39. Senja dan Kaisar

158 69 35
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

__________________________

Matahari yang hampir terbenam tidak membuat Shana yang baru turun dari bis untuk mempercepat langkahnya. Shana tetap berjalan santai, menikmati senja yang mulai menyapa, menikmati suasana bising kendaraan yang berlalu lalang memasuki komplek perumahannya. Tentu saja sekarang ramai, ini memang waktunya untuk pulang, baik orang dewasa yang bekerja, orang yang pulang bermain, sebagiannya lagi ada siswa yang baru pulang seperti Shana.

Dari kejauhan, Shana bisa lihat sosok Kaisar yang berdiri di luar rumahnya. Shana menipiskan bibir, teringat akan masalah kemarin yang belum terselesaikan. Sepertinya harus Shana selesaikan sekarang, sebelum semuanya semakin berlarut-larut. Seperti janjinya pada Airin, Shana akan mengalah atas Kaisar. Sepertinya ini akan jadi akhir perasaan tidak jelasnya pada Kaisar. Shana akan mengakhirinya sekarang.

"Sha!" teriak Kaisar sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangan pada Shana.

Shana ikut tersenyum dan membalas lambaian tangan Kaisar. Tanpa mau mempercepat langkah, Shana menatap Kaisar yang tersenyum lebar padanya. Mungkin, ini kali terakhir Shana akan melihat senyum setulus itu dari Kaisar. Mereka memang tidak akan mengakhiri hubungan persahabatan ini, tapi semuanya tentu saja akan berubah jika Shana memperjelas hubungan mereka yang hanya sebatas sahabat pada Kaisar.

"Kenapa lama?" tanya Kaisar saat Shana sudah beberapa langkah di hadapannya.

"Nunggu bis," jawab Shana kemudian duduk selonjoran di depan pagar rumah Kaisar.

Kaisar ikut duduk di samping Shana tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. "Kenapa nggak telfon gue aja?" tanya Kaisar.

"Pengen aja."

"Ini kaki lo kenapa gini?" tanya Kaisar sambil menunjuk satu persatu plester yang menutupi luka Shana.

"Airin noh, ngamuk-ngamuk, terus nggak sengaja kena gue," jujur Shana. "Lo tau Airin kenapa?"

"Mana gue tau, dia nggak bikin laporan," jawab Kaisar sama sekali tak minat saat mendengar nama Airin. Fokusnya hanya tertuju pada plester yang memenuhi kaki Shana sekarang.

Shana menatap plester yang menutupi lukanya. Kemarahan Airin pasti ada kaitannya dengan Kaisar. Pasalnya, saat mengamuk, Airin malah menyebut nama Kaisar yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembahasan hari itu. Jujur saja, Shana penasaran dengan apa yang terjadi saat Airin dan Kaisar pergi bersama dua hari yang lalu. Pasti ada yang terjadi mengingat Airin sangat marah padanya.

"Airin suka sama lo, Kai."

Kaisar mengalihkan pandangan melirik Shana. "Gue nggak," balasnya tanpa beban.

"Lo nggak bisa suka Airin?" tanya Shana.

"Nggak. Gue suka lo."

Oke, Kaisar sudah terpancing pada umpan Shana. Sepertinya sudah waktunya untuk meluruskan semuanya. Entah sejak kapan, Shana merasa lelah dengan perasaannya sendiri. Kaisar selalu bilang menyukainya, tapi malah berpacaran dengan gadis lain. Shana lelah dengan perasaannya yang terlalu menganggap serius semua omong kosong Kaisar. Jadi, sudah saatnya untuk memperjelas batas-batas dalam persahabatan mereka agar tidak ada lagi yang merasa tersakiti.

"Nggak boleh," ucap Shana.

Kaisar menatap Shana dengan datar. Sudah biasa ia ditolak terang-terangan seperti ini. "O aja ya."

Shana melipat kakinya dan memutar posisi duduknya menjadi bersila menghadap Kaisar. Sejenak, ia saling bertatapan dengan Kaisar.

"Gue harus ngelurusin ini," ucap Shana tanpa mengalihkan matanya. "Gue suka hidup gue yang sekarang, Kai."

"Bagus dong."

"Gue bahagia sejak ada bunda, Cherry, sama Airin di rumah. Gue bahagia punya anggota keluarga yang lengkap lagi. Dan gue juga bahagia punya lo sebagai sahabat."

Hati Kaisar sedikit sakit saat mendengar hanya kata sahabat yang digunakan Shana untuk mendeskripsikan hubungan mereka. Sepertinya selama ini Kaisar terlalu terbuai pada Shana yang selalu menerima semua perlakuannya. Hingga Kaisar merasa Shana adalah miliknya.

"Kai, kita sahabatan udah dari pas masih sebesar pohon cabe. Jadi, jujur aja, gue mulai terbebani sama semua pernyataan suka lo. Bisa nggak, kalau kita mainnya kayak dulu lagi? Tanpa ada pernyataan suka, tanpa terlalu over protektif."

Semilir angin yang muncul karena motor yang lewat membuat mata Kaisar terasa perih. Air mata mulai mengumpul di pelupuk matanya. Ternyata ditolak dengan halus oleh Shana seperti ini lebih menyakitkan daripada ditolak dengan frontal seperti biasanya. Mungkin karena kali ini Shana serius dengan ucapannya.

"Gue ditolak lagi, ya?" tanya Kaisar dengan tawa yang dibuat-buat. Siapapun akan tahu itu tawa palsu, karena hanya bibirnya yang tertawa, sedangkan matanya malah menangis.

"Nggak ada yang namanya gue nolak lo. Kita sahabat, Kai, seharusnya nggak ada istilah itu dalam persahabatan kita," ucap Shana.

"Kita sahabat, ya?"

"Iya, jangan nangis." Shana berlutut dan memeluk Kaisar yang mulai menangis.

Jujur saja ini juga menyakitkan untuk Shana yang sebenarnya memiliki perasaan lebih dari sahabat untuk Kaisar. Tapi, ini harus diakhiri sebelum membuat kacau persahabatan mereka. Shana tidak tahu semenyakitkan apa perasaan yang dirasakan Kaisar sekarang, yang jelas itu sepertinya lebih menyakitkan dari apa yang Shana rasakan.

"Gue mau kita kayak dulu lagi, dimana lo adalah adik bayi gue," ucap Shana sambil mengusap rambut Kaisar.

Kaisar melepas pelukan Shana dan menghapus jejak air mata dan ingusnya. "Adik bayi dari mananya, orang gue yang selalu ngurusin lo. Lo nya malah sibuk ngurus Lio," bantah Kaisar.

Kaisar akan menghormati keputusan Shana kali ini. Sepertinya mereka memang harus memberi batas-batas dalam persahabatan mereka. Sebelum Kaisar jatuh lebih dalam pada perasaannya dan akan menghancurkan persahabatan yang sudah ada dari mereka kecil. Kaisar akan berusaha untuk bersikap biasa saja dan menerima semuanya seolah tak pernah terjadi apapun. Seolah perasaannya untuk Shana tidak pernah ada.

"Lo aja yang merasa gitu, padahal gue adil. Kalian berdua itu adik kesayangan gue," ucap Shana tidak terima atas apa yang Kaisar ucapkan.

"Bohong banget, nenek juga tau siapa yang paling lo sayang."

Baru saja Shana ingin mengelak dari tuduhan Kaisar, azan magrib berkumandang. Shana pun segera berdiri hendak masuk ke rumahnya.

"Gue masuk dulu," ucap Shana sambil menepuk puncak kepala Kaisar dengan bibir yang tak berhenti tersenyum.

Shana memutar tubuhnya dan segera berjalan menuju rumahnya. Tadi ia memang tersenyum, tapi setelah itu ia tak kuasa untuk tidak menangis. Cinta pertamanya harus berakhir seperti ini dan Shana sendirilah yang mengakhirinya. Meski Shana yang mengakhirinya, tentu saja ini juga menyakitkan untuknya.

Shana tidak mengakhiri ini demi Airin, tapi demi perasaannya sendiri dan persahabatannya dengan Kaisar.

Sementara di sisi lain, Kaisar masih duduk di tempatnya sambil menahan tangis. Tidak pernah terbayangkan olehnya jika kisah dengan cinta pertamanya akan berakhir semenyakitkan ini. Selama ini, sepertinya Kaisar terlalu percaya diri menganggap bahwa Shana juga menyukainya. Meski begitu, Kaisar akan mencoba untuk menghapus perasaannya. Ia akan mencoba untuk bertindak senormal mungkin, sesuai dengan permintaan Shana.

________________________________

Karam beneran nggak, nih?:')

Gimana part kali ini? Feelnya masih dapet?

Jangan lupa vote dan komennya. Aku maksa😂 Tolong hargai tulisan ini.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang