Jangan lupa vote dan komen, ya. Tau kan cara menghargai orang lain?
🌱🌱🌱
Anggota kelas IX IPA 5 sudah berhamburan keluar kelas dengan membawa kebahagiaan kecil di pundak mereka. Bel pulang sekolah sudah berbunyi, guru yang tadinya mengajar pun sudah keluar, jadi tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk tetap berada di dalam kelas. Ini waktunya pulang! Tubuh yang letih setelah seharian duduk menatap papan tulis ini langsung bergerak mencari tempat nyaman untuk beristirahat; rumah.
Tak jauh berbeda dengan murid lain, Shana keluar dari kelasnya sambil menyeret Arion. Tak lupa, ia memaksa Arion untuk mengantarnya pulang. Setelah terakhir kali pulang sendirian dengan bus, Shana bertekad dalam hatinya untuk tidak akan naik bus lagi.
Pulang dengan bus kemarin benar-benar menyiksanya. Laju bus yang lambat dan sedikit tersendat-sendat karena mungkin mesinnya sudah tua, ditambah lagi dengan angin sepoi-sepoi dari jendela, membuat Shana benar-benar mengantuk. Yang jadi masalah adalah saat ia sudah mengantuk, sialnya ia tidak bisa tidur begitu saja. Kalau Shana tertidur, terus komplek rumahnya terlewat, kan bisa kacau.
"Lo harus antar gue pulang Yon, nggak mau tau. Masa lo biarin temen lo yang cantik ini nahan ngantuk di bus?" Walaupun sedari tadi Arion sudah setuju untuk mengantar Shana pulang, Shana tetap saja nyinyir terus-terusan mengajak Arion pulang.
"Iya-iya, bisa berhenti ngomongin itu lagi? Lo emang nggak bisa berhenti berkicau, ya?"
"Nggak bisa. Lo nggak tau aja betapa tersiksanya gue harus nahan ngantuk. Sialnya lagi, pas udah di rumah ngantuknya langsung hilang."
"Sadar nggak sih, Sha? Lo udah ceritain hal yang sama ratusan kali ke orang-orang, norak banget. Keliatan banget kemaren itu kali pertama lo naik bus." Arion tidak habis pikir, bisa-bisanya Shana jadi norak seperti ini hanya karena pulang dengan bus. Mana nyeritainnya hampir ke seantero sekolah lagi. Caper banget nggak tuh?
"Nggak pa-pa norak, yang penting gue seneng."
Oke, Arion menyerah jika sudah berbicara dengan Shana. Shana kan tetap jadi Shana yang bertindak sesuka hatinya. Bukan Shana sih namanya kalau nggak seenaknya. Itu udah jadi ikon kebanggaan seorang Shana Fradela.
"Sha, pulang sama gue aja." Kaisar yang sedari tadi mengikuti tanpa sepengetahuan Shana langsung buka suara.
Shana menoleh ke belakang, tersentak kaget saat suara khas Kaisar menginterupsi pembicaraannya dengan Arion. Untung aja Shana sama Arion nggak bahas hal yang aneh-aneh.
"Nggak deh, gue pulang sama Arion aja. Ajak Ai pulang, gih," ucap Shana tanpa menatap Kaisar.
"Mending sama gue aja, ngapain lo maksa-maksa Arion buat antar lo pulang? Sebelum-sebelumnya lo kan pulang perginya sama gue." Tak menyerah begitu saja, Kaisar tetap mengajak Shana untuk pulang bersamanya saja.
"Maksa? Gue nggak maksa tuh. Ya, kan?" Shana menarik lengan baju Arion meminta persetujuan.
"Hm." Arion menjawab seadanya.
Kaisar mencoba menahan perasaan yang akan meledak dalam hatinya. Sampai kapan Shana mau terus-terusan seperti ini? Hanya demi menjodohkan Kaisar dengan Airin, ini benar-benar konyol bagi Kaisar.
"Terserah lo, deh." Kaisar menjauh, sebelum ia meledak di sini.
Nada bicara Kaisar yang berubah membuat Shana sadar, Kaisar sedang marah. Tentu saja itu karena Shana. Siapa lagi yang bisa membuat Kaisar semarah ini? Merasa tidak enak, Shana mengigit bibir bawahnya dan berjalan sambil menatap lantai.
![](https://img.wattpad.com/cover/164063324-288-k933034.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA (SELESAI)
Genç KurguShana tidak tahu jika hidup jadi manusia akan membuatnya selelah ini. Kalau dipikir, jadi bunga matahari joget-joget di dashboard mobil itu lebih seru, kayaknya nggak punya beban. Itu kata Shana dulu, saat hidupnya masih monoton, masih stuck di mas...