"Bund, nggak ada rencana nambah anak?"
Bunda hanya melirik malas ke arah putra bungsunya yang tiba-tiba saja kerasukan setan karena menemaninya nonton Ikatan Cinta.
"Biar rumah nggak sepi, Bund." Haruto duduk bersila dengan toples besar berisi keripik pisang. "Liat sekarang, rumah ini terasa hampa. Tak ada kerusuhan, aku merasa kesepian."
Sudah terlalu biasa dengan drama putra bungsunya. Bunda tak lagi peduli. Aldebaran jauh lebih penting daripada Haruto Watanabe.
"Bunnd, satu aja nggak apa-apa. Bebas cewek atau cowok. Aku terima semuanya." Haruto masih tetap teguh akan permintaannya. Remaja itu bahkan sedikit merengek dan menggoyangkan pundak kanan sang bunda. "Tenang, Bunda cukup lahirin anaknya, biar nanti Uto yang asuh."
Helaan napas Bunda sangat menyiratkan rasa sesal telah melahirkan manusia semacam Haruto. "Bunda itu udah tua, harusnya nerima cucu, bukan buat anak!" omel Bunda setelah fokusnya tak lagi pada sinetron kecintaan yang kini sedang iklan. "Mending kamu aja kasih Bunda cucu--"
"Boleh sekarang--"
"Bunda sunat lagi, nih!"
"Lah, tadi bilang kasih Bunda cucu--"
"Bukan sekarang! Kamu mau ngasih anak sama istri makan apa?"
"Lah, Bunda yang ngasih makan. Aku tugasnya cuma ngasih cucu."
Remote televisi di depan mata langsung Bunda jadikan senjata untuk menggetok kepala Haruto. Untung saja si bungsu ini sangat handal dalam bidang perlindungan diri dan dengan mudah menghindar dari serangan bundanya.
"Lagian kamu bikin cucu sama siapa? Kayak Mara mau aja sama kamu."
"Lah, yang bilang sama Mara siapa coba?"
"Mao?"
Dengan malas Haruto memutar bola matanya. "Nggak ada pilihan lain apa?" sewotnya dengan sebal. Lama-lama ia jengah sendiri karena terus-terusan dipasangkan dengan dua teman perempuannya itu, keluarganya tak ada yang paham akan usaha yang dilakukannya sejak awal SMA. "Mau sama Naeun."
"Beda kasta!" sinis Bunda memaksa putranya untuk sadar. "Jangan memaksakan diri. Nanti Bunda yang malu sama Anna."
"Bunda, Hanna dan Anna itu udah cocok kalo jadi besan, namanya aja hampir sama," hasut Haruto masih tentang pertahanan tidak tahu dirinya. "Kapan lagi coba punya mantu cantik--"
"Jarak umur kamu sama Naeun itu 10 tahun! Kamu umur 30, dia masih kuliah semester akhir!"
"Lah, jarak umur Eyang Subur aja sama istri mudahnya lebih dari 10 tahun, Bund--"
"Jangan macem-macem, deh!" potong Bunda cepat. "Lagian kamu sok-sokan mau punya adek. Ngasuh Jisung, Jihan sama Dihan aja langsung spaneng."
"Mereka keponakan aku, kalo adik kan bed--"
"Berisik! Andin udah mulai." Diskusi terpaksa dihentikan secara sepihak. Wanita berambut pendek seperti dora yang sudah terlihat di televisi tentu jauh lebih penting untuk Bunda.
"Okay, sepuluh bulan ke depan aku tunggu adik barunya ya, Bund." Tanpa mempedulikan balasan dari Bunda, Haruto sudah beranjak dari posisi duduknya. Kabur ke lantai dua dan mencari target kerusuhan lainnya.
To: Teh Da2y
TEH MAU AKU JEMPUT NGGAK?
MAU DONG
MAU YA
PASTI MAUTubuh tinggi besar Haruto langsung mendarat di tempat tidurnya yang berantakan. Ia menghela napas sembari menarik guling dan memeluknya. "Buat kerusuhan apa ya? Kalo sendiri nggak asik!"
Kasihan sekali anak bontot Heechul cees ini. Dua senior yang selalu mengajaknya bertingkah gila kini sudah menikah, sedangkan Dahyun yang tidak terlalu waras akhir-akhir ini pulang terlambat karena bekerja. Hanya ada 2 manusia di rumah, Bunda dan Kak Dongi. Sial, keduanya tidak asik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fanfic[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...