Ala Wakil Ketua 1 The Ipar's
"Kamu masih lama?"
Rengekan langsung terdengar oleh telinga Jinhwan saat ia menerima panggilan suara sang istri. "Mau ke kafe pusat dulu, Mah. Kan besok ada jadwal wawancara beberapa barista sama waiters baru." Jinhwan berusaha menjelaskan selembut mungkin.
"Gak bisa diwakilin sama yang lain?"
"Gak bisa dong, Sayang. Aku harus turun langsung," jawab Jinhwan. Pria itu sedang mengemudikan mobilnya menuju kafe pertama yang dekat dari rumahnya.
Tak ada balas dari Sana lagi. Ibu hamil itu memang sedang dalam mode sensitif. Sama seperti saat hamil Jisung. Bahkan bisa dibilang ini lebih parah.
"Mas gak bisa pulang dulu?"
"Gak bisa, Sayang. Udah ditungguin sama anak-anak lainnya, mau meeting."
"Aku juga nungguin, Mas. Kenapa Mas lebih ngutamain anak-anak di kafe?!"
Jinhwan menghela napasnya, panggilan suara itu langsung diputus sepihak oleh Sana. Berbarengan dengan mobilnya yang tiba di kafe.
"Siang, Mas. Yang lain udah nunggu," sapa salah satu pelayan yang sedang membersihkan meja. Jinhwan sendiri langsung mengangguk, dan setelah itu bergegas menuju lantai dua, area meeting kafenya berada.
"Selamat siang. Maaf buat kalian nunggu, kita langsung aja meeting-nya," ucap Jinhwan. Ia langsung duduk di meja paling ujung, dekat dengan layar proyektor. "Jadi ada berapa pelamar yang masuk selama seminggu ini?"
Jinhwan berusaha secepat mungkin menyelesaikan meeting. Fokusnya bahkan sesekali teralih pada ponsel di samping laptop, jaga-jaga jika sang istri menelpon.
"Oke, besok yang wawancara itu Gue, Ahra sama Mba Rini?" tanya Jinhwan setelah mendengar penjelasan dari Ahra.
Ahra yang mempresentasikan laporan itu langsung mengangguk. "Saya untuk waiters, sedangkan Mba Rini untuk barista. Dan Mas Jinan memantau keduanya."
"Oke, ada masalah lainnya?" tanya Jinhwan. Ia tak memiliki waktu untuk basa-basi. "Kalo ada apa-apa lo handle dulu, nanti malem gue kesini."
Jinhwan terlihat langsung merapikan lembaran kertas laporan yang tadi ia baca, "Oh iya, besok buat pintu masuk pelamar, lewat belakang aja. Langsung ke tangga atas, dan pastiin lantai dua gak ada pengunjung."
"Siap, Mas."
"Oke," balas Jinhwan dan langsung bergegas keluar dari ruangan meeting. "Sorry gue duluan, udah ditungguin permaisuri di rumah."
Beberapa pegawainya tentu saja tertawa kecil, mereka semua paham akan tingkah luar biasa dari istri bosnya yang sedang hamil tua.
"Mas Jinan, ada yang nyari." Jinhwan langsung berhenti, seorang pelayan menghampirinya. "Katanya temen lama Mas Jinan."
"Siapa?" tanya Jinhwan heran. Keningnya berkerut. Memori otak seketika berpikir dengan keras. Siapa teman lama yang tiba-tiba mencarinya?
"Jinaniiiiii ...." Jinhwan langsung menoleh saat mendengar namanya dipanggil. "Kok lo kaga tambah tinggi, ya?"
Umpatan langsung keluar dari mulut Jinhwan. Langkahnya mendekat pada wanita berambut pendek. "Ngaca anjir! Lo juga kaga tinggi-tinggi!" sewot Jinhwan. "Gue kira abis balik ke Jepang lo operasi tulang betis."
Tawa menggelegar langsung terdengar. "Kurang ajar!" omel wanita berambut pendek itu. "Gue pendek bisa pake heels. Lah, lo?"
"Yeuuu, yang penting gue udah punya anak. Otw 2," sombong Jinhwan. Ia selalu menggunakan kata-kata itu jika teman SMAnya meledek tinggi badan. "Emangnya lo! Yang mau aja belum tentu ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fanfic[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...