Princess Satu-Satunya

953 223 30
                                    

"BUSET! ITU KAMBING BELUM DISEMBELIH JUGA!"

Haruto sudah terlalu muak melihat boneka domba yang diikat oleh tali dan sejak hari pertama idul adha selau Jihan seret kemana-mana. "Mang Uto, hari ini sembelih hewan lagi? Bakar-bakar sate lagi nggak?" Selain terobsesi dengan Shaun The Sheep yang selalu diseretnya, Jihan juga sedang dimabuk menonton pemotongan hewan kurban dan bakaran sate.

"Itu embe kamu aja Mang Uto potong!" sahut Haruto yang sedari tadi asik mengutak-adik calon robot barunya. "Abis itu kita sate."

Jihan langsung menatap tajam sang paman. "Enak aja!" sewotnya yang langsung melindungi Mambe, boneka kambing yang dibelikan Mang Mbin saat malam takbiran kemarin. "Mang Uto aja yang disembelih!"

Cara berbicara Jihan ini memang semakin jelas. Bocah pre-school berambut sebahu ini sangat cerewet dan selalu membalas perkataan siapaun. Dan, Mang Uto ini lawan adu omong yang baik.

"Kamu ke sini sama siapa?" tanya Haruto yang masih fokus pada tempat sampah baru yang akan ia ubah menjadi tempat sampah sensor. "Bubu sama Yayah kamu mana?"

Jihan sudah ikut lesehan dengan Haruto, paman dan keponakan itu duduk di teras rumah. "Sendirian ke sini. Yayah kerja, Bubu sama Dihan Bobo," jawabnya santai memainkan obeng milik Haruto, "aku bosen."

"Terus ke sini nggak bilang?" sewot Haruto yang langsung mengalihkan fokusnya dari tutup tempat sampah pada ponselnya.

Bibir Jihan sedikit lebih manyun, ini adalah jurus jitunya saat tahu akan dimarahi. "Aku bosen di rumah, tapi kasian kalo bangunin Bubu. Mau main tab, tapi nggak tau di mana."

Haruto terlalu paham dengan kelakukan ponakan perempuan satu-satunya ini. Paman paling kecil itu sudah memberi kabar pada Bobby dan Jisoo, jaga-jaga takut dua orang tua itu heboh sampe lapor polisi. "Kebiasaan! Untung nggak ada yang nyulik!"

"Nggak ada yang berani nyulik aku," balas Jihan dengan sombong. Bocah perempuan itu memang jelmaan Bobby dan Hanbin. "Kata Yayah aja aku aman selama ada di Graper. Kalo ada yang bawa aku keluar Graper harus lewat pewawasan kentut."

Kosa kata dan cara bicara Jihan ini emang yang paling jelas, tapi kadang suka ketuker sama kata lainnya. Kayak ketat jadi kentut. Ya, tingkahnya emang mirip banget sama ketua Sunda Empire. Tapi, meskipun ngomongnya masih suka pake kata yang salah, Haruto sebagai paman yang punya pola pikir sama dengan mudah paham ke mana arah bicara Jihan. 

"Ya lagian kamu jangan keluar kompleks sendirian, nanti diculik repot."

"Kalo aku diculik, Mang Uto bakalan cari aku nggak?"

Haruto menggeleng. "Nggak, lah! Ponakan Mang Uto masih banyak. Ilang satu nggak malah--Buseeet!" Belum selesai Haruto menjawab, boneka domba yang tadi Jihan lindungi kini sudah mendarat di wajah Haruto. 

"Jahat! Aku nggak sudi punya paman kayak kamu!" Jihan ini selain yang paling jelas kalo ngomong, dia juga paling drama. Sekarang aja tatapan mata Jihan sudah berbinar, seakan dia menjadi amnusia paling menyedihkan. Bahkan, dia juga sudah beranjak berdiri dengan napas tersenggal-senggal. "Pergi sana!"

"Dih, ini rumah aku," sewot Haruto yang seharunya sudah biasa meladeni tingkah keponakannya. "Kamu aja yang pergi."

Jihan membuang mukanya dari tatapan Haruto. "Oke! Aku pergi!" ucapnya masih dengan lanjutan drama keponakan yamg tersakiti. Bocah dengan poni rata itu dengan langkah kaki yang dihentak membawanya masuk lebih dalam ke rumah kakek dan neneknya. 

Haruto sendiri hanya melirik sekilas dan setelah itu lanjut fokus pada tutup tempat sampah dan beberapa alat lainnya. Namun tak lama setelah itu, Jihan kembali menghampiri Haruto. "Apa?" tanyanya dengan tatapan bingung karena Jihan masih memberikan tatapan sinis kepanya. 

"Embe aku!" balas Jihan dengan judes, perempuan itu langsung pergi setelah mengambil balik boneka domba yang tadi sempat dilempar ke wajah sang paman. Dan, setelah itu Jihan kembali meninggalkan sang paman. 

"Anak Bobby, anak Bobby," gumam Haruto yang tatapannya mengikuti pergerakan Jihan yang kini sudah tak terlihat karena masuk ke dalam ruang keluarga.

💃

Jihan ini betulan kesayangan semua paman dan tante. Seharian di rumah neneknya saja ia sudah dapet banyak boneka. Uncle Dongi pulang dari distro, tau ada Jihan di rumah dia bawa boneka kambing yang baru. Lalu Aunty Dahyun juga gitu, dia bawa boneka sapi buat nambah jejeran hewan kurban ponakan perempuannya. 

Ini padahal rumah Jihan tuh cuma di Blok A, dia bisa setiap hari ke rumah neneknya. Tapi, tetap saja diperlakukan seperti tamu jauh. 

"Jihan malem ini nginep ya? Kan besok masih libur," balas Donghyuk yang asik menemani keponakan perempuannya bermain boneka. "Nanti malem kita jalan-jalan, sama Onty Rara."

Dari siang sampai sore ini Jihan memang masih asik bermain di rumah neneknya. Jihan bahkan sudah mandi bersama sang nenek, sedangkan Jisoo tadi sudah berencana menjemput Jihan tapi Bunda melarang karena nanti Jihan akan diantar oleh salah satu pamannya. 

"Kim Jihaaan ..." Hanbin yang tahu kalau di rumah bundanya sedang ada Jihan jelas tak mau ketinggalan. Calon ayah itu datang membawa boneka hewan qurban lainnya. "Liat Mang Mbin bawa apa, niiih?"

Lihat! kurang dimanja apa coba Jihan. Para paman dan tantennya tau kalo keponakan satu-satunya ini sedang terobesi dengan dengan boneka hewan qurban, maka mereka terus-terusan membelikan berbagai jenis boneka. Ini bukan pertama kalinya, beberapa bulan lalu saja Jihan mendapatkan banyak alat make up khusus anak-anak karena sedang terobsesi dandan. 

Bukan hanya para paman dan tante. Jihan juga kesayangan kakak sepupu dan saudara kembarnya. Dihan saja sampai rela memberikan semua mainan hewan berkaki mepat pada Jihan. Dihan dan Jisung juga rela didandani sampai pakai lipstik dan pipi merah karena blush on. 

Pokoknya Jihan ini betulan tuan putri setelah Dahyun. Agak kasihan sih liat calon Jihan di masa depan, pasti uji nyalinya susah banget buat dapetin restu. Tips and trick dari Jungkook aja pasti kurang. 

Tbc

Hihihi Pendek emang kayak Mas Jinan wkwkwk



[3] KIMcheees 3x✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang