Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.
Selamat membaca✨
________________________
Setelah selesai dengan tugasnya menempel kertas di mading, Shana segera menghampiri Arion yang duduk selonjoran di pinggir lapangan basket. Sesuai janji, mereka memang akan pulang bersama karena Shana tidak memiliki tebengan. Atas paksaan dari Roseanne, Arion mau tak mau harus setuju. Coba saja Roseanne tidak memaksanya, dapat dipastikan saat ini Arion sudah pulang duluan dan meninggalkan Shana."Yon, lo udah selesai latihannya?" tanya Shana ikut duduk selonjor di samping Arion sambil mengamati anggota cheers yang sedang latihan.
"Hm."
Shana menaikkan sebelah bibirnya kesal karena Arion seolah sedang mengabaikannya. Mentang-mentang di hadapan mereka sedang ada anak cheers latihan, Shana diabaikan. Dasar laki-laki mata keranjang. Padahalkan Shana juga tidak kalah cantik dari anak-anak cheers itu, ya walaupun itu menurut pendapat Shana sendiri.
"Dasar cowok mata keranjang," cibir Shana kecil sambil menendang kaki Arion.
Arion melirik Shana sejenak, kemudian menarik napasnya dalam. "Lo udah selesai, kan? Yuk pulang," ucap Arion sembari berdiri dari duduknya.
Shana mendongak sejenak untuk menatap Arion yang bergelagat aneh, tumben nggak cari ribut dulu. Saat Arion mulai berjalan, Shana segera bangkit dan mengejar Arion sambil setengah lari. Ia mengikuti Arion dari belakang sambil memikirkan topik pembicaraan. Arion yang banyak diam seperti ini entah kenapa malah membuat Shana merasa aneh.
"Yon," panggil Shana ragu-ragu. "Lo kenapa?" Pertanyaan itu langsung meluncur dari bibir Shana saat panggilannya diabaikan.
"Emang gue kenapa?" tanya Arion acuh.
"Tumben lo diam-diam gini, kesurupan setan bisu, lo? Biasanya mulut jahanam lo kan aktif banget tuh, mana ucapannya nyelekit semua," ungkap Shana.
Bukannya menjawab pertanyaan Shana, Arion malah menyodorkan helm pada Shana dan segera menaiki motornya. Ini benar-benar membuat Shana bingung, tumben banget Arion jadi pendiam gini. Shana kan jadinya pengen ngusilin, tapi takut Arion marah.
"Yon, Yon, Yon, Yon, lo kenapa gini sih, ah?" tanya Shana sambil menggoyang-goyangkan pundak Arion.
Arion menghembuskan napas kasar, suasana hatinya benar-benar tidak mendukungnya untuk menanggapi ocehan Shana sekarang. Bukan apa, Arion hanya takut nanti Shana menjadi korban pelampiasan suasana hatinya yang buruk.
"Diem lo! Gue lagi nggak mau diganggu!" ketus Arion.
Shana mengigit bibirnya bagian bawah setelah mendapat peringatan dari Arion. Jujur, Shana agak takut sekarang, suasana yang tidak kondusif ini membuat perasaannya jadi tidak enak. Sepertinya Arion benar-benar dalam suasana hati yang buruk. Dan Shana selalu takut jika menghadapi orang yang sedang dalam mood yang buruk.
"Danan!" Shana memanggil Danan yang kebetulan lewat dan menghampiri adik kelas yang baru dikenalnya itu.
Danan menunjuk dirinya sendiri dengan bingung sambil menatap Shana yang berlari menghampirinya. "Apa?"
"Rumah lo di mana?" tanya Shana dengan napas yang agak tidak teratur.
"Rumah gue masih deket sini, bisa jalan kaki, kenapa?"
"Lo lewat halte nggak?" tanya Shana yang langsung diangguki dengan cepat oleh Danan.
"Bisa bantu gue? Gue mau pulang, lo temenin gue nunggu bis di halte, ya? Terus kasih tau bus yang lewat rumah gue, ya?" pinta Shana setengah memohon karena tidak memungkinkan juga ia minta jemput pada Kaisar sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA (SELESAI)
Teen FictionShana tidak tahu jika hidup jadi manusia akan membuatnya selelah ini. Kalau dipikir, jadi bunga matahari joget-joget di dashboard mobil itu lebih seru, kayaknya nggak punya beban. Itu kata Shana dulu, saat hidupnya masih monoton, masih stuck di mas...