From: Chanhyuk
Bin, Hayi tadi kayaknya jatoh di rumahnya terus pendarahan banyak
Ini sekarang gue ada di UGD sama dia. Cepet ke sini!.
.
.Bayangkan manusia jarang mikir macam Lee Chanhyuk harus berhadapan dengan perawat yang terus meminta persetujuan untuk tindakan yang mereka berikan pada Hayi. "Aduh, sebentar ya, Sus. Ini suaminya lagi di jalan, saya bukan suaminya."
Tubuh Chanhyuk begitu gemetar, perkara tadi harus evakuasi Hayi dari rumah dengan berlumuran darah saja sudah membuat ia kalang kabut. Itu juga untung Chanhyuk gabut dateng ke rumah Hayi buat minta makan, namun bukannya dapet makan, Chanhyuk justru hampir terkena serangan jantung ketika melihat Hayi sudah tergeletak berlumuran darah.
"Nah, itu suaminya, Sus!" Tak peduli sekarang mereka berada di meja administrasi IGD, Chanhyuk sedikit berteriak sembari menunjuk Hanbin yang datang dengan dikit berlari. "Bin--"
"Tolong parkirin mobil gue," sela Hanbin cepat menyodorkan kunci mobilnya, tadi ia berhenti begitu saja di depan IGD. "Istri saya masa, Sus?"
Napas Hanbin yang masih terengah-engah tidak dipedulikannya, istrinya jauh lebih penting. Sekarang saja Hanbin sudah mendengarkan dengan seksama penjelasan perawat dan tanpa pikir panjang Hanbin menandatangani surat persetujuan. Dan, sekarang Hanin langsung bergegas menghampiri Hayi.
Tatapan kosong Hayi pada tirai di instalasi gawat darurat adalah hal pertama yang Hanbin lihat, beberapa alat juga sudah terhubung dengan tubuh istrinya. Pria itu langsung menghampiri sang istri, mengelus pucuk kepala Hayi dan mengcup keningnya. "Ada yang sakit?" bisiknya lembut setelah ikut duduk bergabung di samping istrinya.
Bukannya menjawab, Hayi justru tak bisa menahan tangis. Tangan kirinya yang terbebas dari infus sedari tadi berkali-kali mengelus-elus perut. "Anak kita, Biiin ...."
Dengan sigap Hanbin menggenggam jemari Hayi, "Nggak apa-apa," bisiknya dengan lembut, "adek kuat banget. Dia kayaknya nggak sabar buat ketemu kita, makanya pengen keluar sekarang."
Belum sempat Hanbin menjelaskan lebih detail, seorang perawat datang untuk membantu Hayi bersiap dan pindah ke ruang operasi. Tatapan khawatir Hayi terbaca dengan jelas oleh Hanbin, lelaki tersenyum pada sang istri. Bibirnya berkata, "Aku di samping kamu," tanpa mengeluarkan suara.
Sebelum-sebelumnya Hayi memang sudah mengalami pendarahan, namun pendarahan kali ini terjadi karena pelepasan plasenta. Dan, hal itu jelas sangat berbahaya untuk bayi dalam kandungan, serta ibu yang mengandung. Dan di usia kandungan tepat di minggu ke 29, Dokter meminta untuk langsung melakukan operasi secar saja. Padahal rencananya minggu ini Hanbin dan Hayi akan mengadakan siraman tujuh bulanan.
"Hayi mana, Bin?" Chanhyuk sudah kembali ke IGD setelah memarkirkan mobil Hanbin ke tempat yang tapat. "Sepupu gue aman, kan?"
Hanbin mengangguk, ia tak memiliki banyak waktu. "Nyuk, tolong kasih tau Mamah sama Bunda ya," pintanya pada sepupu dari istrinya itu, "bilang Hayi mau disecar sekarang, plasentanya lepas."
Tanpa menunggu persetujuan dari Chanhyuk, Hanbin sudah lebih dulu menyusul Hayi. Lelaki itu bergegas menyusul dokter untuk mendapatkan izin ikut ke dalam ruang operasi sebagai seorang suami yang menemani istrinya. Sesuai dengan janjinya tadi, ia akan selalu ada di samping Hayi.
Sedangkan di sisi lain, Chanhyuk langsung melakukan amanat Hanbin dengan menghubungi tantenya. "Ha-hallo, Tanteee. Ini Hayi masuk rumah sakit, katanya mau disasar, bayinya lepas." Penyampaian pesan yang sangat tidak akurat, bisa-bisanya dari plasenta jadi bayi yang lepas. Mana secar berubah jadi sasar.
💃
"Tunggu di ruang rawat inap aja, Bund, Ma," Bobby datang menghampiri bunda dan mertuanya Hanbin yang sedari tadi menunggu di depan ruang operasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fanfiction[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...