Pasukan Bunda

1.6K 376 61
                                    

"Obat sama jadwal check up udah selesai semua, Mbak?"

"Sudah, Bu. Tinggal pulang saja," jawab wanita yang selalu menemani Mara sejak dahulu. "Nona Mara mau pulang sama ibu?"

"Iya, Mara biar di rumah saya dulu aja. Beberapa keperluan Mara nanti kirimin ke rumah, ya, Mbak."

"Baik, Bu."

Hari ini Mara sudah diperbolehkan pulang, tetapi Bunda yang masih khawatir meminta Mara untuk menginap beberapa hari di Graha Permai. Katanya biar Bunda bisa memantau langsung.

"Maraaa." Suara Hayi yang datang bersama Jisoo langsung membuat suasana ruang VVIP menjadi lebih berisik. "Udah sehat, kan?"

"Udah, Teh," jawab Mara pelan. Ia sudah mengenakan pakaian rumah dan siap untuk pulang.

"Aseeek. Di rumah Bunda dulu, kan?" tanya Jisoo. "Nanti bisa main sama Jihan, Dihan."

Hayi melirik ke arah kakak iparnya. "Mara baru sehat, Teh. Jangan bikin dia pingsan lagi gara-gara main sama anak lo," ujar Hayi yang memiliki trauma dengan dua anak Jisoo. Padahal, kedua anak kembar itu anggota Hanbin Empire.

"Sama Dihan aja, baca buku Dinosaurus," kata Jisoo. "Kalo Jihan dia geng warung June."

"Ji, Si Jihan jangan keseringan di warung," tegur Bunda. "Makanya nggak ke jaga itu. Minuman juga."

Jisoo langsung mengangguk. "Agak susah, Bund. Jihan denger suara ngakak June langsung lari ke depan."

"Jiwa tongkrongan bapaknya langsung muncul, ya?" sahut Hayi.

"Nah, iya! Dihan justru kalo diajak keluar kadang males. Dia di rumah mulu," cerita Jisoo. "Tapi, ada untungnya Jihan ikut kumpul di warung. Mereka jadi nggak ngerokok."

"Ya ..., bisa kena tebas orang tua yang lewat kalo mereka ngerokok waktu ada Jihan." Hayi kini sudah ikut bergabung di ranjang bersama Mara. "Udah nggak lemes lagi, Ra?"

Mara menggeleng. "Nggak, Teh. Udah mendingan."

"Besok-besok kalo mau cobain makanan pantang ajak Papa aku aja," kata Hayi. "Kalian hampir sama penyakitnya."

Bunda langsung melirik kepada menantu barunya itu. "Kenapa Bunda kayak denger suara Hanbin, ya?" gumamnya. "Pola pikir Hanbin kamu bawa, Yi?"

"Nggak aku bawa, Bund," jawab Hayi. "Kalo dibawa, nanti anak bunda pas kerja mikir pake apa? Kalo pake pola pikir aku yang ada langsung ngebul."

Tawa Jisoo langsung pecah. "Gue jadi inget waktu lo nyari contekan bahasa Jerman di SMA," ucap Jisoo yang sudah tak bisa mengendalikan tawanya. "Dikasih contekan sama Hanbin, tapi bahasa Prancis."

Mata Hayi seketika membulat. Ia mengingat jelas momen itu. "Aduh, gue kalo inget cerita itu bawaannya pengen ngumpat mulu, Teh," ucap Hayi. "Basing aku remidi gara-gara dia."

"Itu sekelas, kan?"

"Hampir sekelas. Yang nggak itu cuma Hanbin, Wonwoo sama Jennie--"

"Oh, iya! Si Jennie!" sahut Jisoo. "Dia rezeki banget. Soalnya baru pulang liburan ke Hamburg."

Hayi menggeleng. "Yang rezeki itu Hanbin sama Wonu. Mereka dapet Prancis sedangkan yang lain Jerman."

"Kok bisa beda-beda, Teh?" sahut Mara. "Terus, emang dulu Basing bukan Inggris doang?"

"Sekarang nggak ada Basing selain Inggris?" tanya Hayi dan dijawab gelengan kepala Mara. "Ah, tau gitu aku masuk SMA tahun kemarin aja."

Jisoo menatap Hayi dengan mulut sedikit terbuka. "Sudah melebur dengan kegilaan Hanbin rupanya," komentar Jisoo. "Jadi satu spesies, kan--"

[3] KIMcheees 3x✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang