Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.
Selamat membaca✨
______________________________________________
Shana menegakkan kepalanya dan tersenyum bahagia saat menangkap bunyi bel pulang sekolah yang terdengar riang di telinganya. Dengan gesit, ia memasukkan buku yang sedari tadi tertata rapi di atas meja ke dalam tasnya. Dengan raut wajah yang berbinar, Shana segera menyandang tasnya dan duduk dengan rapi di tempat duduknya seperti anak SD yang kerapiannya dicek terlebih dahulu sebelum pulang.
"Kai, let's go!! Kita pulang!" teriak Shana mulai melangkah lebar saat guru yang mengajar sudah keluar.
Sebelum Shana sampai di luar kelas, Kaisar segera menahan tangan Shana. "Lo inget nggak? Cewek yang beberapa hari lalu chat gue?" tanya Kaisar.
Langkah Shana langsung terhenti. Ia menoleh menatap Kaisar dengan tatapan aneh, tumben sekali Kaisar membahas degemnya ke Shana. Biasanya, Kaisar mau apa, mau ngapain, mau kemana juga nggak pernah cerita apa-apa ke Shana. Lagi pula, Shana juga tidak peduli dengan gadis-gadis yang dekat dengan Kaisar. Selama ia masih dijadikan prioritas oleh Kaisar, Shana akan hidup anteng dan damai tanpa memikirkan eksistensi pacar Kaisar.
Shana terus menatap Kaisar bahkan saat cowok itu sudah berjalan mendekatinya. Kaisar terus berjalan, bahkan saat sudah berada di hadapan Shana, dia malah mendekatkan dirinya. Mau tak mau, Shana berjalan mundur dan menghindari Kaisar yang terus mencondongkan tubuh padanya. Shana tidak mau ya, harus terciduk oleh Pak Bintar dua kali. Sekali saja, malunya bikin minta maaf.
Bruk!
Sayang seribu sayang, ini bukan adegan yang terdapat di novel-novel remaja, di mana pemeran utama laki-lakinya akan terus memojokkan pemeran utama perempuan ke dinding dan si pemeran perempuan hanya pasrah, hingga terjadi adegan yang bikin pembaca gigit jari karena baper. Tolong, jangan pernah biarkan pikiran seperti itu melintas jika Shana adalah si pemeran utama perempuan. Yang ada, si pemeran utama laki-laki akan didorong sampai tubuhnya membentur meja, seperti yang dialami Kaisar saat ini.
"Lo sehari aja nggak pakai kekerasan bisa, nggak?!" ucap Kaisar diiringi sebuah ringisan.
"Sabar banget Kaisar punya cobaan hidup kayak lo, Sha." Malvin yang melewati mereka hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan kesengsaraan Kaisar.
Shana yang tidak terima dengan ocehan netizen seperti Malvin langsung melirik Kaisar dan Malvin bergantian. "Gue kena fitnah mulu deh perasaan. Kenapa sih orang-orang selalu datang di waktu yang nggak tepat? Pas gue jahat, semua orang pasti liat."
"Emang lo jahat everytime, sih," cibir Malvin kemudian berlalu meninggalkan Shana dan Kaisar yang bahtera persahabatannya sedang digoncang masalah.
Shana mengangkat sudut bibirnya ke atas sambil melirik Malvin dengan julid. Ini orang-orang kenapa suka menghakimi Shana, ya? Padahal Shana itu nggak jahat, cuma nggak tau diri aja sebenernya. Emang ya, manusia yang cantik paripurna kayak Shana ini banyak yang iri.
"Lo mau bilang apa tadi?"
Kaisar meringis sambil memegang pinggangnya yang tadi membentur meja. "Bukannya nanya gimana keadaan gue, malah nanya yang lain. Lo temen gue bukan, sih?" gerutunya sambil berjalan mendekati Shana.
"Salah lo juga, sih. Ngapain mepet-mepet ke gue? Mau berbuat mesum? Kalau iya, di rumah aja. Kalau di sekolah entar diciduk Pak Bintar."
Tak terima atas tuduhan Shana yang memandangnya seperti laki-laki yang bernafsu tinggi, Kaisar menoyor dahi Shana dengan pelan. Sambil berharap, semoga dengan toyoran ini otak Shana dapat kembali ke tempatnya dan bisa berfungsi dengan baik dan benar lagi. "Jangan sembarangan ngomong, entar kalau ada yang denger gimana? Lo bisa dicap cewek yang enggak-enggak." Kaisar menggunakan kedua tangannya untuk membentuk tanda kutip.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA (SELESAI)
JugendliteraturShana tidak tahu jika hidup jadi manusia akan membuatnya selelah ini. Kalau dipikir, jadi bunga matahari joget-joget di dashboard mobil itu lebih seru, kayaknya nggak punya beban. Itu kata Shana dulu, saat hidupnya masih monoton, masih stuck di mas...