Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.
Selamat membaca✨
________________________
Shana menyandarkan kepalanya ke atas meja dengan beralaskan tangan. Saat semua teman-temannya tengah bersiap dengan seragam olahraga untuk pergi ke lapangan, ia masih bermalas-malasan di tempat duduk tanpa mau bergeser sesentipun dari tempatnya sekarang. Seolah hafal dengan sifat pemalas Shana, teman-temannya pun tidak ada yang mengganggu waktu hibernasi gadis itu.
Kaisar bucin Alveno? Jangan ditanya, sedari tadi ia sudah diusir oleh Shana. Dengan tingkat kebucinan yang akut, ia manut saja dengan perintah Shana. Lagian, kalau ia tetap memaksa Shana, lalu tiba-tiba Shana mengamuk dan menghajarnya, bisa rusak citra Kaisar di mata para siswi SMA Neo. Jika Shana sudah mengamuk, Kaisar tidak berani melawan, tipikal suami takut istri sekali.
"Astaga Shana ... Kamu kenapa belum ganti seragam?" omel Roseanne.
Tepat saat ia berdiri di ambang pintu kelas, ia menemukan temannya itu belum berganti seragam. Bukannya tadi tidak mau mengajak Shana untuk pergi ke ruang ganti bersama, Roseanne hanya lupa akan fakta ia sudah memiliki teman sekarang. Ia sudah terbiasa melakukan apapun sendiri, jadi Roseanne tidak salah, kan, kalau ia lupa dengan jalinan pertemanannya dengan Shana?
"Aku mau bolos aja," jawab Shana seakan semangat hidupnya sudah habis.
"Ih, jangan bolos terus! Walaupun keliatannya mapelnya nggak penting, tapi olahraga berpengaruh buat nilai rapor loh, Sha."
"Kamu aja deh, Mbak. Aku lagi males banget ini," jawab Shana. Jangankan untuk ikut kegiatan olahraga, untuk berbicara saja Shana rasanya sangat malas.
"Lo kapan nggak malas, sih?" seloroh Arion yang entah kapan sudah berada di kelas.
Shana menenggelamkan wajah diantara kedua lipatan tangannya. Ia benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa sekarang. Dalam hati sebenarnya Shana merasa dongkol karena kalimat yang dilontarkan Arion. Dia bertindak seolah sangat mengenal Shana, padahal selama ini mereka bahkan tidak saling sapa. Shana rasa, untuk sekarang ia lebih baik mendiamkan kedua orang ini agar mereka berhenti berbicara dengan sendirinya hingga akhirnya memberi Shana waktu yang tenang dalam keheningan.
"Ayo, Sha!" Tidak menyerah begitu saja, Roseanne mencoba menarik Shana agar berdiri dari tempat duduknya. Jam istirahat akan berakhir dalam lima belas menit, waktu Shana untuk berganti seragam tidak banyak lagi.
"Ck." Shana menyerah, ternyata tekad Roseanne untuk menghalangi Shana bolos dari jam pelajaran olahraga sangat besar. Hati Shana sedikit tersentil saat melihat tangan kurus Roseanne mencoba menariknya sekuat yang dia bisa.
"Eh, kamu mau kemana? Masa ikut kita berdua?" tanya Roseanne sambil menatap mata Arion dengan hati yang tidak enak.
Arion mati kutu, ia membeku di tempatnya dengan menampilkan wajah bingung. Arion sebenarnya juga tidak tahu mau ke mana, ia hanya mengikuti dua orang yang ada di depannya. Canggung, ia menatap Shana dan Roseanne bergantian sambil memikirkan sebuah alasan. Sayangnya, sepersekian detik berikutnya Arion masih menampilkan ekspresi bingungnya.
"Iya juga, ya? Aku ngapain ngikutin kalian berdua, ya?" tanya Arion dengan bodohnya.
"Dasar cabul," maki Shana.
Kalimat yang dilontarkan Shana langsung membuat mata Arion membola. Hati dan pikirannya yang suci langsung tersentil ketika mendapat tuduhan dari Shana. Demi Dewa Neptunus yang badannya hijau, Arion tidak pernah berpikir macam-macam. Ia di sini sekarang murni karena kesalahan kerja algoritma otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA (SELESAI)
Roman pour AdolescentsShana tidak tahu jika hidup jadi manusia akan membuatnya selelah ini. Kalau dipikir, jadi bunga matahari joget-joget di dashboard mobil itu lebih seru, kayaknya nggak punya beban. Itu kata Shana dulu, saat hidupnya masih monoton, masih stuck di mas...