32. Kucing-Kucingan

249 104 162
                                    

Nggak tau masih nyambung apa enggak, tapi semoga masih nyambung😂

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

________________________

Shana menghempas dirinya di atas sofa dengan kasar. Suasana hatinya benar-benar rusak hari ini. Ia hanya kesal, akhir-akhir ini hidupnya sering keluar dari jalur yang semestinya. Semua hal yang tidak ia inginkan terjadi malah terjadi. Rasanya sangat kontras sekali dengan hari-hari sebelumnya. Belakangan ini terasa sedikit lebih sepi.

Shana melirik jam, masih sore, otaknya sekarang malah memikirkan kegiatan apa yang akan ia lakukan sekarang. Sekian lama berpikir, sekian lama menatap langit-langit, ia tak menemukan ide apapun. Otaknya yang sebelumnya sudah karatan sepertinya benar-benar tidak bisa bekerja lagi sekarang.

Tak mau menyerah begitu saja, Shana melihat kontak di hpnya sambil menimbang-nimbang siapa yang bisa ia ajak bepergian. Berkeliling makan akan saja sudah cukup baginya.

"Deno, nggak, apaan."

"Malvin, bukan ide yang bagus."

"Vino, freak banget ini."

"Jean, haduh, gue kapan nyimpan nomornya? Horor kan."

"Karen, bucin twenty for seven, nggak bisa."

"Kun Ge, paling lagi belajar."

"Mbak Mawar, belajar juga."

"Wendy, paling sekarang lagi sama Jean."

Tak peduli jika terlihat aneh, Shana terus berbicara sendiri. Ya bodo amat, kan dia lagi di rumah. Ya bebas dong mau ngapain. Mau kayang sambil jungkir balik juga nggak masalah.

"Bang Raka ... Boleh nih, lagi sibuk nggak, ya? Kalau sibuk ya paksa, ngapain repot mikirin." Tanya Shana, tak lupa ia menjawab pertanyaannya sendiri.

Shana segera menghubungi Raka, saking magernya. Padahal ia bisa saja mencari Raka ke rumahnya atau berteriak dari halaman rumah. Ya emang dasarnya saja Shana banyak tingkah.

"Halo! Bang? Lo sibuk nggak? Pergi makan angin, yuk?!" cerocos Shana saat hpnya sudah terhubung dengan Raka.

"Waalaikumsalam, mau makan angin? Hidupin aja kipas angin, terus buka mulut lo lebar-lebar. Gitu aja repot."

"Nggak peka, nggak asik. Maksud gue itu pergi jalan-jalan, Bang. Lo mah, pantes jomblo," hina Shana sambil berdecak.

"Eits, gue udah sold out ya, udah mau tunangan juga."

"Halah, bohong kan lo?"

"Tanya Mami aja kalau nggak percaya. Tuh, mami di dapur lagi bikin bakso."

"Kalau lo bohong, traktir gue jajan, ya?!"

"Kalau gue nggak bohong gimana?"

Shana terdiam menipiskan bibirnya sejenak. Raka terdengar sangat meyakinkan sekarang. Mungkin Raka memang serius kali ini.

"Ya tetap jajanin gue, apa lagi?"

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang