#46

28.4K 1.4K 279
                                    

Happy Reading!

•••🐒•••

Nay mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan ada yang mengusap lembut kepalanya. Saat matanya telah terbuka sempurna ia sedikit terkejut saat menangkap sosok pria paruh baya yang tidak asing lagi baginya, ia adalah Gibran.

"Sudah bangun putri papa" Ujar Gibran menatap Nayara yang sedang memposisikan dirinya untuk bersandar dikepala ranjang

"Bagaimana kondisi kamu sudah membaik?" Tanya Gibran mengusap lembut kepala Nayara

"Mendingan" Jawab Nay datar

"Papa sangat senang sekali kamu mau tidur disini sayang" Serunya yang langsung mencium kening putrinya dengan sayang

"Mas" Panggil Karina yang sudah memasuki kamarnya

"Siap siap dulu, kamu mau ke kantor kan? Nanti keburu siang" Seru Karina seraya mengusap bahu Gibran

Gibran menganggukkan kepalanya pelan dan mengusap lembut rambut putrinya dengan sayang. "Papa pergi kerja dulu ya sayang"

Setelah itu Gibran pun langsung beranjak dari duduknya dan berlalu pergi dari kamarnya, yang menyisakan Karina dan Nayara.

Nay menatap singkat Karina dan mengambil ponsel di atas nakasnya. Begitu terkejutnya ia saat jam menunjukkan pukul 06:45.

Nay langsung menyibakkan selimutnya dan perlahan menuruni kakinya dari atas ranjang. Bisa bisanya ia telat bangun untuk pergi sekolah.

"Mau kemana?" Karina sudah memegang bahu Nayara. Saat dirinya yang akan bangun dari duduknya

"Saya mau sekolah" Ujar Nay yang ingin beranjak dari duduknya namun tertahan saat Karina yang sudah berdiri dihadapannya

Karina menempelkan punggung tangannya tepat ke kening putrinya. "Badan kamu masih demam! Mama ga ngizinin kamu buat sekolah"

"Tapi saya harus sekolah"

"Mama bilang enggak ya enggak! Mama udah bilang sama wali kelas kamu, kalo kamu ga masuk sekolah hari ini" Tegasnya

"Tapi--,"

"Mau bantah mama? Mama emang bukan yang melahirkan kamu, tapi kamu anak mama. Mama ga suka liat anak mama sakit" Nay terdiam saat mendapati ocehan dari Karina. Jadi seperti ini ya rasanya dimarahi oleh sang ibu

Nay tersenyum sangat tipis dan menganggukkan kepalanya pelan, sebagai jawabannya bahwa ia mengiyakan jika dirinya tidak berangkat sekolah untuk hari ini.

"Yaudah istirahat lagi ya, mama mau kebawah dulu buat siapin makan kamu" Nay menganggukkan kepalanya pelan, membuat Karina langsung berlalu pergi dari kamarnya

Perlahan Nay menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Karna badannya ini masih terasa sangat nyeri.

"Gimana enak dimarahin sama mama?" Ledek Bian yang sudah menyenderkan punggungnya dipintu

Nay mendelik sebal kearahnya dan langsung mengambil ponsel di samping tubuhnya. "Lo mah enak dimarahin berasa kek di ceramahin, coba kalo gue? Beuhh semua alat dapur udah di pegang sama mama buat gebukin gue" Ujar Bian seraya berjalan kearahnya

"Ya lo mah emang badung anaknya, jadi pantes dapetin itu" Cibir Nay, yang langsung mendapati sebuah bantal yang menghantam wajahnya

"Bian bangsat!" Sewot Nay seraya melemparkan balik bantalnya, namun tidak mengenai Bian. Sedangkan Bian? Ia malah tertawa mengejek kearahnya

ALDARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang