Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hati si anak tengah keluarga Jeon itu berkali-kali meruntuk, tetapi ia tak bisa berbicara kasar dengan lantang. Kasian Jeon Jeongkook, babu The Ipar's dan sekarang sedang sial karena menjadi korban ngidam Teh Hayi.
"Hayi lebih serem anjir, target ngidamnya random. Nggak cuma satu atau dua orang," komentar Jisoo berbicara pada Ahra. "Agak ngeri gue juga kena."
Sore ini para anggota The Ipar's berkumpul di rumah Hayi dan Hanbin. Rumah bergaya minimalis dengan dua lantai itu sudah ramai oleh teriakan Jihan yang bermain dengan Jisung. Sedangkan Dihan beberapa kali memperhatikan Sanha yang sudah mulai bisa berguling-guling.
"Sumpah gue kagak bisa--"
"Harus bisa!" Sentak Hayi yang berdiri tak jauh dari Jungkook. Lengan ibu hamil itu bahkan sudah bersidekap dan matanya nenatap tajam pada Jungkook yang berusaha membuat telur gulung. "Pokoknya harus bi.sa!"
Sana, Jisoo dan Ahra yang menonton dari ruang makan hanya bisa menatap kasian pada Jungkook. "Si Jeka bukan alumni Binus kita, ya? Makanya dia agak kaget. Padahal Hayi pas SMA juga kalo urusan senioritas ngeri abis."
Sebagai salah satu korban di masa SMA, Ahra mengangguk setuju. "Aku lebih takut kena bintal Teh Hayi daripada A Mbin yang waktu itu jadi ketos."
"Mamaaa Nanaaa, masa Kak Jisung lempal boneka Jian ke ataaas!" Jihan si cerewet datang mengadu pada Sana. "Telus, telus, telus itu Sanha digendong sama Kak Jisung."
Sana, Jisoo dan Ahra kompak bangkit dari posisi duduk, mereka bergegas menuju ruang tengah. Dan penampakan Jisung yang menggendong Sanha serta Dihan yang berusaha memegang punggung Sanha langsung menyambut mereka. "Mama Nana tolooong," panggil Dihan yang sudah panik karena Sanha digendong Jisung.
"Jisung sudah tak terselamatkan," gumam Ahra yang masih berdiri di balik sofa, berbeda dengan Sana yang sudah mengambil alih Sanha dari Jisung. Sedangkan Jisoo ikut turun tangan membantu sang kakak ipar. "Cung, kamu mending main sama Uto."
Mata Jisung langsung berbinar antusias. "Mana? Uto mana?" si penganut Prabu Watanabe itu jelas langsung antusias saat mendengar nama pamannya yang paling kecil.
"Eh, belum balik ya?" tanya Ahra entah pada siapa. "Nanti tunggu Mang Uto pulang."
"Nggak asik!" sewot Jisung yang sudah membuang badannya ke sofa empuk di ruang keluarga Hayi. Pemimpin pasukan para cucu Heechul itu memang ketua geng generasi penerus bobrok. "Dunia ini nggak seru!"
Kim Jisung yang sudah masuk TK itu semakin mendrama. Bocah berusia 4 tahun yang sudah mulai mendrama, jago akting, dan sering membuat keributan. Sanha bahkan beberapa kali menjadi korban sang kakak.
Dihan juga kadang kena kejailan kakak sepupunya ini. Bahkan, si princess kesayangan para lelaki termasuk Jisung, Kim Jihan, dia juga sering digangguin Jisung. Pokoknya Jisung ini kombinasi jailnya Bobby dan Hanbin. Mantap, kan?
Padahal Kim Jisung ini bibit dari Kim Jinhwan yang masih bisa dikategorikan waras. Tapiii, kelakuan dia kayak paman-pamannya. Justru Dihan yang berasal dari bibit Kim Bobby lebih terlihat waras walaupun jiwa playboy dan bucinnya mulai terlihat.
"NYERAH GUE NYERAH! KAMERA MANA KAMERA?" Jungkook melambaikan tangannya berkali-kali. Jari-jari lelaki itu sudah keram karena harus berusaha fokus melinting serat-serat telur dadar dan bihun. "Teh, beli aja, deh. Gue yang bayarin. Sama abang telor gulungnya gue panggil, dah."
Hayi yang sedari tadi masih terus memantau Jungkook langsung berbalik, dengan langkah yang dihentak lelaki itu meninggalkan area dapur dan masuk ke dalam kamar utama. Hayi bahkan membanting pintu kamar saat menutupnya. Membuat Sana, Jisoo dan Ahra kompak menoleh ke arah kamar utama.
"Hayo loooh, Kook," Ahra dengan kurang ajarnya menakut-nakuti Jungkook. "Mampus lu kena damprat A Mbin."
"Diem lo, Anj!" sewot Jungkook menatap tajam Ahra. "Gue doain Lo juga kena!"
💃💃💃
Perkara telur gulung dan Jeon Jungkook saja belum selesai. Terus malam ini Hayi udah manggil para pasukan kematiannya di depan rumah. Perempuan itu mengadakan turnamen lato-lato.
Kumpulan para bocah kematian dengan senjata andalan mereka kini sudah berkumpul di teras rumah Hayi. Mereka berusaha mendapatkan juara pertama dengan hadiah uang satu juta rupiah. Iya. Beneran dapet uang. Uang Hanbin.
"Mulainya kapan ini, Teh? Ada cabang apa aja?" Haechan sudah siap dengan lato-lato andalannya. Lelaki itu langsung ke rumah Hayi setelah jemaah isya. Haechan bahkan masih mengenakan koko, sedangkan sarungnya sudah ia selempangkan di pundak, hingga menyisakan celana bola berlogo Manchester City. "Gue udah siap nerima satu juta, nih."
Tak hanya Haechan. Lucas, Daehwi, Guanlin, Park Jisung mini, bahkan sampai Seungkwan dan Dokyom, mereka juga ikutan. Malam ini pusat peradaban Graha Permai 2 pindah ke rumah Hayi dan Hanbin.
"Pokoknya yang paling lama yang jadi juara," Hayi mulai memberikan beberapa kriteria pemenang, "sama lancar gerakin gaya rekotek, helikopter, tepuk Pramuka sama baling-baling juga ngaruh kepenilaian."
Mantap memang Lee Hayi ini, dia bisa tau berbagai jenis gerakan lato-lato. Bahkan Hayi sebenarnya bisa memainkan lato-lato dengan ketukan seperti lagu yang sedang Hanbin buat. Emang agak beda musisi yang satu ini.
"Baik, kita akan memulai turnamen ini setelah gue menghitung mundur," Chanhyuk tiba-tiba saja menjadi pembawa acara. "Tiga ..., dua ..., saaatu!"
Siap! Bunyi dari tujuh lato-talo itu memenuhi gendang telinga warga Graha Permai Dua. Para peserta sudah semangat menggerakkan lato-lato di tangan mereka. Bahkan mereka bertujuh dengan kompak menyanyikan lagu ada kodok, dan menggerakkan lato-lato mengikuti nada rekotek-rekotek.
Sorakan semakin meledek seketikq menggema dari para penonton saat beberapa peserta mulai berguguran. Dokyeom, Seungkwan, Guanlin, Jisung, mereka gagal karena salah ketukan.
"Semi final, Buuung," selain jadi MC, Chanhyuk juga include menjadi komentator. "Menyisakan Haechan dengan keseimbangan yang tepat, Lucas si jago pagoy, dan Daehwi kebanggaan keluarga yang paling muda di antara para peserta."
Teriakan menjadi semakin heboh saat Daehwi gagal. Menyisakan Haecahn dan Lucas. Mereka bahkan sudah improvisasi. Lucas bermain lato-lato sembari jongkok, sedangkan Haechan meletakan lato-latonya di atas kepala, membentuk baling-baling pesawat.
Sialnya Haechan ini terlalu cerdik. Lelaki itu menghalalkan berbagai cara untuk menjadi juara. Iya, dengan kurang ajarnya Haechan menarik kolor Lucas. Membuat fokus lawannya itu goyah.
"Haechan anjing!" Lucas jelas lebih dulu menyelamatkan celananya yang Haecan tarik. Hei, untung dia pake daleman, coba kalo nggak, udah berubah jadi bintang porno.
Dengan penuh rasa bangga Haecjan melakukan selebrasi. "Widiiiih! Gue menaaang!" Lengan kanan lelaki itu masih terus menggerakkan lato-lato, bahkan sambil pamer ke Lucas yang sedang membenarkan celana.
"Curang lu!"
"Itu namanya variasi!" sewot Haechan tak terima. "Main lato-lato sambil melorotin celana orang itu variasi yang susah." Bangga bener dia bisa melorotin celana lawannya.
Berbarengan dengan akhir tari turnamen lato-lato, Range Rover Hanbin muncul disambut dengan selebrasi Haechan. Pria itu menatap bingung para tetangga yang berkumpul. "Ada apa ini?" tanyanya bingung.
Haechan langsung menagih uang pada Hanbin. "A, satu juta!" todongnya seperti bocah kematian minta persenan lebaran. "Gue menang turnamen lato-lato dari istri lo."
"Dih. Minta ke Hayi--"
"Kasih, Yang!" sela Hayi cepat. "Sekalian sama Lucas juga."
Kasihan Hanbin, dia baru pulang udah kena todong dan harus jadi sponsor utama dari kejuaraan yang tidak penting ini.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] KIMcheees 3x✓
Fanfiction[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby Tak ada pertengkaran antara Bobby, Dongii Haruto yang bisa menggila sendiri Hanbin lebih sering di rumah sakit Dahyun sibuk bekerja dan kulia...