41. Sa(m)yang

132 61 54
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

__________________________

"Ge, ini beneran nggak papa?" Shana melirik setengah takut pada samyang yang tersaji di atas meja. Warna merah yang melekat pada mie itu benar-benar membuat Shana merinding.

Ngomong-ngomong, sekarang Shana lagi main ke rumah Kun. Mereka main masak-masakan, Kun yang masak, Shana mengganggu. Setelah jalan-jalan, mereka jadi kelaparan. Dan Kun berinisiatif mengajak Shana untuk masak bersama. Tapi akhirnya, hanya Kun yang memasak disini. Seperti biasa, Shana tidak peduli dengan hal yang tidak menarik baginya. Ia lebih tertarik menganggu, memain-mainkan alat untuk memasak, dan memakan mie mentah seperti makan kerupuk.

"Nggak papa. Tapi kalau kamu nggak bisa makan pedes, aku bikinin yang lain aja."

Shana berpikir sejenak. Kasihan juga Kun kalau harus memasak lagi untuk Shana. Nanti kalau tiba-tiba Mama Kun datang, terus liat anaknya diperbudak, Shana bisa di blacklist dari daftar calon menantu. Walaupun sering tidak tahu diri saat bersama Kaisar, Shana tetap tahu batasan jika ia sedang bersama orang lain.

"Nggak usah, aku makan ini aja." Shana mengambil satu mangkuk samyang yang asapnya masih mengepul ke udara.

Shana melirik samyang itu sambil meneguk ludah. Sesekali, ia melirik Kun yang menatapnya. Duh, Shana bisa mati makan samyang sepedas ini. Jujur saja, Shana lebih suka disuruh makan salak yang asamnya bikin mata merem daripada harus makan mie bewarna merah itu.

Shana memberanikan diri, ia sedang mencoba untuk menghargai Kun. Shana mengambil secuil samyang, meniup-niupnya sebentar, menatapnya dengan lama, kemudian barulah ia masukkan ke dalam mulut.

"Gimana? Enak nggak?"

"Enak," jawab Shana sambil memaksakan diri untuk tersenyum. Hanya pedas, tidak ada rasa lain dari samyang ini.

Kun mulai memakan samyangnya. Shana masih memakan samyang itu walalupun sedikit demi sedikit. Sampai ia benar-benar merasa kepedasan.

"Air, Ge!" Shana berseru sambil mengipas-ngipas mulutnya.

Dengan gesit, Kun langsung mengambilkan Shana air. Shana meminum air itu dengan sekali teguk. Kurang, ia kembali menyodorkan gelas untuk meminta air pada Kun. Wajahnya memerah, matanya mulai berair, dan sebentar lagi ingusnya akan mengintip dari lubang hidungnya.

"Masih pedes, Ge. Kasih aku gula!" seru Shana lagi.

Di tengah keributan Shana, seorang perempuan yang Shana tebak seumuran papanya datang. Shana langsung mencoba tersenyum walaupun dengan mata berkaca-kaca. Kemudian berjalan ke wastafel untuk berkumur. Shana benar-benar tidak bisa tenang sekarang, ia terus saja bergelinjang bergerak kesana kemari karena kepedasan.

"Mama, kok udah pulang?" tanya Kun yang menyadari keberadaan mamanya.

"Mama capek, butuh energi dari anak semata wayang. Eh, kayaknya nggak bisa." Mama Kun melirik Shana sambil tersenyum.

Kun tersenyum. "Bisa kok, ma. Oh iya, kenalin, ini Shana."

Kun dengan cepat memberikan toples gula pada Shana. Shana segera memakan gula itu berharap rasa pedas di lidahnya berkurang. Tapi tetap saja, tidak berpengaruh, lidah dan bibirnya terasa nyeri sekarang.

"Shana kenapa?" Mama Kun memandangi dua orang itu dengan bingung.

Shana yang sudah mulai sadar langsung mendekati Mama Kun. Shana meraih tangan Mama Kun dan menyalaminya. "Shana, tante."Shana memperkenalkan dirinya.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang