"Penganten baru euy ..." goda Hanbin yang langsung mendapatkan sebatan sarung dari Seunghoon. "Lancar, Bang?"
Acara resepsi sudah selesai kemarin sore, keluarga besar Hayi bahkan sudah pulang di malam hari. Dan menyisakan sepasang pengantin baru, sepasang mantan suami istri, dan sepasang kekasih yang masih tidak saling bicara.
Pagi ini Bang Seunghoon, Papah Lee, dan Hanbin. Ketiganya baru saja pulang jemaah subuh di surau dekat rumah. Hanbin yang anaknya sok akrab tentu saja dengan mudah bersosialisasi bersama penduduk lainnya.
"Bang, baru sehari jadi pengantin. Jangan dulu gila laaah ..." tegur Hanbin saat melihat Abang dari kekasihnya sedang senyum-senyum tidak jelas.
"Yang belum berpengalaman, mana paham ..." sindir Seunghoon. Sedangkan Hanbin hanya mencibir saja. Ia kalah telak.
"Pah, anaknya suruh bikin partai partai politik deh. Bang Hoon cocok banget buat jadi DPR, ngomongnya pedes."
Papah Lee hanya tertawa saja, Hanbin memang sudah seperti anaknya. Bahkan, Papah jauh lebih dekat dengan Hanbin daripada Hayi. Pria paruh baya ini cukup sering menanyakan perkembangan putri bungsunya melalui Hanbin.
"Momen langka banget niiih," komentar Papah saat ia dan dua makhluk lainnya masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. "Biasanya jam segini dapur masih dingin, boro-boro ada makanan. Gasnya aja kadang abis."
Maklum, sebelumnya rumah ini hanya diisi oleh seorang duda, dan bujangan. Tetapi khusus hari ini, Hayi dan Sang Mamah, serta Seulgi. Mereka bertiga kolaborasi membuat sarapan pagi.
"Apaan itu makan gorengan?" Papah Lee langsung menyengir, bakwan panas yang sudah ada di tangannya kini sudah kembali ke tempat asal. Jangan lupakan tatapan tajam Sang Mantan Istri yang memegang spatula sebagai senjata.
"Omelin Mah," hasut Seunghoon. "Kalo sama aku ngejawab mulu tuh."
"Baru kali ini padahal," Papah Lee berlaga sedih, bibir bawahnya maju.
"Kfc, burger, pizza, martabak telor ..." saut Hayi yang datang bersama Kakak ipar barunya. "Kemarin Papah juga minum cola."
Bang Seunghoon, Hayi dan Sang Mamah. Tiga pasang mata itu menatap penuh intimidasi kepada Papah Lee. "Jiaaah, Papah menciut," dan jangan lupakan Kim Hanbin, Si manusia kompor. Diantara mereka semua, hanya Kang Seulgi yang masih terlihat cukup waras.
"Yaudah, ayok makan dulu ..." Mamah akhirnya menghentikan interogasi kepada Mantan suaminya.
"Pah," panggil Hanbin. "Bakwannya enak looh."
Kim Hanbin dan rasa takutnya yang minim, pria itu dengan santai menggoda Papah dari kekasihnya. Gak ada takut-takutnya emang ini manusia.
"Bin, kaga direstuin mampus lo!" saut Seunghoon. Membuat Hanbin berhenti menggoda Papah Lee. Dan kali ini meja makan kembali terisi oleh tawa, tetapi versi menertawakan Hanbin.
Empat pasang mata dengan kompak menatap lengan Mamah yang mengambilkan nasi putih ke piring Papah Lee. "Apa kalian liat-liat, iri?" tanya Papah Lee.
"Inget Pah, udah cerai ..." balas Hayi yang dengan santai mengambil roti bakar, wajahnya terlihat santai, seakan tanpa beban.
"Rawit aja insecure sama mulut Hayi," komentar Seunghoon. "Makasih Sayang," lanjut pengantin baru yang piringnya kini sudah terisi oleh nasi dan berbagai lauk.
"Apa?" tanya Hayi dingin, sedangkan Hanbin mengulurkan piringnya kepada Hayi. "Ambil sendiri."
Lagi, ruang makan kembali diisi oleh tawa. Menertawakan Hanbin yang terdzolimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fiksi Penggemar[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...