18. Plester dan Cogan

382 210 80
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

________________________


"Jadi, Shana dan Dara, kalian ribut karena memperebutkan Kaisar?!" tanya Bu Luna dengan nada tinggi, membuat Shana langsung memicingkan mata.

Bu Luna menatap Shana dan Dara bergantian. Rambut Dara terlihat berantakan dan kacing baju paling atas lepas. Tapi bisa dilihat Shana yang paling parah di sini. Hidung mimisan yang disumbat dengan tisu, rambut pendeknya acak-acakan hingga terlihat seperti rambut singa, dan terdapat goresan di batang hidungnya.

Shana diam, tidak berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan Bu Luna. Bagaimanapun, Shana salah, dan orang yang bersalah akan memiliki sedikit rasa takut dalam hatinya. Lagi pula, jika Shana menjawab pertanyaan Bu luna, hanya akan semakin memancing teriakan dari Bu Luna. Jadi, Shana ambil aman saja.

"Bukan, Bu," cicit Dara setengah takut pada Bu Luna.

"Terus? Kenapa kalian ribut? Sampai jambak-jambakkan lagi, nggak mungkin ada asap kalau nggak ada api Shana, Dara!"

Benar dugaan Shana, sebuah jawaban hanya akan membuat teriakkan Bu Luna semakin keras. Jika sudah duduk di ruang bk, semuanya akan salah. Memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan pun akan salah juga. Pokoknya, kalau sudah di ruang bk, murid serba salah. Jadi, cukup dengarkan ceramah panjang lebar yang disampaikan guru bk sampai telinga berdenging, karena hanya itu jalan satu-satunya untuk keluar dari ruangan keramat ini.

"Gini ya, kalian itu perempuan, harga dirinya tolong dijaga. Kehormatan kalian itu nomor satu. Jangan sampai bertengkar karena rebutan laki-laki. Ibu tau Kaisar itu cassanova SMA Neo, tapi tetap saja kehormatan kalian harus dijaga. Dimana harga diri kalian sebagai seorang wanita yang harusnya punya rasa malu yang tinggi? Kalau kalian kayak gini, nggak cuma kalian yang akan menanggung stigma buruk orang-orang, tapi semua perempuan juga akan dicap buruk."

Shana menunduk menatap ujung sepatunya dengan telinga yang aktif mendengar ceramah dari Bu Luna. Dalam hatinya Shana tidak mendongkol sedikitpun, karena apa yang dikatakan Bu Luna benar adanya. Tapi Shana juga merasa tidak perlu untuk terlalu merasa bersalah, karena nyatanya ia bertengkar bukan karena memperebutkan Kaisar. Tapi masalah harga dirinya yang tidak terima dikatakan pendek.

"Permisi Bu, ini surat-surat yang Ibu minta."

Suara laki-laki yang berdiri di ambang pintu mengalihkan atensi mereka. Shana dapat melihat Kun berdiri dengan membawa beberapa berkas dan tersenyum hangat pada Bu Luna. Kun berjalan mendekati meja Bu Luna, membuat Shana langsung menunduk menyembunyikan wajah karena sedikit malu pada Kun.

"Oh, iya, sini surat-suratnya. Kamu tunggu di sini sebentar, biar Ibu urus ini dulu," ucap Bu Luna dengan suara normal pada Kun. "Dan kalian berdua! Tunggu di sini!" teriak Bu Luna pada Shana dan Dara.

Kun berdiri tepat di sebelah Shana. Awalnya ia tidak menyadari bahwa gadis yang menunduk dengan rambut acak-acakan itu adalah Shana. Tapi, atensinya beralih pada Shana saat gadis itu bersin hingga memperlihatkan wajahnya. Barulah Kun menyadari bahwa yang duduk di sampingnya adalah Shana.

"Loh? Kamu ngapain di sini?" tanya Kun.

"Mau bertamu ke ruangan Bu Luna," jawab Shana sambil cengengesan salah tingkah.

Dapat dipastikan Kun akan memandangnya buruk dan Shana tidak akan memiliki kesempatan untuk mendekati Kun. Dalam hati, Shana mendesah berat, padahal Kun itu salah satu kandidat yang mendekati tipe idealnya sekarang. Akan sangat mengecewakan jika Kun menjauhi Shana.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang