15. Nikahan Papa

457 246 69
                                        

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

________________________

Shana berdiri sambil menendang-nendang udara kosong di hadapannya. Sumpah, ia benar-benar merasa kesal sekarang. Shana kira, jika ia pulang, semuanya akan baik-baik saja. Shana pikir, papa akan mengalah dan membatalkan pernikahan demi dirinya. Tapi apa sekarang? Shana malah berdiri di acara pernikahan papanya ditemani Kaisar yang sedari tadi sibuk mengabadikan momen penting.

"Makan salak dulu, Sha. Biar bad moodnya pergi." Kaisar berdiri di hadapan Shana sambil menyodorkan salak yang sudah ia kupas.

Shana menepis tangan Kaisar sambil melirik sahabatnya itu dengan malas. Percuma, apa saja yang akan dilakukan Kaisar untuknya saat ini semuanya percuma. Mood Shana benar-benar sudah amblas, sudah sama rata dengan tanah. Tidak akan mudah untuk membangun mood Shana sekarang.

"Kalau emang nggak mau, lo tinggal bilang. Jangan gini, untung salaknya nggak jatuh, mubazir, Sha." Kaisar mengigit salak yang sempat ditolak oleh Shana. "Yakin nggak mau? Rasanya asam-asam enak gimana gitu, kesukaan lo, nih."

Shana duduk di lantai, tanpa memikirkan bajunya akan kotor. "Mama ..., Shana mau ikut Mama aja," rengeknya sambil membenamkan kepala di antara kedua lutut.

"Astagfirullah, Sha, nggak boleh ngomong gitu." Kaisar ikut berjongkok di hadapan Shana dan menangkup wajah sahabatnya itu dengan kedua tangannya. "Kok lo jadi menye-menye gini, sih?" Kaisar menolehkan wajah Shana ke kiri dan kanan.

"Masalah hidup gue lagi berat loh, ini. Gue mau punya ibu tiri, lo bayangin aja ibu tiri gimana. Belum lagi anak-anaknya ntar."

"Berhenti mikirin hal buruk tentang ibu tiri, Sha. Nggak semua ibu tiri nggak kayak ibu tirinya Cinderalla, atau ibu tirinya Bawang Putih. Lo juga bukan Cinderella, bukan Bawang putih juga. Kita hidup di dunia nyata, nggak semua hal yang digambarkan dalam kisah fiksi itu sama dengan kehidupan nyata." Kaisar menatap mata Shana dalam, mencoba meyakinkan gadis itu agar tidak terus-terusan berprasangka buruk.

"Tapi juga nggak menutup kemungkinan kalau gue bakal punya ibu tiri kayak Cinderella." Shana masih bersikeras membenarkan prasangkanya.

"Kalau emang lo bakal punya ibu tiri kayak ibunya Cinderella, lo masih bisa cerita ke gue, Nenek, Bang Raka, mami, atau papi. Kita nggak bakal biarin lo menderita sendirian, Sha," ucap Kaisar masih terus mencoba membuat Shana yakin.

Bahu Shana menurun bersamaan dengan semangat hidupnya yang setiap menit kian menurun. Ia sangat ingin mempercayai ucapan Kaisar, lalu mengubah pola pikirnya yang terlalu terkontaminasi kisah fiksi. Tapi, otaknya tidak bisa diajak bekerja sama. Bayangan buruk yang berasal dari kisah fiksi yang pernah ia baca masih berseliweran dalam pikirannya.

"Kalau istri papa emang ibu tiri Cinderella versi dunia nyata, gimana?"

Kaisar menghembuskan napasnya perlahan. Walau sudah bertahun-tahun bersama Shana, ia masih belum terbiasa dengan Shana yang tidak percaya diri seperti ini. Memang ada kalanya Shana takut dengan apa yang akan terjadi di masa depan, seperti saat ini.

"Dengerin gue baik-baik, ya." Kaisar berdeham sebagai jeda. "Inget, lo buka Cinderella, lo juga bukan Bawang Putih. Lo itu Shana, dan Shana yang gue kenal itu nggak kayak gini. Sekalipun Cinderella sama Bawang Putih punya ibu tiri yang kejam, itu nggak akan sama dengan apa yang lo hadapi. Karena apa? Karena lo bukan mereka, lo itu Shana Fradela, si cewek anti menye-menye."

Shana menatap mata Kaisar lama. Sedikit demi sedikit, Shana mulai terpengaruh dengan doktrin dari Kaisar. Bahunya kembali tegap, seolah gadis yang barusan mengeluh itu bukan dirinya.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang