Takut Nikah

972 186 34
                                    

"Kamu inget Bangchan nggak, Beb? Anak Humas pas zaman osis?" Ahra yang sudah selesai menata stock baju untuk kaus edisi bulan depan bertanya pada Donghyuk yang masih terus melipat beberapa celana terbaru distro mereka. "Yang dulu jadi ketua pelaksana event seni angkatan kita itu."

"Iya, emang kenapa, Beb? Kamu ketemu dia?"

Ahra menggeleng, perempuan itu kini duduk di meja kasir, ia mulai mendata stok barang di komupter. "Dia sekarang punya usaha EO gitu," ceritanya pada Donghyuk meskipun tatapan matanya masih tertuju pada layar komputer. "Terus masa paket nikah 10 juta udah termasuk MUA."

Senyum Donghyuk terbit, tetapi ia belagak tidak banyak peduli dan masih terus menunduk seakan melipat celana-celana itu membutuhkan fokus yang ekstra. "Teruuus?"

Bibir Ahra langsung manyun, usahanya kembali gagal. Padahal sudah banyak cara yang ia lakukan untuk memberi kode tentang pernikahan pada Donghyuk. "Aku kira biaya resepsi gituan bisa sampe kena puluhan juta tau, bahkan ratusan. Tapi ternyata 10 juta bisa."

"Ke KUA doang, satu juga beres, Beb. Bahkan ada sisa," balas Donghyuk yang sudah selesai melipat stok celana, lalu sekarang memasukannya ke plastik, sebelum disusun ulang. "Modal mas kawin paling."

Bukan respon seperti ini yang Ahra mau, tapi masalahnya setahun belakangan Donghyuk selalu memberikan respon seperti itu. Kalau sudah seperti ini, Ahra kadang rindu dengan ajakan-ajakan menikah Donghyuk saat dulu. 

Posisi hubungan Ahra dan Donghyuk sekarang memang berbeda. Kalau dulu Donghyuk yang sibuk ngode-ngode untuk ngajak nikah dan Ahra selalu menolak, sedangkan sekarang terbalik. Bahkan setahun ini Donghyuk terus berusaha menghindari obrolan dengan topik pernikahan yang Ahra mulai. 

"Emang di KUA murah?"

"Ini stok celana ukuran L baru ada 50, Ra? Rencananya kita stock 100, kan?" 

Sesuai dugaan Ahra, Donghyuk kembali mengalihkan topik obrolan mereka. Namun, kali ini Ahra tak akan kalah. Perempuan itu bahkan tak menggubris pertanyaan Donghyuk, ia bahkan sudah mendapat info dari internet tentang biaya pernikahan di KUA. 

"Eh, nikah di KUA kalo jam kerja bahkan gratis loh," balas Ahra teguh dengan topik obrolannya, "kalo di luar jam kerja baru bayar 600 ribu. Murah juga ya, bener kata kamu satu juta juga masih ada sisa."

Sama seperti Ahra, Donghyuk juga teguh untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Beb, nanti sebelum akhir bulan mulai cek stock ya, aku yang ngitung, tapi takut aku lupa, kamu yang ingetin, oke?"

"Anggap nikahan weekend, berarti biaya KUA 600 ribu, EO include MUA 10 juta. Eh, itu 10 juta udah termasuk catering belum ya?"

"Kaos tambahan buat agustus dateng lusa, ya? Kita jadi foto promosi di makam pahlawan, kan? Pake Haruto lagi, Beb. Lumayan, bayaran dia cuma burger,"

"Tadi aku cek di Instagram-nya Bangchan. Ternyata 10 juta dapet bonus stand snack, tapi kalo sama catering 15 juta. Murah nggak, sih, catering 5 juta?"

Perang sudah di mulai. Donghyuk dan Ahra sama-sama tak mau kalah. Untung saja Distro sudah tutup dan hanya ada mereka berdua. Jadi tidak ada orang yang kebingungan mendengar percakapan pasangan manusia ini. 

"Buat bulan agustus konsep kita merah putih, Ra. Nanti kita pasangan ornamen kemerdekaan, Ra."

Ahra akhirnya mengalah, ia tak lagi membicarakan tentang pernikahan dan memilih mengalah. "Iya, nanti minggu terakhir bulan Juli kita adain meeting buat konsep Agustus."

"Hm?" Donghyuk yang awalnya masih menunduk pada tumpukan celana, kini mendongak ke arah Ahra karena perempuan itu akhirnya menjawab pertanyaannya. "Iya, kayaknya harus ada merch khusus."

[3] KIMcheees 3x✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang