21. Good Thing or Bad Thing

333 181 92
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

________________________


"Ini kuenya Kakak panggang dulu, nanti baru kita hias."

Shana menerima adonan kue mini yang diberikan Cherry padanya. Kemudian celingak-celinguk tidak tahu harus melakukan apa pada kue yang ada di tangannya. Shana mencoba mengode Kaisar, menanyakan dengan bahasa kalbunya di mana adonan kue ini akan dipanggang. Tapi Kaisar hanya mengangkat bahu sebagai jawaban atas kurangnya pengetahuan yang ia miliki.

"Abang, ambilin air, dong! Jangan nonton aja, nggak kasihan liat aku sama Kak Ana dari tadi kerja?" omel Cherry seperti emak-emak yang sudah pro mengomeli anaknya.

"Airnya mau berapa banyak, Cher?" tanya Kaisar.

Cherry menepuk kedua tangan untuk membersihkan tangan yang kotor karena adonan kue yang dibuatnya, kemudian menyodorkan sebuah mangkuk pada Kaisar. "Ambil setengah mangkuk aja, Bang."

"Siap!"

"Kak Ana! Kenapa kuenya belum dipanggang?!" omel Cherry saat melihat Shana yang berdiri kebingungan dengan tangan yang terus membawa adonan kue.

"Ini mau dipanggang dimana, Cher?" tanya Shana sambil meringis.

Cherry kembali menepuk kedua tangannya sambil menghela napas kasar. Dua orang dewasa yang bersamanya saat ini benar-benar tidak berguna sama sekali. Hanya memenuhi dapurnya dan menghambat ruang gerak Cherry. Andai saja Cherry memiliki teman lain untuk diajak memasak kue seperti ini, akan Cherry pastikan Shana dan Kaisar tidak akan pernah menginjakkan kaki ke dapur suci miliknya.

"Ini loh Kak, ovennya. Kakak nggak liat? Astaga, Kakak bisanya apa, sih? Masa dari tadi aku terus yang turun tangan," omel Cherry sambil meletakkan adonan kue merah dari tanah liat ke atas sebuah batu yang mendapat penyinaran matahari.

Shana mengangkat sebelah alisnya karena terpana dengan Cherry yang sangat cerewet. Ini Shana sedari tadi sudah berusaha melakukan apapun yang Cherry minta. Tapi tetap saja, peralatan di dapur gaib Cherry di samping rumah ini tidak dapat ditangkap oleh indra penglihatan Shana. Mata batinnya belum terbuka sempurna untuk melihat keadaan dapur gaib Cherry.

Terus-terusan mendapat omelan membuat otak Shana sedikit mendidih. Ia sudah kesal, ingin marah, tapi tidak tega memarahi adiknya yang imut ini. Tapi kalau tidak marah, Shana bisa tekanan batin kalau harus seperti ini terus. Untung Cherry itu adiknya, kalau tidak, Shana pastikan ia sudah menenggelamkan gumpalan lemak yang imut itu di kolam renang di belakang rumah.

"Sabar Sha-Yang, ini kita lagi simulasi jadi orang tua," ucap Kaisar sambil tersenyum menggoda pada Shana.

"Yang, yang, kepala lo nih, peyang!" kesal Shana melimpahkan kekesalannya pada Kaisar dengan mendorong dahi Kaisar dengan jari telunjuknya.

"Kaisar tenang, sabar, ini lagi simulasi jadi suami. Nggak boleh marah sama istri, nggak boleh marah," ucap Kaisar pada dirinya sendiri sambil mengelus-elus dada bidangnya.

Shana kesal, matahari pagi yang mulai terik seakan turut serta membuat otaknya mendidih. Shana tidak terbiasa dengan situasi di mana ia mendapati omelan panjang lebar. Shana sangat benci diomeli, dan kali ini ia terus-terusan mendapat omelan dari anak kecil yang tak lain adalah adiknya sendiri. Andai saja sedari dulu Shana tahu mempunyai adik akan semenyebalkan ini, ia tidak meminta mama untuk memberinya adik.

"Sini airnya!" Shana mengambil paksa mangkuk air yang ada di tangan Kaisar dan membawanya pada Cherry.

Shana segera memberikan air itu pada Cherry, sambil berharap gadis itu berhenti mengomel, kalau perlu berhenti main sekalian. Pantas saja Airin tidak pernah mau bermain dengan Cherry, ternyata ini penyebabnya. Cherry keras kepala, suka ngatur-ngatur, nggak dengerin orang kalau lagi ngomong, pokoknya suka seenaknya sendiri. Seolah dunia ini miliknya dan orang lain adalah babunya.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang