Golongan Manusia Bucin

2.5K 459 147
                                    

Minggu pagi yang sepi. Hanya ada Haruto yang sedang menonton doraemon sembari memakan sereal, dan Bunda berada di dapur. Sedangkan penduduk rumah lainnya sudah berpencar keluar sejak pagi.

"Bun, mobil aku kok belum bener aja?"

"Tanya ke Ayah, bunda gak paham. Orang mobil bunda juga belum bener juga."

Haruto berdecak sebal, tak ada kendaraan pribadi membuat Haruto kesulitan jika ingin pergi. Ia bahkan kadang membegal mobil kakak iparnya, Teh Jisoo. Tapi ya gak enak juga kalo tiap hari, nanti malah jadi hak milik.

"Bunda mau ke luar dulu, Mamang sayur udah ada di pintu masuk. Kamu jaga rumah ya."

"Gak dijagain juga rumah gak akan kabur," gumam Haruto. Untung saja bunda tidak mendengar perkataan bungsunya itu. Bisa gak dapet jatah makan kalo sampe bunda denger.

Kembali fokus pada doraemonnya, Haruto juga kembali menikmati sereal yang tinggal sedikit lagi. Tetapi kenikmatan itu langsung sirna kala ponselnya berdering.

Pak Moon is calling...

"Hallo, Pak?"

"Hallo, selamat pagi tuan muda. Maaf saya menganggu."

"Kenapa, Pak?"

"Tuan muda sudah mendapatkan kabar tentang Nona Mara?"

"Handphonenya masih gak aktif, tadi pagi udah saya telpon lagi, tapi masih tetep mati, Pak."

"Barusan saya dapet kabar dari security rumah, kalo Nona Mara tiga hari yang lalu dibawa ke rumah sakit sama ambul--"

"Pak, tolong pesenin tiket pesawat ke sana sekarang, dan tiket pulangnya buat malem," Haruto dengan cepat memotong perkataan kepala pelayan di rumahnya itu. "Tiket keberangkatan kalo bisa secepatnya. Saya siap-siap sekarang."

Haruto langsung bergegas ke lantai atas, meninggalkan doraemon dan mangkuk sereal yang untungnya tidak tumpah. Wajah remaja kelas 10 itu terlihat benar-benar panik. Haruto bahkan tak butuh membersihkan diri, ia hanya berganti pakaian dan membawa tas yang berisi dompet serta beberapa keperluan pribadi.

Dan setelah semuanya siap, ia langsung berlari melompati beberapa anak tangga sekaligus. "Modar Aing!" tubuhnya tiba-tiba saja terhenti. Otaknya baru saja mengingatkan bahwa ia harus meminta izin kepada Bunda.

Haruto masih terus berpikir, sembari memakai sepatunya. Ia memilih untuk berjalan menuju pintu gerbang. Lumayan, waktu selama jalan bisa dipake buat mikirin alasan yang akan ia pakai.

"Oh iya!" Haruto langsung mengetikkan sesuatu di ponselnya. Mengirim pesan kepada manusia yang bisa dia peralat dalam kondisi seperti ini.

To: Uwoo Uwooo
Wo. Kalo bunda gue nyariin gue. Bilang gue emang main sama lo ya.
Nati besok gue traktir mie ayam 5 mangkok.

Teman yang baik adalah teman yang bisa kita ajak menuju neraka. Haruto dan Jeongwoo misalnya.

"Dek, mau kemana?"

Haruto langsung berjalan menghampiri Sang Bunda yang sedang memilih sayuran.

"Aku mau ke rumah Jeongwoo, Bund."

"Ngapain?"

"Biasalaaah," jawab Haruto. "Main, sambil cari keributan."

"Tuh kalo mau ributmah, gabung sama Si June ..." saut Ibu Koo sembari menunjuk warungnya, dimana Junhoe sedang membereskan tumpukan kardus makanan yang baru datang.

[3] KIMcheees 3x✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang