25. Shana dan Emosinya

300 135 50
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

________________________


Jam istirahat, waktu yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Bisa dilihat jelas bagaimana ekspresi bahagia para siswa saat mendengar bel istirahat berbunyi. Sangat kontras dengan perasaan Shana saat ini, tidak ada raut bahagia di wajahnya, sesampainya di kantin, ia hanya menyandarkan kepalanya ke atas meja dengan wajah yang ditekuk masam.

"Angkat dulu kepalanya," titah Kaisar. "Mejanya kotor."

Shana menurut, ia mengangkat kepalanya sejanak, memberi Kaisar waktu dan ruang untuk menata tisu di atas meja untuk dijadikan alas. Setelah Kaisar selesai menata tisu, Shana menghempas pipinya ke atas meja dengan sedikit kuat. Sepertinya, memang sudah menjadi hukum alam kalau orang yang lagi marah, kesal, dan badmood tidak merasakan sakit.

"Pelan-pelan, Sha," ingat Kaisar.

"Lebay banget," cibir Arion yang duduk berseberangan dengan Shana.

Roseanne segera menyikut Arion pelan agar laki-laki itu tidak mencari masalah sekarang. "Jangan cari masalah terus deh, ah."

"Iri kan lo? Nggak ada yang bisa lo kasih perhatian." Bukan Shana, malah Kaisar yang sewot.

Shana, oknum yang menjadi objek cibiran Arion masih diam. Ia benar-benar tidak dalam suasana hati yang baik sekarang. Mood-nya runtuh meluruh ke tanah karena keputusan final bunda yang akan mendaftarkan Shana les. Belum lagi ekstrakurikuler yang terus-terusan dituntut oleh Bu Luna. Mendadak, otak Shana dipaksa untuk memikirkan hal yang sama sekali tidak mau ia pikirkan. Kan kasihan otak Shana yang mungil, dia jadi ngambek dan mempengaruhi suasana hati Shana.

"Kamu kenapa loyo gitu, Sha?" Roseanne akhirnya bertanya, setelah memendam pertanyaannya sedari jam pelajaran pertama.

Sebenarnya, bukan hanya Roseanne yang memendam pertanyaan ini. Semua teman kelasnya juga, kecuali Jean pastinya, mereka terheran-heran dengan Shana yang mendadak banyak diam. Maksudnya gini, di kelas, kalau nggak tidur, Shana pasti akan menciptakan keributan di meja barisan belakang bersama Vino, Malvin, Yuri, dan Wendy. Tapi tadi, ia hanya duduk anteng sambil mencoret-coret bukunya asal.

"Lagi mikirin sesuatu, Mbak," jawab Shana malas tanpa mengangkat kepalanya. Membuat Kaisar yang duduk di sampingnya berdebar karena beruntung melihat wajah cute Shana.

"Bisa mikir emang?" Arion sepertinya punya dendam pribadi yang belum terbalaskan pada Shana, soalnya sewot mulu, tiap hari selalu ngajakin Shana ribut.

"Jangan sok-sokan mau mikir, kasihan otak lo yang cute itu," ucap Kaisar sambil menepuk pipi Shana dua kali dengan sangat pelan.

"Mikirin apa emangnya?"

Lihat, hanya Roseanne yang bisa Shana harapkan di sini. Eh, sebenarnya Kaisar juga bisa sih, tapi dalam perspektif yang berbeda, jadi babu Shana misalnya. Tapi, Arion? Benar-benar tidak bisa Shana andalkan. Mulutnya cabe, sewot mulu, suka cari masalah, pokoknya Arion adalah defenisi dari teman sampah menurut Shana.

"Aku nggak tau mau ikut ekskul apa, tapi kata Bu Luna wajib masuk satu ekskul. Mana bunda udah ngomel-ngomel nyuruh daftar ekskul lagi," keluh Shana setengah merengek. "Rasanya mau jadi iron man aja," ucapnya asal.

"Iron man dengkul mu," cibir Arion. "Baru lima detik berhadapan sama Thanos, langsung beda alam lo."

Lagi-lagi Roseanne menyikut Arion pelan agar temannya itu berhenti memancing keributan. "Emang kamu mau ikut ekskul yang kayak gimana, Sha?"

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang