5. Omoo! Jinjja?!

910 450 234
                                        

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

______________________________________________

Sunyinya malam tidak membuat Shana bisa duduk tenang, rebahan estetik, tidur-tiduran atau tidur untuk selamanya di dalam kamarnya. Shana keluar dari kamarnya setelah berjam-jam mendekam di dalam sana. Tidak ada yang bisa mengusik Shana dari kegiatannya, kecuali setan-setan fakir yang ada di perutnya. Emang ya, yang namanya setan nggak akan ngebiarin manusia hidup dengan tenang.

Dengan langkah gontai, Shana berjalan menuju dapur untuk melihat apa saja yang bisa ia makan. Ia melangkah dengan sempoyongan karena pusing terlalu lama menatap layar laptop. Fyi, dari pulang sekolah Shana lagi maraton nonton drama korea tanpa henti. Jedanya cuma kalau ia kebelet pipis atau kebelet boker.

"Belum tidur, Sha?"

Papa Shana keluar dari kamarnya karena mendengar pintu kamar Shana yang dibuka. Ia hanya ingin memastikan untuk apa Shana keluar dari kamarnya. Jangan sampai anaknya itu malah menyelundupkan laki-laki ke kamarnya. Ia memberi Shana segalanya, termasuk kepercayaan. Tapi tidak ada salahnya Budiman, sebagai seorang ayah memantau anaknya sendiri.

"Laper, Pa. Ada yang bisa dimakan nggak?"

Shana mulai mengobrak-abrik isi kulkas untuk mencari apa yang bisa ia makan sekarang. Nihil, Shana tidak menemukan apa yang bisa ia makan untuk mengenyangkan perutnya. Di dalam kulkas, hanya ada berkilo-kilo salak dan minuman kaleng yang rasanya asam.

"Kamu mau apa? Biar Papa bikinin."

"Mau makan salak aja."

Shana mengambil sekantong salak yang ada di dalam kulkas. Walaupun sedikit durhaka, Shana tahu kalau papanya itu lelah karena seharian bekerja. Jadi Shana tidak mau membuat papanya bertambah lelah hanya untuk membuatkannya makanan. Lagian, Shana nggak akan mati karena ngisi perut pakai buah salak. Paling setelahnya Shana cuma susah buang air besar.

Shana duduk di hadapan papanya yang sudah lebih dulu duduk di depan meja makan. "Papa kenapa bangun? Nggak lanjut tidur?"

"Papa lagi ngawasin kamu, ntar kalau Papa tinggal malah ngelakuin yang enggak-enggak lagi."

"Yang enggak-enggak gimana maksud Papa?" tanya Shana menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak ada, Papa minta salaknya."

Papa Shana mengambil salak yang ada di hadapannya, mengupas kulitnya, dan kemudian bergabung dengan pesta salak menjelang tengah malam bersama Shana. Belum jadi ia mengunyah salak yang sudah berada di mulutnya, Papa Shana malah refleks memicingkan matanya karena rasa salak yang begitu asam.

"Kamu nggak sakit perut makan salak seasam ini malam-malam?"

"Salak mana bikin sakit perut, Pa. Yang ada salak itu bikin susah boker." Jawab Shana santai sambil terus mengigit buah salak yang ada di tangannya.

"Makan yang lain aja, biar Papa masakin nasi goreng."

"Ehh?! Nggak perlu, Pa!" Shana segera menahan tangan papanya yang hendak berdiri. "Ini masih jam setengah sepuluh. Si Kaisar masih stand by, nih. Papa lanjut tidur aja, aku minta makan ke Kaisar aja."

"Jangan ganggu Kaisar, udah malam juga. Papa masakin nasi goreng aja."

Shana menggeleng dan berdiri menyeret papanya agar masuk ke kamar. Dengan sekuat tenaganya, Shana menyeret papanya ke kamar dan menyuruh papanya masuk. Tentu saja tenaga Shana tidak seberapa untuk menarik tubuh papanya yang besar. Tak kehilangan akal, Shana pindah posisi ke belakang papanya agar ia bisa mendorong papanya.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang