Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.
Selamat membaca✨
________________________
Airin berdiri di depan pintu kamar Shana, dengan ragu ia mengetuk pintu kemudian menyembulkan kepalanya dan mencari keberadaan Shana di kamarnya. Shana sedang tidur-tiduran di lantai dengan seekor kucing kampung di atas perutnya. Kadang Airin heran sendiri, kakak tirinya ini kenapa suka goler-goler di lantai, ya? Padahalkan punya kasur yang empuk."Ngapain lo goler-goler di lantai?" tanya Airin sembari masuk ke kamar Shana, tak lupa ia kembali menutup pintu kamar, karena hal yang akan ia bicarakan dengan Shana cukup serius. Jangan kira Airin datang ke kamar Shana hanya untuk mengganggu.
"Ngapain lo ke sini? Tumben banget," ucap Shana sambil melirik Airin yang sudah duduk di tepian tempat tidurnya.
"Lo temenan sama Bang Kaisar udah berapa lama?" tanya Airin to the point.
Shana lagi-lagi melirik Airin, mencoba mencari tahu apa maksud dan tujuan Airin sampai mau menghampiri Shana ke kamar. Airin awalnya balas menatap Shana canggung, tapi Airin kemudian menghindari tatapan Shana dengan tiduran di atas kasur Shana.
"Udah lama, kenapa emang?" jawab Shana seadanya.
"Lo suka sama Bang Kaisar?"
Shana terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia tidak tahu harus menjawab pertanyaan Airin bagaimana, jujur saja Shana sudah mengiyakan jawaban Airin dalam hati. Tapi untuk mengakuinya pada Airin, entah kenapa Shana tidak sanggup. Ia hanya tidak ingin mengakui perasaannya sendiri, walaupun dari tindakannya setiap hari dapat membuat orang lain langsung tahu, tetap saja Shana tidak mau mengakuinya secara langsung.
"Enggak."
"Pernah suka Bang Kaisar?"
Shana kali ini mengernyitkan dahinya sambil melirik Airin yang tiduran di atas kasurnya. Random banget ini bocah tiba-tiba nanyain perasaan Shana buat Kaisar. Nggak ada kerjaan lain atau lagi nyari topik ghibah nih, bocah?
"Enggak," bohong Shana lagi.
"Gue boleh suka Bang Kaisar?" tanya Airin tanpa pikir panjang.
Shana langsung tersedak ludahnya sendiri setelah mendengar pertanyaan Airin. Jujur saja, ia terkejut dengan pertanyaan sekaligus pernyataan dari Airin. Bukan Airin yang terpikirkan oleh Shana, melainkan dirinya sendiri. Jika Airin sudah memberitahunya secara tidak langsung seperti ini, artinya meminta Shana untuk menjaga jarak kan?
"Ya bolehlah, ngapain izin ke gue dulu?" jawab Shana dengan salah tingkah.
Jujur saja pernyataan Airin membuat Shana merasakan perasaan aneh. Menyukai orang yang sama dengan adik sendiri, terasa aneh bagi Shana. Menyukai orang yang sama, berarti salah satu harus mengalah dan mengorbankan perasaan.
"Lo yakin?" tanya Airin langsung memutar tubuhnya dan menatap Shana yang tidur-tiduran di lantai.
Shana tidak langsung menjawab, ia juga bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah tidak apa-apa jika suatu saat Kaisar lebih dekat dengan Airin dibanding dirinya? Shana ingin menghalangi, tapi tidak mungkin juga saat mengingat statusnya dengan Kaisar yang hanya sekedar teman.
"Fix, lo suka Bang Kaisar juga," tuding Airin saat Shana tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Nggak ya! Apaan! Gue sama Kaisar cuma temenan doang," bantah Shana.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA (SELESAI)
Fiksi RemajaShana tidak tahu jika hidup jadi manusia akan membuatnya selelah ini. Kalau dipikir, jadi bunga matahari joget-joget di dashboard mobil itu lebih seru, kayaknya nggak punya beban. Itu kata Shana dulu, saat hidupnya masih monoton, masih stuck di mas...