4. Yang Tak Bisa Dijelaskan

965 482 238
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah. Sekalian, ramein cerita ini sama komennya, ya.

Selamat membaca✨

______________________________________________

"Sstt! Tenang dulu, Pak Bintar kayaknya mau lewat sini." Bara sebagai ketua kelas memberi aba-aba agar teman-temannya lebih tenang.

Seisi kelas langsung duduk ke tempat mereka masing-masing dan membentangkan buku lks di hadapan mereka. Sekarang mereka lagi kompak buat ngecosplay gaya anak 2 Mipa 1. Sesekali mereka membalik halam buku seolah benar-benar sedang membaca buku di hadapan mereka. Padahal hanya untuk pencitraan biar nggak dikasih tugas sama Pak Bintar. Roseanne hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan teman-temannya.

"Sekarang jam pelajaran apa?" Benar dugaan Bara, Pak Bintar memasuki kelas 2 Mipa 5 karena melihat tidak ada guru yang mengajar di kelas ini sekarang.

"Sejarah wajib, Pak." Sebagai ketua kelas, Bara mewakili teman-temannya untuk menjawab pertanyaan Pak Bintar.

"Sama Bu Widya, ya?" tanya Pak Bintar lagi.

"Iya, Pak."

Pak Bintar diam sejenak. Membuat jantung seisi kelas 2 Mipa 5 berdebar tidak karuan, mereka berharap agar Pak Bintar membiarkan mereka menghabiskan jam kosong tanpa dibebani tugas. Soalnya Pak Bintar kalau ngasih tugas nggak pernah mikir dulu. Mereka pernah diberi tugas kimia yang bejibun di jam pelajaran seni budaya. Jangan sampai mereka lagi-lagi menjadi korban kerandoman Pak Bintar.

"Bu Widya lagi izin, kalian jangan ribut." Melihat keheningan kelas 2 Mipa 5 saat baru tiba tadi, membuat Pak Bintar meloloskan kelas ini dari tugas.

"Iya, Pak." Bara menjawab sambil mencoba menahan senyum bahagianya agar tidak terlihat.

Beberapa menit setelah kepergian Pak Bintar, anggota kelas 2 Mipa 5 masih berusaha menjaga keheningan kelas. Sebagai ketua kelas, Bara berdiri dari tempat duduknya dan mengintip keluar untuk memastikan keadaan. Setelah merasa Pak Bintar benar-benar sudah jauh, Bara berdiri di depan kelas dan memberi pengumuman pada teman-temannya.

"Oke, sekarang kalian boleh ngapain aja dan jangan lupa, volume suaranya dijaga."

Setelah Bara selesai bicara, murid kelas 2 Mipa 5 langsung berpencar, membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai minat masing-masing. Buka yang sedari tadi terbentang tanpa dibaca, mereka biarkan tetap seperti itu. Jaga-jaga kalau Pak Bintar datang mendadak.

Berbeda dengan teman-temannya yang lain, Shana hanya menumpukan tangannya ke atas meja agar ia bisa tidur. Shana rasanya terlalu malas untuk beranjak dari tempat duduknya. Ia menatap Kaisar yang duduk sedang bermain game di sampingnya. Shana memperhatikan setiap garis wajah Kaisar yang membuat banyak siswi SMA Neo terpesona hingga mau-mau saja dibodohi Kaisar. Shana akui, Kaisar itu ganteng, kalau hanya dilihat dari penampilan, Kaisar itu sebenarnya sudah sangat menarik perhatian Shana. Tapi, cowok gateng emang nggak ada yang baik, mereka semua memang suka berulah, membuat Shana berusaha mati-matian agar tidak jatuh dalam pesona Kaisar.

"Karena lo temen gue, silakan natap gue lama-lama, nggak perlu bayar," ucap Kaisar tanpa mengalihkan pandangannya pada Shana dan tetap fokus dengan game yang ada di hpnya.

"Karena lo temen gue, gue boleh nampar otak lo nggak, sih?! Songong banget jadi cowok."

"Songong-songong gini, banyak yang ngantri buat jadi pacar gue."

"Alhamdulillah, walalupun nggak pinter-pinter amat, otak gue masih bisa berpikir jernih buat nggak jatuh hati sama muka ganteng lo."

Kaisar terdiam sejenak dan mengalihkan padangannya pada Shana. Walaupun hanya candaan, penolakan terang-terangan dari Shana benar-benar membuat Kaisar galau setengah mati setiap malam. Tentu saja tidak ada yang tahu kalau Kaisar sering menghabiskan malamnya yang panjang untuk ngegalauin Shana. Bisa hancur imej playboy yang ia bangun jika ketahuan galau karena Shana. Shana loh ini, cewek nggak ada otak yang hobinya nyuruh-nyuruh. Mau ditaruh di mana muka Kaisar kalau ia ketahuan menyukai Shana.

SHANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang