Nggak Jadi Pindah😫

934 206 29
                                    

Hanbin membanting tubuhnya ke atas tempat tidur Chanhyuk. Wonwoo yang sedang bermain Nintendo dengan Jun tak banyak peduli dengan tingkah Hanbin. Sedangkan Ten yang asik memainkan gitar Chanhyuk juga mengabaikan si calon papah muda itu.

"INI GARA-GARA LO PADA!" teriak Hanbin heboh. "Coba kalo lo pada kagak ngehasut! Hidup gue udah damai tinggal di rumah baru."

Sudah terlalu biasa dengan tingkah Hanbin, tiga manusia gila lainnya tidak menggubris. Jun, Hanbin, Ten dan Wonwoo memang sedang berada di kamar Chanhyuk, tetapi pemilik kamarnya tidak ada di sana. Udah biasa memang kayak gini, tuh.

"Masa Hayi nggak mau pindah ke rumah yang di samping orang tuanya, dia malah pengen beli rumah yang sekarang," meskipun tidak digubris oleh para sahabatnya, Hanbin masih lanjut bercinta, "lo bayangin seumur hidup gue terkurung di perumahan gila ini?!"

Wonwoo menoleh sekilas ke arah tempat tidur Chanhyuk yang berada di belakangnya. "Lo dari bocah juga tinggal di perumahan gila," balasnya datar, "bibit gilanya itu bahkan diri lo."

"Cuma pindah kompleks doang, Bin. Nanti jadi tetangga gue seterusnya," balas Jun yang ikut berkomentar, "Aba sama Ama gue katanya mau pindah rumah ke kampung, nanti gue yang isi itu rumah."

"Lo isi sendiri, Jun?" Ten lebih tertarik dengan kisah Jun dibanding cerita Hanbin.

"Kagak! Ama sama Aba pindah pas gue udah nikah."

"Emang udah ada calonnya--"

"Diem!" Dengan cepat Jun menyela pertanyaan Wonwoo.

Decakan kecewa Ten langsung terdengar. "Kalo nunggu lo nikah, keburu Si Hanbin punya 5 anak," balasnya.

Berlebihan yang cukup masuk akal. Masalahnya Jun ini salah satu manusia yang paling tidak tertarik dengan urusan cinta, di antara Hanbin, Ten, Chanhyuk dan Wonwoo. Sampe sekarang aja Jun belum pernah kelihatan pacaran. Bahkan, Ten curiga temennya ini punya kelainan dan pengen nikahin ceker ayam.

"Lah, anj! Kamar gue kenapa jadi pengungsian?" Chanhyuk yang baru pulang dari studio langsung mengeluarkan kata-kata kasar ketika melihat kamarnya yang sudah tidak lagi berbentuk, Wonwoo bahkan sudah memakai kaus miliknya. "Kenapa kagak di rumah Hanbin, sih?"

"Ada malaikat pencabut nyawa," balas Wonwoo asal. "Hayi lagi mode t-rex PMS."

Ten ikut mengangguk. "Hayi padahal lagi libur haid, tapi galaknya kagak kenal tanggal merah."

"Malah makin serem," sahut Hanbin yang malah ikut-ikutan menyahut.

Dengan kompak empat manusia lainnya menatap sinis pada Hanbin. "Lo pelakunya anjir!" balas Jun. "Udah tau Hayi lagi normal aja galak, malah dihamilin."

Sekarang gantian Jun yang dapet tatapan sinis. "Kalo kata Haruto, sih .... Tololhaseyo," gumam Wonwoo yang sudah kembali menatap fokus pada layar televisi yang menampilkan Animal crossing.

💃

"Kayaknya kemarin-kemarin lo kagak mau tinggal di Graper dua, deh," sindir Jisoo yang menjadi korban curhatan Hayi. Adik iparnya itu hampir setiap hari datang ke rumahnya. Selain untuk curhat, Hayi juga suka numpang makan. "Mau gue bungkusin sempol ayamnya?"

Hayi mengangguk, "Boleh, yang banyak ya, Teh," balasnya minim rasa sungkan. Ibu hamil itu bahkan sudah asik leha-leha di ruang tengah, asik menonton Jihan yang sedang bermain rumah-rumahan.

"Terus lo sama Hanbin jadinya beli rumah yang di Graper dua atau di samping rumah Mama lo?" tanya Jisoo yang ikut bergabung setelah memisahkan beberapa tusuk sempol ayam karyanya. "Kan kontrak rumah yang sekarang abis akhir bulan ini."

"Gue pinginnya yang di Graper dua," bales Hayi, "udah nyaman sama tetangganya."

Jisoo tak bisa menahan tawa, ia langsung mengingat rengekan Hayi enam bulan lalu, saat adik iparnya ini menolak keras untuk pindah rumah. "Kata lo nggak akan sanggup tinggal di sana."

"Ya, kan waktu itu nggak tau gimana isinya. Kalo sekarang asik, kok. Tetangganya lebih ramah dari di rumah Mamah."

"Hanbin masih nggak setuju?"

Hayi mengangguk lesu. "Iya, dia tetep pengen pindah ke rumah yang di samping rumah Mama," balasnya. "Padahal kalo dia tinggal di sana, nanti jadi korban perbudakan Bang Hoon buat live tiktok."

Keluarga Hayi ini emang balance sama keluarga Hanbin. Makanya jangan banyak berharap sama calon anak Hanbin dan Hayi. Kromosom gilanya lebih kental dari para sepupu lainnya.

Dari jenis ngidamnya aja udah nunjukin serandom apa si jabang bayi ini. Masih dalam bentuk janin, tapi sudah berhasil bikin komunitas lato-lato dan melahirkan atlet lato-lato profesional. Mantap!

"Emang harga rumahnya mahalan yang mana? Terus lebih worth it yang mana?"

"Yang di Graper dua lebih murah, Teh. Udah full furnish, nggak perlu renovasi, bahkan nggak repot-repot pindahan. Di lantai dua bisa jadi studio Hanbin juga. Tetangga ramah meski agak gila tapi nggak resek, terus deket rumah bunda."

Jisoo kembali tertawa, mendengar Hayi menjelaskan tentang keunggulan rumah di Graper dua membuatnya kembali ingat tentang curhatan Hanbin yang dulu keukeh untuk mengontrak di rumah itu. "Di sana juga deket rumah mama, Yi."

"Teh, hidup aku tersiksa kalo tinggal di deket rumah Mama," balas Hayi, "pasti bakalan terus diomelin."

"Lah, Hanbin juga gitu kalo tinggal di dekat rumah bunda."

"Biarin, Hanbin ini bukan aku."

Chuaks sekali ibu hamil satu ini. Mulutnya makin pedes, pikirannya nambah savage. Semoga anakmu tidak separah ini ya, Yi.

💃

Malam ini adalah keputusan terakhir Hanbin dan Hayi untuk menentukan mana rumah yang akan mereka beli. Apakah rumah kontrakan yang sekarang mereka tinggali atau rumah di samping kediaman keluarga Hayi yang sudah lama mereka incar?

"Bin, setidaknya budget lebih yang buat beli rumah di sana bisa kita pake buat kebutuhan lain, misalnya bikin studio di lantai atas atau yang lainnya." Hayi membuka pembicaraan saat keduanya duduk di ruang keluarga, dengan televisi menampilkan Upin-Ipin.

Hanbin tahu kalau berdebat dengan Hayi adalah pilihan yang tidak tepat, sampai kapanpun ia akan kalah, kecuali mereka adu omong perkara musik, itu beda cerita. Tapi, kalau urusan yang lain, dia angkat tangan.

"Yang, kalo kita beli rumah ini, nanti kamu tetanggaan terus sama Si Ten sama Chanhyuk loh." Lelaki itu hanya menoleh sekilas, dan setelah itu kembali fokus pada botak kembar.

"Aku juga bisa tetanggaan terus sama Suhyun," balas Hayi. "Lagipula tetanggaan sama Ten nggak rugi-rugi banget, dia suka buka jastip kalo mau jajan."

Sudah, Hanbin sudah kalah. Kalau dua manusia menyeramkan itu tak lagi membuat Hayi takut, itu artinya dia tidak lagi bisa mengelak. Tapi, Hanbin masih punya satu kunci utama. Kalau yang ini masih gagal, baru Hanbin angkat tangan dan mengaku kalah.

"Yang, coba kamu pikir-pikir lagi, deh." Hanbin mengubah posisi duduknya menjadi sepenuhnya menghadap Hayi. "Kamu mau nanti anak kita tingkahnya sejenis Lucas, Haechan, Daehwi?"

Seharusnya propaganda ini cukup ampuh. Minimal Hayi akan berkata tidak. Namun, semua diluar dugaan Hanbin. Bahkan, lembaga survei saja gagal memprediksi.

"Kalaupun keluar dari sini juga percuma, bapaknya itu kamu. Haechan, Daehwi sama Lucas cuma faktor external dari lingkungan."

Tbc

Harga jual Rumah di Graha Permai 2 emang lebih murah dari rumah yang di sebelah keluarga Hayi. Tapi masalahnya seumur hidup Hanbin dia bakalan kena mental.

[3] KIMcheees 3x✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang