"HANBIII--"
"Ayo cepetan. Udah mendung, nih. Bentar lagi hujan." Dengan cepat Hanbin mengambil alih koper yang Hayi bawa. Ia berjalan lebih dulu, dengan tangan menyeret koper sang istri.
"Masih ngambek," gumam Hayi yang pasrah mengikuti Hanbin. Bibir bawahnya sedikit maju. Ia kira suaminya itu sudah tidak marah.
Jangankan obrolan singkat melepas kerinduan, sambutan hangat saja tak Hayi terima. Wajah Hanbin bahkan sudah mendung saat Hayi keluar dari pintu kedatangan.
"Kamu baru pulang?" tanya Hayi. Ia memulai percakapan saat keduanya sudah berada di dalam mobil. "Udah makan?"
Tak ada niatan dari Hanbin untuk menjawab. Fokusnya tertuju pada Range Rover yang ia kemudikan. Suasana di dalam mobil benar-benar hening.
"Mau makan dulu?" tawar Hayi. "Sekalian magrib juga. Di depan masjid agung ada uduk enak, tuh. Kita makan itu aja, yuk."
Hanbin masih tetap diam. Mobil mereka sudah keluar dari area bandara. Bergabung dengan kendaraan lainnya di jalanan kota.
"Mara masih tinggal di rumah Bunda tauuu," cerita Hayi. "Haruto diusir ke rumah Teh Jisoo. Dia jadi pengasuh Jihan." Hayi belum menyerah. "Terus Jisung juga malah pengen nginep di Graper."
Hayi tahu usahanya tak akan mudah. Hanbin jika sudah marah sangat menyeramkan. Pria itu akan tetap diam dan tatapan mata semakin tajam. Aura horor bahkan terasa nyata di dalam mobil.
"Teh Jiwon mau ke rumah Nenek, ya?" tanya Hayi. "Mau healing katanya."
Range Rover sudah Hanbin parkiran di kawasan kuliner yang Hayi pinta. Banyak penjual kaki lima yang menyajikan berbagai jenis makanan. "Mau makan di mobil atau di tempat?" tanya Hanbin. Ia sudah siap keluar. "Bungkus aja?"
Hayi diam sejenak. "Ma-makan di mobil aja," jawabnya. "Kamu mau makan apa? Biar aku yang pesen--"
"Nggak usah! Aku aja." Hanbin dengan cepat memotong perkataan Hayi. "Mau makan apa?" tanya Hanbin singkat.
"Aku ikut aja, deh," putus Hayi yang ikut bersiap. "Mau pilih makanan yang lain juga."
Hanbin tak membalas perkataan Hayi. Ia mengambil dompetnya di dashboard dan memberikan kepada istrinya. "Ayo cepet," ucapnya sebelum keluar lebih dulu dari mobil.
"Sabar, Yi. Itung-itung ujian nambah pahala." Hayi bergegas untuk menyusul Hanbin. Flat shoes sudah ia ganti dengan sandal jepitnya yang selalu ada di mobil Hambin. "Jangan emosi, nanti maung laki lo makin bangun."
"Masih lama--"
"ASTAGA!" Hayi berteriak dengan kencang saat Hanbin membuka pintu di sampingnya. "Kaget aku, Yang."
Hanbin menatap datar istrinya. "Mau ikut turun nggak?"
"I-iya," balas Hayi. Dengan cepat ia mengambil tas dan keluar di mobil. "Kamu mau makan apa?"
"Apa aja," balas Hanbin singkat. Langkahnya sedikit lebih pelan untuk tetap berada di sebelah Hayi. "Uduk?"
Hayi menoleh ke arah Hanbin. "Mau soto mie aja, deh," ucapnya. "Kamu mau apa?" Tangan Hayi dengan santai memeluk lengan kiri Hanbin. Ia berdiri merapat kepada suaminya.
"Sop daging," jawab Hanbin singkat. "Sama nasinya."
"Okay." Hayi langsung memesan makanan untuk ia dan Hanbin. Tangan kanannya masih enggan melepas pelukan di lengan kiri sang suami. "Makan di sini atau di mobil?"
"Terserah."
Hayi mengerucutkan bibirnya singkat. "Di sini aja, deh," ujar Hayi. "Ayok." Ia sedikit menarik lengan Hanbin yang dipeluk. Keduanya duduk di kursi yang tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fanfiction[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...