Happy Reading!
•••🐒•••
Farzan dan Bian menatap dalam ketuanya ini yang sedang terbaring lemah di atas kasur rumah sakit, dengan alat oksigen yang menutupi hidungnya, dengan monitorbed yang berada tepat disamping nakasnya.
Rasanya ia tidak dapat menemui sosok Aldar yang dulu. Sosok ketua yang sangar, tatapan yang begitu tajam, ia tidak dapat menemuinya sekarang. Yang ada sosok Aldar yang tertidur pulas diatas kasurnya, dengan perban yang menutupi kepalanya, ditambah bibir yang sangat pucat sekali.
Sudah dipastikan Aldar pasti akan marah jika bangun bangun dirinya menyadari, bahwa ia telah kalah dalam balapannya.
Aldar sudah dipindahkan ke ruang ICU, maka dari itu hanya bisa satu atau dua orang saja yang memasuki ruangannya.
Bian pun sudah mengabari Hema, ayah dari Aldar. Jika Aldar mengalami kecelakaan parah. Ketuanya ini pasti akan marah jika tau dirinya mengabari Hema tentang keadaannya sekarang. Biarkanlah Aldar marah padanya, mau bagaimanapun Hema kan ayah kandungnya, ia harus tau bagaimana kondisi anaknya yang nakal ini.
"Jangan kelamaan bobonya bos! Ntar Farzannya kangen" Seru Bian menatap dalam Aldar. Yang ditatap datar sekilas oleh Farzan
Drrtt drrtt drrtt
Bian langsung mengencek ponselnya saat merasakan getaran disaku celananya. Ia langsung berpamitan keluar ruangan kepada Farzan, yang diangguki singkat olehnya.
Money is calling...
Bian langsung mengangkat telfonnya. Tumben tumbenan sekali papa nya ini menelpon dirinya. Apakah dia merindukannya? Wkwk. Ketemu setiap hari aja masa rindu, tapi bisa jadi si.
"Hallo pa!" Sapa Bian duluan
"Kerumah sakit sekarang! Oma meninggal" Bian sangat terkejut sekali mendengar kabar yang begitu buruk yang pernah ia dengar. Padahal dirinya belum pernah mendengar suara omanya. Karna saat satu bulan yang lalu papanya ini baru mengabari dirinya jika ia memiliki seorang Oma. Dan ia sedang terbaring koma dirumah sakit.
"Gue pergi bentar! Titip Aldar!" Seru Bian yang langsung berlari pergi dengan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit. Yang mendapati tatapan bingung dari para sahabatnya
Beruntung karna Bian berada di rumah sakit yang sama. Ia langsung berlari dengan sangat tergesa-gesa sekali menuju ruang rawat omanya.
Saat kakinya yang baru saja menginjakkan di pintu ruang rawat omanya, ia sudah disuguhkan dengan tangisan tangisan pecah dari sang papanya, dan mamanya. Namun ada satu wanita yang mampu menarik perhatiannya, wanita itu sedang menangis tersedu sedu seraya memeluk tubuh omanya dengan erat.
Nayara?
Bian berjalan pelan kearah mamanya. Dengan pandangan yang masih menatap Nayara dalam, ia masih menangis terlihat jelas aura yang begitu sedih yang ia pancarkan sekarang. Namun yang sangat ia bingung kan, mengapa ada Nayara disini? Apa Nayara juga cucu dari omanya?!.
"Biiannn!" Tangis mamanya semakin pecah, ia memeluk erat tubuh anaknya dengan sangat erat
Perlahan Bian membalas pelukan mamanya, dan mengusap lembut punggung mamanya, menyalurkan energi kekuatan untuknya. Gibran berjalan kearahnya dan mengusap lembut rambut anak laki lakinya dengan sayang. Ia mengerti tatapan yang dilontarkan oleh Bian kepada Nayara. Pasti anak laki lakinya ini bingung, dia itu siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARES
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Kisah dimana bukan seorang pria yang mengejar-ngejar seorang wanita. Melainkan seorang wanita yang begitu antusiasnya mengejar-ngejar seorang pria. Cintanya terlalu buta, membuat seorang Nayara grizella barsha rela menjalankan hubunga...