"Ada apaan sih?" tanya Jennie heran. Perempuan itu dengan santai mengupas jeruk yang ia ambil dari meja makan milik Jisoo. "Tumben banget lo nyuruh kita kumpul."
Jisoo ikut mengangguk, perempuan itu sedang menyuapi Dihan buah, sedangkan Jihan sudah nyaman di pangkuan Hanbin.
"Tau, dateng-dateng mukanya udah suram ..." saut Jisoo ikut berkomentar.
Ketiganya memang sedang berkumpul di rumah Jisoo. Hanbin yang meminta. Awalnya mereka akan kumpul di butik Jennie, markas mereka setelah sukses. Tetapi mengingat Jihan dan Dihan yang semakin lincah, Jisoo akhirnya meminta Hanbin dan Jennie saja yang datang ke rumahnya.
"Kenapa sih, lo? Gak usah akting lemes pas puasa supaya bisa minum kuwut lebih awal!"
Ingin rasanya Hanbin mengumpat. Tetapi sayang, Jihan ada di pangkuannya. Ia tak mau keponakannya mendengar perkataan yang tidak lulus sensor.
"Wahai para wanita berakal ..." kata Hanbin serius. "Tolong dengarkan Kim Hanbin yang ingin mengutarakan keresahannya ini."
Jennie hanya menaikan sebelah alisnya, dan setelah itu kembali mengupas jeruk yang lainnya.
"Apaan?" tanya Jisoo. "Keresahan apa lagi? Perasaan hidup lo kok kaga ada tenangnya sih?"
Hanbin menghela nafasnya, "Jadi gini ..." kata Hanbin memulai pembicaraannya. "Gak cukup, lanjut part 2."
"Bodo amat, gue balik ..." kata Jennie yang sudah siap beranjak dari posisi duduknya.
"Eeeh! Tahan dulu! Dengerin nih ..." Hanbin dengan panik manahan Jennie. Walaupun mulut sepupunya itu ga ada filter, tapi Jennie kadang berguna kalo ngasih saran.
"Ya cepet makanya! Gue mau ngomong kasar, tapi takut kena omel Teh Jisoo!"
Hanbin memanyunkan bibir bawahnya, "Iya ... iya ..." kata Hanbin. "Gue tuh lagi bimbang. Gue gak tau gimana cara ngomong ke Ayah sama Bunda kalo abis lebaran gue mau ngelamar Hayi."
"HAH?!"
"SERIUSAN?!"
Jennie dan Jisoo dengan kompak memekik. Dihan bakan sampai terlonjak kaget karena telinganya menerima serangan langsung dari Sang Bubu dan Aunty-nya. "Aduh, Sayang ... maaf ya, maaf ... Bubu tadi reflek."
"Emang Hayinya udah yakin nerima lo?" tanya Jennie. "Jangan makasain diri kalo Hayinya belum yakin."
"Gue udah dapet lampu ijo dari Hayi," jawab Hanbin santai, tetapi tersirat nada angkuh di dalamnya. "Pas balik bukber itu."
"Ya bagus dong berarti," kata Jennie. "Lo tinggal bilang ke Bukde sama Pakde kalo lo mau ngelamar Hayi nanti abis lebaran."
"Nah itu masalahnya! Gimana cara gue bilangnya ke Bunda sama Ayah?"
"Ya bilang tinggal bilang," jawab Jennie santai. Berbeda dengan Jisoo yang ikut berpikir keras untuk membantu adik iparnya itu. "Atau lo contoh waktu Mas Jinan atau Bang Bobby ngomong ke Pakde sama Bukde waktu dulu."
Hanbin langsung mendelik, "Mereka gak guna!" sewotnya. "Waktu Mas Jinan, dia ngomong enam mata langsung tanpa bawa adik-adiknya. Sedangkan Bang Ibob ..." Hanbin dengan sebal melirik Jisoo, "laki lo malah hampir lupa kalo dia mau ngelamar lo. Dan yang ngomong ke Ayah sama Bunda itu, gue."
"Ya lo berarti minta feedback ke Bobby," kata Jisoo. "Suruh Abang lo yang ngomong."
"Gak akan bener," gumam Hanbin dan entah mengapa justru disetujui oleh Jisoo dan Jennie. "Belum lagi gue ngomong ke orang tuanya Hayi. AAAAARGHH! KAGA BISA LANGSUNG AKADA AJA GITU?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fanfiction[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...