabok?" tanya Shana tak percaya.
Rasanya seperti mimpi, ketika cewek urakan kayak Shana ditembak Kun yang notabennya cowok yang hampir nyerempet kata sempurna. Yang pertama kali terpikirkan oleh Shana adalah lawan bicaranya ini sedang mabuk.
"Enggak, Sha. Serius, aku sadar, gimana mau mabuk kalau minum alkohol aja nggak pernah?" ucap Kun meyakinkan.
Shana menggaruk dagunya yang tidak gatal untuk mempertimbangkan Kun. Setengah dari dirinya langsung kegirangan dan ingin menerima Kun. Tapi setengahnya lagi masih ragu karena ia mengenal Kun belum lama ini. Belum lagi Kaisar, perasaan yang tersimpan untuk sahabatnya itu masih ada.
"Jadi ini serius, ya?"
"Iya."
"Hmm," deham Shana panjang sambil melirik ke kanan kiri karena salting ditatap Kun. "Gini deh Ge, bukannya mau nolak, ya kali aku nolak cowok hampir sempurna kayak Gege. Kita kan baru kenal nih, nama panjang Gege aja aku nggak tau. Nggak mungkin dong aku main terima aja, pendekatan dulu gimana, Ge?" tawar Shana.
Kun tertawa kecil sebelum membalas perkataan Shana. "Emang bisa ya tawar-menawar gini?" ucap Kun sambil terkekeh kecil.
Shana ikut tertawa sambil memandang wajah Kun. Entah apa yang ia tertawakan, Shana hanya ingin tertawa. Ada perasaan bahagia yang membuncah dalam hatinya.
"Ya bisa, dari pada aku tolak?" ucap Shana lagaknya orang penting. Padahal ia yang sangat mengharapkan datangnya momen seperti ini.
"Oke, boleh-boleh. Jadi kita mulai pendekatannya dari mana dulu?"
"Nama mungkin?" jawab Shana ragu.
Kun mengulurkan tangannya. "Aswangga Sakuntala."
Tak perlu pikir panjang, Shana langsung menjabat tangan Kun sambil tersenyum lebar. "Shana Fradela." Tak lupa, ia juga menggoyangkan tangannya.
"Terus apa lagi?"
Kali ini Shana berpikir agak lama. Tanpa melepas jabat tangan, Shana memejamkan matanya sambil memikirkan langkah selanjutnya. Tapi percuma, otak Shana memang tidak ditakdirkan untuk digunakan. Otaknya hanya untuk pajangan.
"Nggak tau Ge, aku nggak pernah pdkt sama orang." Shana menyerah.
"Sama dong."
Shana dan Kun larut dalam keheningan. Tidak tahu akan melakukan apa selanjutnya. Memangnya apa saja yang dilakukan orang-orang saat pdkt? Shana dan Kun masih sama-sama noob dalam hal ini.
"Bodo ah, capek mikir." Shana melepas jabat tangan dengan Kun. "Kita ikutin alur aja deh Ge, aku nggak paham yang beginian."
"Apa lagi yang mau kamu tau tentang aku?" tanya Kun.
Shana menumpukan dagunya ke lutut. "Bukannya Roseanne suka Gege, ya?" tanya Shana saat pertanyaan Roseanne saat mereka berkumpul beberapa hari yang lalu.
"Nggak lah, orang Roseanne lagi deket sama Bian," jawab Kun sesuai apa yang ia ketahui.
Shana mengernyit bingung. Kalau sedang pdkt dengan orang lain, kenapa Roseanne malah minta pendapat tentang Kun pada dirinya dan Arion. Biasanya kalau nanya-nanya begituan kan tandanya suka.
"Masa sih? Tapi kalau seandainya Roseanne emang suka Gege, aku nggak bisa nerima Gege, ya. Masa aku nikung temen sendiri," ucap Shana.
"Nggak Sha, Roseanne lagi deket sama Bian."
"Tau dari mana?" tanya Shana tidak percaya.
Kun menarik napas sejenak sebelum menceritakan apa yang ia alami beberapa hari yang lalu. "Kemaren Bian nyamperin aku, katanya nggak usah deket-deket Roseanne," cerita Kun.
"Terus Gege bilang apa?"
"Aku iyain aja, ngapain ribet."
Shana mengangguk-anggukkan kepalanya kecil saat Kun bercerita. Tapi kemudian ia mengernyitkan dahinya bingung. Katanya lagi pendekatan, kenapa malah ghibahin Roseanne sama Bian? Niat pdkt nggak sih sebenernya?
"Dah ah, aku mau pulang. Ntar nenek nyariin." Shana berdiri sembari menepuk-nepuk bagian belakang celananya.
Kun ikut berdiri. "Mau diantar?"
"Ini bagian dari pendekatan, ya?"
Kun tersenyum sambil menepuk puncak kepala Shana dengan canggung. "Iya."
🌱🌱🌱
Feelnya dapet nggak?
Sebenernya aku mau publish setelah usp selesai. Tapi uspnya malah diundur:') Ya udah, aku tulis sekarang aja mumpung besok libur.
Hargai penulis dengan meninggalkan vote dan komen.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA (SELESAI)
Fiksi RemajaShana tidak tahu jika hidup jadi manusia akan membuatnya selelah ini. Kalau dipikir, jadi bunga matahari joget-joget di dashboard mobil itu lebih seru, kayaknya nggak punya beban. Itu kata Shana dulu, saat hidupnya masih monoton, masih stuck di mas...