48. Kencan (2)

161 47 65
                                        

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

________________________

Shana memain-mainkan pena yang ada di tangannya sambil berpikir. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Kun. Memang sedari awal belajar tadi, Shana tak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Kun. Sampai tangannya berkeringat pun, Shana masih belum melepaskannya.

"Ge, belajar kok bisa sebosan ini, ya? Padahal main Hp berjam-jam nggak ngebosenin." Shana berhenti berpikir dan menoleh pada Kun.

"Karena kamu belum terbiasa aja," ucap Kun sambil mengarahkan wajah Shana ke depan buku lagi.

Shana berpikir, meletakkan penanya dan menggenggam kedua tangan Kun sambil berpikir dan memejamkan matanya. Seolah dengan cara itu Shana bisa ketularan otak pintarnya Kun.

Kun yang tangannya ditarik kesana-sini oleh Shana hanya bisa pasrah. Memang dasarnya saja ia tidak bisa menolak Shana. Membuat Shana jadi bertindak seenaknya.

"Hahh." Shana menumpukan pipinya ke meja yang berbantalkan tangan Kun. "Ini kapan selesainya? Aku udah belajar dari tadi loh, Ge."

"Baru dua puluh menit, Sha."

Shana merutuk-rutuk kecil sambil tetap memainkan tangan Kun. Ia mendusel-duselkan wajahnya di tangan Kun. Shana sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa bersikap seperti ini pada Kun, padahal mereka baru jadian kurang dari satu jam yang lalu. Tapi, yang jelas Shana merasa nyaman sekarang.

"Semangat! Masa gini aja ngeluh?" Kun mengeratkan genggaman tangannya sambil tersenyum.

"Gege kan udah pinter tuh, jadi aku nggak perlu belajar lagi dong," ucap Shana sambil merengek-rengek kecil.

Walaupun sedikit merengek, Shana kembali menatap bukunya dengan nanar. Setelah memastikan Shana lanjut belajar, Kun mengalihkan pandangannya ke buku yang ada di hadapannya.

Memang dasarnya Shana yang tidak bisa diam. Sekarang ia sudah meletakkan pena di bibirnya yang ia monyongkan.

"Astaga, Sha. Belajar," ucap Kun kembali menoleh pada Shana.

"Ish, bosan Ge. Kita pacaran aja, yuk!"

Kun mencubit sebelah pipi Shana dengan gemas. Pacarnya kenapa bisa semenggemaskan ini? Walaupun kadang Shana itu aneh, tetap saja terlihat menggemaskan bagi Kun. Ya, mau gimana lagi, namanya juga udah bucin.

"Belajar dulu," ucap Kun.

"Ya udah, Gege aja yang lanjut belajar. Nggak usah peduliin aku, aku tungguin Gege selesai belajar," ucap Shana sambil menutup bukunya dengan keras dan mendorong-dorong pipi Kun agar laki-laki itu kembali menoleh pada bukunya.

Awalnya Kun menurut, ia lanjut membaca buku yang ada di hadapannya. Tapi tetap saja, Kun tidak bisa mengabaikan Shana yang bertingkah menggemaskan. Hati Kun lemah karena itu. Kun kembali menatap Shana.

"Ish, ngapain sih, Ge? Belajar aja sana, nggak usah peduliin aku. Bentar lagi Gege ujian, nanti nilai ujian Gege nggak bagus. Nggak malu sama predikat juara olim kimia?"

"Kamu marah, Sha?" tanya Kun dengan polosnya.

Shana menoleh sambil membukatkan matanya. "Nggak Ge, astaga. Gege belajar aja, aku nggak papa." Shana mendorong-dorong Kun agar kembali belajar.

Shana memang pemalas, tapi ia tidak mau mempengaruhi orang lain. Biarkan saja dia bodoh sendirian. Karena bagaimanapun, sekeras apapun Shana belajar, sampai mimisan pun ia tidak akan mendapat peringkat sepuluh besar.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang